Bab 10

789 104 16
                                    

Hehe, double up. Soalnya karena ada kesibukan, takutnya sabtu depan gak sempat nulis dan update. So...

Here we go~

HAPPY READING

Udara hangat di Utara menandai musim baru telah datang mengawali pekan pertama Fire Moon. Angin berembus menerbangkan dedaunan basah. Es mencair mengaliri permukaan tanah. Jalanan hutan yang berbatu menjadi amat berbahaya untuk dilewati, licin dan berlumpur.

Kendatipun demikian, Renjun tetap memacu kudanya berderap cepat. Sisa salju berderai memukul-mukul wajahnya. Dan Renjun menikmatinya. Renjun selalu menyukai saat-saat dia pergi berkuda melintasi hutan untuk berburu. Nyaris seperti terbang.

Renjun tidak bisa terbang, tentu saja karena werewolf bukan makhluk yang memiliki sayap. Tetapi dia sering memperhatikan gagak beterbangan, ringan di udara. Renjun berpikir, terbang tampak luar biasa. Renjun yakin...terbang, rasanya bebas.

Renjun sudah jauh di depan, menoleh sesekali untuk memastikan yang lain mengikuti. Sejurus kemudian, dia menarik tali kekang ketika mendengar kersak dedaunan. Renjun tersenyum melihat bola mata emas di balik pohon tak jauh darinya.

"Karibu," girangnya.

Hampir tengah hari, dan sejak tadi dia hanya melihat kelebatan tupai hitam di antara dahan-dahan pohon ek berselimut salju tipis. Dia tak akan melewatkan yang satu ini. Renjun melambatkan kudanya selagi bergerak maju, menjaganya tetap berjalan biasa. Dia menahan tali kekang untuk berhenti, lalu mengangkat busur dan anak panah yang ia bawa.

Matanya menajam. Dia fokus mengunci target, tanpa menyadari jarak kawanannya sudah mengecil. Dia melepas panah membidik mata buruannya.

"Renjun!"

Dan meleset.

Suara melengking itu mengejutkan karibu dalam bidikannya hingga berlari. Renjun memejamkan mata sebelum berbalik, "Yangyang, aku hampir mendapatkan karibu kalau saja kau bisa menutup mulutmu," ucapnya dengan menyunggingkan senyum.

Senyum yang menakutkan menurut Yangyang. Yangyang meneguk kasar ludahnya, "Bisakah kita beristirahat?" elaknya tak mau mengambil resiko membalas ucapan Renjun barusan, "Jaemin kelelahan."

"Kau juga harus istirahat, My Lady."

Donghyuck berbicara selagi mendekat bersama dengan Jeno, Jisung, dan Jaemin di belakangnya. Renjun bisa melihat Jaemin tak bertenaga di atas kuda. Suara gemeresak di balik pohon kembali mengalihkan perhatian Renjun. Netra bulatnya menangkap kilat emas itu lagi, bergerak semakin ke utara.

Renjun beralih menatap Donghyuck, "Tuan Lee Donghyuck, aku memang menyetujui pernikahan itu. Tapi bukan berarti kau boleh mengaturku," kecamnya.

Efek samping dari pengakuan manis dan pelukan singkat Donghyuck malam itu ternyata tidak hanya membuat Renjun merasa canggung meskipun sudah lebih dari sebulan berlalu. Renjun juga jadi kabur-kaburan karena ia harus menyambut sesuatu yang baru dari sikap Donghyuck yang tiba-tiba bertambah sangat...entahlah-

Belum lagi cara lelaki itu memanggilnya, 'My Lady'. Jantung Renjun berdebar kencang hanya dengan itu, juga menimbulkan sesak di rongga dadanya di saat yang bersamaan. Dia jadi membenci tetapi menyukainya. Renjun benar-benar bingung. Renjun tak paham, karenanya ia memilih bersikap ketus pada Donghyuck.

Renjun kembali menarik tali kekangnya, "Kalian tunggulah disini."

Donghyuck hendak menahannya sebelum Renjun bersuara lagi, "Dan jangan ikuti aku, Donghyuck-ssi."

Anomali [HYUCKREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang