5

318 34 2
                                    

________ Happy Reading ________
.
.
.
Enjoy Guys





Oniel : Aku sadar dengan dosa yang aku lakukan, kumohon beri aku kesempatan, Pahh
Mohon Oniel Membuat mata Oniel berkaca-kaca
Oniel :  Kalo Papah ingin menghukum. Maka hukumlah aku saja karena aku yang pantas dihukum disini. Papah boleh membenciku tapi Please..jangan pisahkan Shanii dengan Mamah dan jangan pisahkan aku dengan anak dan istriku. Aku tidak bisa hidup tanpa mereka dan aku tak bisa terus tenang jika seperti ini pada Shani. Please Pahh..cukup terima Shani dan anak kami saja itu sudah cukup untukku
Tess..
Tess..

Setitik airmata itu kini jatuh.
Kinal :  Bagaimana aku bisa menerima anakku dan cucuku sementara Ayahnya sangatlah hebat?  ucapnya dengan tangan terulur mengusak kepala Oniel penuh sayang.
Kinal :  Kau pintar membuat pertahananku hancur seketika Niell, kau benar-benar putra Boby, ucapnya lagi.
Kinal :  Sebenarnya rasa kecewa itu sudah hilang nak. Bagimana aku membencimu sementara kau mejaga putriku dengan sangat baik dan bertanggung jawab dengan sungguh-sungguh padanya? Bagaimana bisa aku membencimu sementara kesungguhanmu itu terlalu besar dan tak bisa kutolak? Bagaimana aku bisa membencimu sementara kau Pria yang baik, suami yang bertanggung jawab dan calon ayah yang hebat?

Kini tangis haru menyelimuti keluarga kecil itu.
Oniel :  Makasih Pah..Sekali lagi makasih.. Kinal menggeleng.
Kinal :  Kata itu seharusnya aku yang ucapkan Niell. Makasih telah menjaga Shani dengan baik. Walaupun kalian sempat mengecewakan kami tapi kalian sungguh-sungguh dalam menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Aku salut pada kalian, Allah pasti selalu memberkahimu
GREP!

Oniel yang bahagia kini langsung menghambur memeluk Kinal.
Oniel :  Makasih Pah.. Kinal menagngguk
Kinal : Iya Niel, aku sudah memaafkamnu

KEMBALI
Satu kata yang menggambarkan keluarga ini hanyalah 'Kembali'.
Kembali menjadi utuh.
Kembali menjadi harmonis, dan
Kembali menjadi satu.
Satu dalam kebahagiaan.









SKIP..








Pagi yang masih terlihat gelap, dan matahari masih belum mau memancarkan sinarnya membuat para manusia yang ada di bumi Indonesia ini masih dengan damai berada di peraduan masing-masing.

Termasuk disebuah apartemen sederhana yang kini terdapat dua orang berbeda gender tengah terlelap karena masih merasa terlalu pagi untuk bangun itu belum merasa terusik dari tidur mereka, hingga salah satu diantaranya mulai


Shani : Sssshhh..ughhh
Shani mengeluarkan suara- ah lebih tepatnya merintih.
Shani : Aduh..ssshhhh..sayang kenapa?  ucapnya sambil mengusap anak pertamanya yang kini genap berusia 8 bulan itu dengan sabar karena merasakan kontraksi di perutnya.
Tak sadar jika suami yang tidur disebelahnya terusik dan mulai membuka mata.
Oniel : Kenapa sayang, apa kamu merasakan sakit lagi?  tanyanya dengan suara parau.
Membuat sang Istri mengangguk sambil meringis dengan tangan yang masih mengusap perut buncitnya.
Oniel :  Apa sudah waktunya melahirkan?
Shani :  Engga Niell, ini hanya kontraksi palsu
Oniel :  Shaniku sayang, apa gak sebaiknya kita ke rumah sakit hari ini?  ucapnya sambil mengusap sayang perut buncit istrinya.

Simpang empat mulai keluar dari kening Shani, ia tidak suka dengan ucapan yang satu ini keluar dari mulut suaminya. Menurut Shani, Oniel atau suaminya ini terlalu protective dan khawatiran, padahal jelas-jelas dokter mengatakan Shani hanya kena kontraksi palsu tapi Oniel pasti akan selalu memintanya ke dokter saking khawatirnya membuat Shani sedikit marah karena ia merasa muak dengan yang namanya rumah sakit.

Shani : Aku tidak mau, tak puas kah dua bulan yang lalu kau selalu membawaku bolak-balik rumah sakit setiap hari dan bertemu dengan dokter yang berbeda-beda?

Stay With Me Whatever HappensTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang