Kere

809 73 11
                                    

"Naruto! Dimana kamu, hah!"teriak Minato marah dari saluran handphone-nya. Wajah tampannya mengetat, gigi-gigi serinya gemerutuk.

Naruto membalas kemarahan ayahnya dengan desahan dan erangan keras.

Rungu kanan Minato masih bisa menangkap jelas suara jenis apa itu. Tarikan napas Minato memburu, amarah Minato memuncak hingga ke ubun-ubun,"Hentikan semua kegilaanmu, Naruto! Jika tidak mau kehilangan semuanya dalam sekejap mata!" sang Ayah mengeluarkan gertakan. Tapi bukannya takut, suara erangan si anak malah semakin kencang bahkan bersahut-sahutan dengan suara tarikan napas terengah-engah seorang wanita di saluran telepon, sebagai jawaban.

Dada Minato kembang kempis, bergerak menarik dan mengembus napas yang semakin menderu tajam. Kepalanya serasa ingin pecah ketika mengetahui kenakalan putranya yang sudah diambang batas. 

"Baiklah, kalau begitu,"suara rendah dari Minato, membuat sang anak yang berada di sudut antah berantah, ketar ketir. Derai kenikmatan itu tak lagi terdengar di rungu Minato.

"A-ayah, a-aku.. " sang anak menyela, terbata-bata.

Secara sepihak Minato langsung mematikan ponselnya. Walaupun diliputi rasa marah di dalam dada, wajahnya begitu banyak menyiratkan kesedihan. Tangan kirinya bergerak untuk memegangi kepalanya yang berdenyut-denyut. Ia menarik napas dan membuangnya pelan-pelan. Terus menerus melakukan hal itu berulang-ulang, agar suasana hatinya jauh lebih tenang dan pasokan darah menuju jantungnya menjadi lancar. Bersyukur ia tak terkena serangan jantung di usianya yang sekarang, akibat kelakuan putranya.  

Tak berselang lama, jari jemari dari tangan kanannya menari-nari. Menyentuh satu per satu huruf yang ada di layar ponselnya. Merangkainya hingga membentuk kalimat-kalimat. Ditengah asyiknya Minato menuliskan pesan yang cukup panjang, di saat itu pula ia terus me-reject panggilan telpon dari si anak kurang ajar. Minato sudah paham watak anaknya, minta maaf hari ini, besok-besok dan jika ada kesempatan lagi, maka kesalahan yang sama akan terulang. Putranya sangat bebal dan tak kenal istilah kapok. 

"Semua transaksi Banking mulai dari kartu debit unlimited dan black card kamu, saya blokir. Apartemenmu di distrik Chidoya dan Minato, saya jual dan jabatanmu sebagai CEO dicopot. Semua koleksi barang-barang mewah kamu mulai dari mobil sport kesayangan, jam tangan dan lainnya, saya jual untuk menutupi uang Perusahaan yang kamu korup selama 3 tahun ini. Selamat menikmati kemiskinan kamu ya, Nak!"

Ancaman Minato tak main-main, ini berlaku permanen selama putranya tidak mengubah kelakuan bajingannya, menghabiskan uang Perusahaan dengan wanita-wanita di luar sana dan plesiran ke luar negeri untuk tujuan bersenang-senang semata. Ini sudah ketiga kalinya ia harus menanggung malu akibat ulah putranya sendiri. Pria berstatus duren sawit alias duda keren sarang duwit ini kewalahan menghadapi sikap anak semata wayangnya yang kerap kali mengundang emosi. Ia juga pernah menjalani masa muda tapi tidak separah sang anak. Bahkan ia termasuk anak laki-laki yang baik dan penurut, walau ia seorang anak konglomerat. Ia tetap bekerja keras untuk Perusahaannya. 

Setelah menulis pesan berisi ancaman untuk putranya itu, ia meringis dan termenung sendiri. Ia melirik ponsel yang sudah tergeletak di atas meja kerjanya, benda pipih itu terus berderit-derit, entah sudah berapa puluh kali. Tapi kali ini Minato mengeraskan hatinya agar tidak terpengaruh omong kosong dan janji manis yang terus digemakan oleh sang anak. 

"Dia pasti ingin protes, akh! Aku tidak akan mengangkatnya," desah Minato.

Sejak Kushina meninggal dunia karena sakit lima belas tahun yang lalu, ia harus berjuang untuk membesarkan dan mendidik putranya. Ia enggan untuk menikah lagi karena cintanya yang terlalu dalam untuk Kushina seorang. Sudah banyak tawaran menghampiri, ia secara terang-terangan menolak. Motif setiap wanita yang ingin dekat dengannya bukan karena cinta yang murni tapi karena kekayaan yang ia miliki. Ia merasa, hanya Kushina yang mau dengannya bukan karena ia orang kaya. Kebaikan, ketulusan hati dan kesederhanaan wanita itu yang membuat pria ini benar-benar luluh hingga ke dasar. 

The Cover (End)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang