11.
"Nah udah."Alana meraba plester luka bermotif beruang yang menempel di pipinya sembari bercermin menggunakan layar ponselnya. Dia harus memastikan tetap terlihat cantik paripurna walaupun wajahnya sudah tergores dan harus dihiasi plaster.
Yashh girl...
"Lucu kok, ada beruangnya." ujar Vera kakak kelasnya yang memakaikannya plester, kakak kelasnya itu sedang jaga di UKS.
"Hehe makasih ya kak." sahut Alana tersenyum manis.
"Iyaaa..." Vera mengangguk sembari tersenyum kecil, dia lantas membawa kembali kotak P3K yang dia keluarkan tadi.
Alana memegangi kepalanya, merasakan sakit yang mulai menjalar di kepalanya. Efek jambakan maut Gina membuat kepalanya berdenyut sakit. "Kak ada obat buat sakit kepala gitu nggak?"
"Kenapa? Kepala kamu sakit juga?" tanya sang kakak kelas.
Alana mengangguk pelan. "Iya nih sakit, kayaknya karena dijambak tadi deh, nyut-nyut gitu." Alana sudah menceritakan tentang pertikaiannya dengan Gina tadi by the way.
Vera terkekeh, dia kasian tapi merasa lucu juga. "Bentar, coba kompres dingin aja ya." ucapnya lalu pergi mengeluarkan sebuah ice bag yang entah dia ambil dari mana dan menyodorkannya pada Alana. "Kompresin dibagian yang nyut-nyut coba."
"Wihh disiapin ginian juga di UKS ternyata, makasih kak." Alana menerima ice bag yang disodorkan itu dan mulai mengompres kepalanya.
"Iyaa, soalnya banyak siswa yang alasan sakit kepala ke UKS, yaudah siapin kompresan panas dingin aja sekalian." sahut Vera.
"Haha iya sih kak, alasan klasik banget sakit kepala, tapi aku sakit kepala beneran loh kak." canda Alana yang dibalas tawa singkat oleh Vera. Dia kemudian berbaring sesuai dengan arahan sang kakak kelas itu.
Alana mencoba menutup mata, berharap sakit kepalanya berkurang. Namun baru beberapa saat dia menutup mata, tirai pembatas antar bed tersibak, menampilkan Erika yang juga sedang berbaring di ranjang sebelahnya.
"Loh Erika? Lo kenapa? Kok masuk UKS?" tanya Alana melotot kaget melihat keberadaan Erika.
Erika tersenyum tipis, selama Alana diobati tadi dia memang sudah ada disana, dia juga bahkan mendengar semua cerita Alana diam-diam tadi. "Maag gue kambuh tadi, jadi dibawa ke UKS deh." jawabnya.
Alana kembali bangkit dan duduk menghadap Erika. Satu tangannya masih stay memegangi ice bag dikepalanya. "Ya ampun! Kok bisa? Lo telat makan? Udah minum obat belum?!" cecar Alana panik, padahal Erika terlihat santai saja disana.
"Udah, gue udah minum obat kok, By the way lo sendiri gimana? Gue nggak sengaja denger lo cerita tadi." Erika menyinggung cerita Alana tadi.
Alana menghela nafas singkat. "Ya gini deh." ujarnya sambil menunjukkan kondisinya. "Nggak parah-parah amat sih, cuma kena cakar aja sama rontok dikit kayaknya nih rambut gue." lanjut Alana sambil menyugar rambutnya.
Erika menatap Alana prihatin, dia berdecak. "Parah itu mah."
"Yah lumayan lah–"
"Lana!!!"
Alana dan Erika menoleh mendengar panggilan itu dan mendapati Dinda yang sudah berdiri didepan pintu UKS dengan tatapan khawatirnya. Dibelakangnya juga sudah ada Cakra, Dion dan juga Bara.
Dinda buru-buru melangkah masuk mendekati Alana dan Erika. "Ya ampun Na! Gue nyariin lo tadi dikelas katanya lo habis berantem sama si lampir? Trus katanya lo masuk UKS." cerca Dinda heboh. "Mana Erika juga masuk UKS tadi." lanjutnya beralih menatap Erika.

KAMU SEDANG MEMBACA
Beyond The Limit [ON GOING]
Teen FictionAlana tidak pernah berpikir bahwa mengenal Bara akan menjadi sebuah kesalahan manis yang akan membuat jalan ceritanya berubah dan banyak melenceng dari kisah yang diharapkannya. Bara yang berhati dingin dan tidak pernah terlibat dalam kisah cinta de...