terimakasih sudah bertahan

166 37 3
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Minjeong suka sekali dengan pantai, katanya gadis itu lebih suka mengunjungi pantai daripada harus pergi ke Sekolah. Pada sore hari setelah pulang dari Sekolah, Jimin dan Minjeong pergi ke pantai terdekat menggunakan transportasi yang bernama kereta.



Selama di kereta Jimin merasakan keanehan, karena para penumpang lain memandangnya terus menerus, rasanya seperti Jimin melakukan sesuatu yang salah. Tetapi karena ada Minjeong di sampingnya, Jimin pun berusaha mengabaikan semua orang dan hanya fokus pada Minjeong seorang.


Setelah menempuh perjalanan selama 2 jam. Mereka berdua pun sampai di tempat tujuan, Minjeong melompat-lompat kecil karena tidak sabar ingin melihat lautan. Jimin terkekeh pelan, dia mengambil tangan dingin Minjeong dan menggenggamnya erat.

“Let's go?”

“Ayo!”



Sampailah mereka di pantai, tidak banyak orang dan suasana nya begitu menenangkan. Minjeong sudah lebih dulu membuka sepatunya dan pergi bermain air, dan Jimin hanya duduk di atas pasir sembari memperhatikan Minjeong.


Kali ini, Jimin membawa alat lukis. Dia ingin melukis Minjeong bersamaan dengan keindahan alam, menyatu degan debur alam dan aroma semesta.


Kim Minjeong benar-benar terlihat sangat cantik.


“Sudah ku bilang, ganti dulu seragam mu.” Jimin teriak setelah melihat ombak membasahi seragam sekolah yang dikenakan Minjeong.


Tetapi Minjeong hanya membalas dengan senyuman lebarnya dan kembali bermain dengan air. Jimin membiarkannya, dia pun menyiapkan kanvas dan alat lukis, kedua matanya pun kembali menatap manusia yang berhasil membuat hari-harinya penuh warna.


Minjeong datang ke hidupnya, tanpa permisi juga gadis cantik itu mengubah hidup Jimin yang asalnya hambar menjadi penuh rasa. Yang asalnya bingung memilih warna, sekarang penuh akan warna.


Jimin pun menuangkan semua pikiran dan perasaannya pada kanvas putih, melakukan pekerjaannya seperti orang profesional.


“Lihat, kau mengabaikan ku lagi.” Kata Minjeong yang sekarang sudah duduk di sebelah Jimin sembari mengintip apa yang Jimin lakukan sampai-sampai dia diabaikan lagi.


“Aku tidak mengabaikan mu. Aku selalu memperhatikan mu.” Balas Jimin, dia menyimpan kanvas dan pensilnya, lalu kedua tangannya mencubit pipi gadis yang merajuk, “ayo kita main pasir.”


Minjeong kembali tersenyum. “Kita cari harta karun! Pasti di dalam pasir ini ada harta karun.”


“Tidak, itu tidak mungkin.”


“Tidak ada yang tidak mungkin Jimin, kita belum mencobanya.”


“Baiklah-baiklah, ayo kita cari harta karun.” Jimin akan melakukan apapun yang membuat Minjeong senang.


Nyari harta karun doang mah kecil. Mereka berdua menggali pasir, berusaha mencari barang yang terkubur di pasir pantai, sebenarnya hanya Minjeong saja yang mencari, Jimin hanya bermain-main saja dengan pasirnya, karena dia yakin tidak mungkin ada harta karun di dalam pasir yang ia duduki saat ini.


“Minjeong-ah.”

“Apa?”

“Apakah kamu baik-baik saja?”

Tangan kanan Minjeong yang sedang menggali terhenti seketika ia mendengar pertanyaan dari Jimin. “Ya,  terimakasih untuk mu.”

“Tidak, aku yang harusnya berterimakasih.”

“Kenapa memangnya?”

“Terimakasih karena sudah bertahan, Minjeong. Aku akan selalu di samping mu, jadi kamu tidak akan merasakan kesepian, kamu juga bisa mengandalkan ku.”


Keduanya berkunci tatap. Dan baru kali ini Jimin tidak bisa membaca arti tatapan yang Minjeong berikan dan Minjeong pun hanya bisa tersenyum,ia mendekat ke arah Jimin lalu memeluknya.

“Tolong, jangan pernah berniat untuk mengakhiri hidupmu lagi. Aku disini sekarang.”

Minjeong mengangguk. “Aku tidak sendirian lagi ya, Jimin?”


“Ya, aku disini, bersamamu.”


“Tapi aku tidak boleh egois.”


“Maksudnya?”


“Ayo bertemu lagi besok malam, kamu harus tahu kebenaran yang sebenarnya.”


To be continued...

Cinta itu sederhanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang