kebenaran

168 37 2
                                    

Pertemuan yang tidak direncanakan, Jimin bertemu degan gadis bernama Kim Minjeong; gadis seputih dan sedingin salju

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pertemuan yang tidak direncanakan, Jimin bertemu degan gadis bernama Kim Minjeong; gadis seputih dan sedingin salju. Dan di sore hari tepat sebelum beberapa jam lagi mereka berdua akan bertemu.


Jimin berdiri tepat di depan kanvas putih yang masih kosong, belum tercoret sama sekali. Lalu ia mengambil pensil, dan Jimin membiarkan jemarinya bergerak dengan lihai di atas kanvas putih yang sekarang sudah mulai terisi.


Wajah Minjeong adalah satu-satunya yang ada dipikiran Jimin, dia merindukannya dan bibirnya terangkat membentuk senyuman karena malam ini mereka berdua akan bertemu kembali.



“Ibu menyuruhmu belajar, bukan mencoret-coret kanvas itu. Tidak ada gunanya sama sekali.”


Tangan kanan Jimin berhenti, helaan nafas dengan berat kelar dari mulutnya. Karena kehadiran Minjeong, Jimin kembali mengenal dirinya sendiri, jati dirinya yang sudah dikubur paksa olehnya sendiri.


Untuk kali ini, Jimin ingin membantah semua orang. “Maaf bu, hanya mengistirahatkan pikiran untuk sejenak.”


“Pakai waktu mu dengan sebaik-baiknya, Jimin. Saingan mu bukan hanya satu orang, tetapi satu negera. Kamu harus masuk universitas yang sama dengan kakak mu.”


“Ya.” Jimin menyimpan pensilnya, menutup kanvas dengan kain putih lalu ia simpan kanvas itu di pojok dekat lemari pakaian.


Saat ibunya keluar dari kamarnya, Jimin pun segera mengunci pintu dan membuka kembali kain putih yang menutup kanvas, lalu ia mengambil pensilnya kembali, dia memulai kembali, mengingat dengan detail wajah Minjeong.


Tidak terasa, sore hari pun berganti malam. Jimin pun segera bersiap untuk pergi ke tempat janjiannya dengan Minjeong. Memakai pakaian sederhana, hanya celana panjang dan juga kaus polos yang dibalut kemeja, Jimin pergi tanpa berpamitan kepada ibunya, karena kalau pamitan, sudah dipastikan ia tidak diizinkan keluar.




--





“Aku kira kamu lupa, kamu terlambat 15 menit.”

Jimin tersenyum, tidak enak sebenarnya sudah membuat Minjeong menunggu. “Maaf, lain kali aku tidak akan terlambat lagi.”

“Aku ragu, mungkin ini pertemuan terakhir kita.”


Minjeong masih memakai seragam. Tidak, gadis itu memang selalu memakai seragam. Jimin tidak pernah bertanya kenapa, dia hanya menebak mungkin Minjeong nyaman memakai seragam. Tetapi untuk perkataan Minjeong tadi, Jimin tidak bisa hanya diam dan menebak saja.


Cinta itu sederhanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang