Benar sekali, Harry tidak berbicara sama sekali padaku. Tapi aku tidak terlalu memikirkannya sih, bisa saja memang tak ada urusan yang penting. Tapi biasanya Harry tidak membiarkanku tenang dalam bekerja, tapi yasudahlah hari ini aku bisa tenang.
Sudah 30 menit lebih Harry dan Zayn berada di ruang pribadi Harry. Entah berbicara tentang apa, tapi aku akan menghabisi Zayn bila dia membocorkan rahasiaku. By the way tentang Zayn adalah CEO D'Malik ternyata benar, pantas saja aku tidak asing dengan namanya.
Aku antara percaya tidak percaya, aku sedang dalam masalah dengan orang penting sepertinya. Aku tidak menyangka akan berhubungan dengan seseorang seperti Zayn. Kalau saja waktu bisa diputar kembali, aku sama sekali tidak akan meminta bantuannya atau bahkan memasuki kafe dimana pertama kali aku bertemu dengannya.
Dengar, selepas mobil kami tadi sampai di kantor ini. Zayn mengajakku untuk makan malam, ada yang ingin ia bicarakan. Dan sepertinya aku tau apa yang akan dia bicarakan, ya benar tentang hubungan kita-atau kami.
Aku tidak tau apa yang dia pikirkan, tapi sepertinya dia sedang terdesak walau tidak mengeluarkan gerak gerik terdesak sih. Dia memaksaku dengan lembut, untuk menerima hubungan ini. Padahal aku sudah bilang ini hanya pura pura dan sementara. Namun Zayn menginginkan yang benar benar hubungan, bukan sebuah ke pura pura an.
"Hey, are you waiting on me?" Aku berbalik, melihat wajah Zayn yang baru saja keluar dari ruangan. Dan dibelakang nya ada Harry yang bermuka masam. Tidak seperti biasanya yang tengil.
"Oh, ya aku menunggumu. Apa yang kau bicarakan didalam, bukan rahasiaku kan." Aku berbisik ke telinganya, was was saja. Soalnya Zayn lebih gila dari Harry.
"No, baby. Cuma bisnis saja, apa kau menungguku untuk makan siang bersama?" Ucapnya.
Zayn benar benar, tidak mengerti kita sedang dimana. LIHAT! Para karyawan sedang asik melihat drama pagi ku dengan Zayn!
"Kuingatkan jam makan siang di kantor ku tepat pukul 12 siang, jika kau tak ingat sekretarisku." Baik, Harry sepertinya terpancing oleh Zayn, aku tersenyum ke arah Harry. Aku harus menjauh kan mereka berdua.
"Tentu saja, Pak Harry. Aku tau betul." Aku menarik pergelangan Zayn dan pergi ke dapur. Tidak, bukan untuk makan siang. Aku ingin berbicara dengan Zayn, yang sekarang berdiri tersenyum gila melihat tanganku yang menggandeng tangannya. Dengan cepat kulepaskan.
"Kau tidak macam macam kan?" Selidikku.
"Tentu saja, aku tidak akan mengecewakan pacarku." Ucapnya sembari tersenyum. Cih, dikira aku akan terpana? Ya sedikit.
"Bagus, sekarang pulanglah."
"Kau menyuruhku pulang? Dan meninggalkanmu dengan Harry? Tidak, aku akan disini hingga kau pulang." Ucapnya, hah apa apaan. Dia bersedekap seperti menantang, terlihat seperti bocah tapi tinggi menjulang dan memiliki janggut.
"Kau ini kenapa? Apa seorang CEO bertingkah seperti ini ketika kasmaran?" Aku tersenyum sedikit, sedikit lucu karena wajahnya yang merajuk langsung berubah seperti 'Meh'. Hahaha~
"Tentu tidak, aku akan pulang. Dan menjemputmu ketika waktunya. Aku pergi dulu." Zayn terlihat terburu buru, hahah aku tau dia sedang kabur. Dia pun pergi meninggalkanku.
Sebaiknya aku segera ke ruanganku, pekerjaan ku masih banyak.
Zayn
Dasar perempuan itu, sangat cantik dan menarik. Aku tidak salah bertemu dengannya. By the way aku masih memikirkan bagaimana dinner nanti malam akan berjalan. Aku ingin moment ini sangat spesial.
Aku tau aku sedikit gila, melamar sesorang yang baru saja ku kenal. Tapi kan aku sudah membantunya, jadi kita sudah kenal kan. Ya, ini memang bukan seperti diriku, bukan Zayn Malik dari perusahaan Malik. Tapi ini hanya Zayn, dan aku sangat tertarik dengan perempuan itu. Lauya Mcrae.
Aku akan melamarnya nanti malam, bukan pura pura lagi. AKU TAHU, AKU TAHU INI SANGAT GILA. Tapi aku akan lebih gila jika tidak melakukannya, aku akan gila benaran jika aku didahului oleh orang lain. Aku sempat kaget Harry mendahuluiku, tapi untungnya dia tidak mau. Haha, good choice Lauya.
Benar benar sangat beruntung saat itu aku ditolak oleh Perrie, dan aku menemukan sesorang yang lebih menyentuh hati dan mataku.
"Walihya, apa yang kau inginkan ketika kau dilamar seseorang? Kau ingin dilamar seperti apa?" Aku berbaring di sofa, masih ada adik adik ku menonton tv.
Dia menoleh padaku.
"Apa kau ingin melamar seseorang?" Tanyanya balik, tidakk dia tidak boleh tau. Ini adalah kejutan untuk keluarga.
"Ti-tidak, aku hanya bertanya."
"Jadi? Kau mau melamarku?"
"Tidak, Walihya. Aku hanya bertanya... untuk persiapan." Oh tidak, dia menengok ke arahku.
"I know what's your mean, Zayn Javadd Malik. Who is she? Is she pretty? Or she know your weakness??? Is she know that you always wear your—"
"Shut up, Walihya. Now everyone know!" Geramku.
"Hahaha, sorry sorry."
Aku mendengus, ini tidak akan jadi kejutan jika dia berteriak seperti orang utan dirumah ini.
"So tell me about her, maybe i can help you to propose her!" Ucapnya bersemangat, apa bisa aku mendapat jawaban dari kebingunganku untuk dinner nanti malam? Oke, ill tell her.
"Dia seorang yang cantik, sangat cantik. Tinggi, dan ketus, rambutnya sangat wangi. Dia sangat—"
"Sebentar, maksudku dia seperti apa orangnya, bukan penampilannya!" Astaga, aku sampai tehipnotis untuk memuji kecantikannya.
"Hmm.. dia benar benar jutek, untuk pertama kalinya. Tapi dia.. aku tidak tahu Walihya, hanya saja ketika aku bertemu dengannya aku tidak mau mengalihkan pandangan." Yaampun, aku sangat cringe. Dan ini pertama kali aku seperti orang idiot yang benar benar sedang kasmaran. Kulihat adikku tengah senyum senyum sendiri melihatku.
"Kau benar benar jatuh cinta, Zayn."
Apa benar?
"Aku rasa.. " memang.
——
Oh my trimakasih sudah membaca, semoga suka lup lupp!!