Kembali lagi ke hari bekerja, setelah akhir pekan yang membuatku ditertawakan oleh Emily, Stefanie, dan bahkan Zayn. Aku akan bekerja seperti biasa di kantor dan duduk di ruangan sebelah ruangan Harry. Setelah kepergian Harry, aku sama sekali tidak berhubungan dengannya. Bahkan juga masalah kantor.
Aku percaya masalah Harry sudah selesai, Harry adalah orang yang cukup cepat mengambil keputusan. Aku rasa masalah kemarin akan segera ia lupakan.
Tapi seperti yang aku bilang, aku telah membuat masalah lain, dengan Zayn. Zayn sangat menakutkan, lebih tepatnya agak gila. Sangat gila sampai sampai dia sekarang tengah berada di depan apartementku dengan setelan rapinya. Dan kacamata hitam, jujur aku sedikit terpana.
"Apa yang dilakukan pagi pagi di sana? Dasar, apa aku harus menggunakan pintu belakang?"
Aku akan berangkat bekerja sekarang, dengan baju setelan berwarna coklat muda. Aku selalu memakai celana untuk bekerja, karena rok ku hanya sedikit dan kugunakan hanya dalam acara tertentu saja seperti acara yang penting. Rambutku yang sebahu hanya ku gerai biasa, karena warnanya blonde jadi sudah terlihat bagus walau tidak di apa apa kan.
"Apa yang kau lakukan disini Zayn?"
Dia yang sedang memainkan handphone nya mendongak ke arahku, lalu tersenyum. Hey itu menyilaukan!
"Tentu saja, menjemput tunanganku." Dia mendekatiku dan mengambil tanganku untuk digandeng.
Sudah kuduga. Dan sudah kubilang dia agak gila. Aku menarik kembali tanganku, membuatnya berbalik dan menatapku penuh tanda tanya.
"Ada apa? Kau tidak mau naik mobilku yang ini? Sebentar akan ku panggil bodyg—" Bukan!
Yang pertama aku bukan tunangannya atau pasangannya, ada sedikit salah paham di pikiran Zayn, kurasa. Dan aku tidak meminta mengganti mobilnya! Tapi aku harus mengganti apa yang ada di pikirannya!
"Zayn, apa kau lupa saat di bus aku bilang apa? Aku hanya butuh bantuanmu untuk menjadi pacar pura pura ku. Hanya itu."
"Aku tahu." Ucapnya mengangguk anggukkan kepala, lalu kenapa dia masih menganggapku pasangan sih untuk sekarang?
"Lalu kenapa kau masih kesini dan memanggilku seperti itu?"
Kalian tau, pagi pagi buta seperti ini pasti banyak yang masih rindu dengan kasurnya. Tapi ketika melihat wajah Zayn, rasanya aku tidak tidur pun sudah tercukupi waktu tidurku. Ya, memang sangat tampan tapi pikirannya agak gila.
"Lagipula orang yang tunangan pasti punya cincin yang sama di jari manis." Lanjutku, sangat bodoh pikiran sekelebat itu keluar dari mulutku. Membuatnya tertawa bahagia, atau mengejek ya(?)
"Jadi kau ingin sepasang cincin untuk kita?" Kan! Dasar mulut ceplas ceplos saja! Aku menahan pipiku agar tidak memerah dan mengeluarkan ekspresi yang memalukan. Aku harus tetap biasa saja, Lauya kau adalah perempuan mahal! Pasang harga tertinggi!