"Apa kau tau benar apa itu cinta Zayn?"
Setelah ketegangan, dan degupan hati yang Lauya rasakan. Ia angkat bicara, memastikan sesuatu. Ia percaya cinta bukanlah hal yang main main dan dia tidak mau merasakan cinta yang sia sia. Cinta bukanlah suatu keputusan yang mudah, bukan suatu hal yang main main pula untuk Lauya.
Dia tak mau menghabiskan waktu untuk hal yang sia sia dan akhirnya membuatnya sakit hati.
"Maaf, aku ikut campur masalalumu. Tapi aku ingin bertanya apa kau punya pacar sebelumnya." Lauya bertanya, diangguki ragu oleh Zayn.
"Apa kau saat ini merasakan cinta sama seperti kau merasakannya pada pacarmu yang dulu?"
Zayn berfikir, tidak. Sama sekali tidak, ini sangat berbeda. Zayn tidak pernah segila dan se nervous ini ketika dengan pacar pacarnya yang dulu. Zayn menggeleng, lalu ikut menanyakan sesuatu pada Lauya.
"Apa kau ragu denganku?"
"Ya." Balasnya cepat.
"Maafkan aku Zayn, aku belum akan menjawab pertanyaanmu tadi sebelum kau mendengar ini dariku. Can i?" Tentu saja Lauya harus dengan pendiriannya, ia harus menghindari rasa sakit karena hal hal yang seperti itu. Seperti anak muda yang masih ingin bermain main, Lauya sudah punya pendirian yang berbeda dan dia tetap berdiri pada itu.
Zayn mengangguk. "I'll hear you."
"Ini mungkin akan sedikit menyakitkan ataupun tidak, Zayn. Aku sudah punya tujuan hidup, dan aku tidak mau apabila sesuatu yang menyakitiku bisa menghalangiku menuju tujuanku itu. Aku tidak memberimu nama sebagai sumber sakit itu, tapi aku berfikir lebih jauh, Zayn."
"Apa kau akan menyakiti ku ketika kita sudah berpasangan? Apa kau akan mencari wanita lain ketika aku tidak secantik sekarang? Banyak yang membuatku ragu untuk memulai semua yang berkaitan dengan cinta, Zayn. Aku minta maaf sekali lagi, tapi aku tidak akan main main dengan cinta, Zayn."
"I know, tidak mungkin fase sakit itu tidak datang. But atleast, apakah bisa mencegahnya? Its a big deal for me."
"Dan yang aku tanyakan sebelum aku menjawabmu, will you ever do everything that can make me feel hurt?"
Zayn
Aku mendengarkan, dan sedikit menyakitkan. Tapi aku tidak bisa berkata 'tidak benar' dengan apa yang diucapkan Lauya. Dan itu membuatku benar tentang Lauya, kalau dia wanita yang berbeda. Dan aku suka.
Memang benar, dia harus mempertimbangkannya. Melihat ke seriusan Lauya, aku hanya menebak kalau dia orang yang pernah disakiti. Aku tidak tahu, i just see them in her eyes, pain.
"Dan apa kau mempertimbangkan sekitar? Dengan aku, Lauya yang seperti ini? Apa kau sudah memikirkan reaksi keluargamu?"
Aku sadar saat mendengar pertanyaan Lauya, aku bahkan tidak memikirkannya. Aku terlalu terburu buru, Zayn kau memang gila! Tapi aku bisa melakukan apapun, untuknya.
"Aku hanya hidup bertiga dengan adik dan kakakku, Zayn. Apa keluarga mu bisa menerima perempuan sepertiku, yang asal usulnya tidak jelas? Apakah sudah memikirkan kau adalah seorang CEO dari perusahaan terbesar dan kau memiliki wanita yang tidak sederajat?"
Aku mengerutkan keningku, aku tidak setuju dengan itu. Kenapa derajat sangat perlu? Semua orang bisa mencintai siapa saja, tidak ada derajat yang bisa memisahkan jika memang takdirnya sedemikian rupa.
"Kenapa kau sampai memikirkan itu?"
"Tentu saja karena aku punya tujuan hidup."
"Aku juga memiliki tujuan hidup Lauya, tidak hanya kau." Aku tertawa melihatnya kesal.
"Argh.. maksudku bukan itu! Tujuanku itu sudah seperti cita citaku. Kau tau.. seperti, impianku."
Aku tersenyum, melihat matanya yang lembut saat mengatakan kalimat itu. Aku jadi ingin tahu apa impian seorang Lauya.
"Aku tidak tahu impianmu, apa aku boleh tau?" Tanyaku.
"Ermm.. being rich lovely mother(?)"
Saat itu juga tawaku terdengar, itu sangat sangat lucu dan unik. Aku makin tertawa saat melihat wajah kesalnya hahaha!
"Apa yang lucu, Zayn?!"
"Ahahah, sorry but its so cute. I can't "
Lauya
Apa-apa yang lucu? Jadi ibu kan memang impian semua perempuan! Aku hanya menambahkan menjadi ibu yang baik dan kaya. That was a smart think! Banyak ibu yang jahat pada anak anak sekarang.
"Okay, Lauya. If you want to, aku memang gegabah dalam mengambil keputusan ku ini, tapi-"
Mulai serius, Zayn menggenggam tanganku. Memberi kehangatan pada tanganku, hingga jariku tidak terlalu beku saat ini.
"Im serious when im saying i want you to be my fiance, aku akan membuktikan aku pantas menemanimu sampai mencapai tujuanmu."
Aku menatap matanya, terlihat kilau serius dan tulus. Apa aku bisa mempercayainya? Aku tidak tau harus berkata apa saat ini, matanya terlalu menghipnotisku.
"Be mine, and we will make it.. together. "
Aku akan memutuskan.
"Then give me the rings, Zayn." Jawabku.
Zayn terlihat terkejut, mulutnya menganga. Lucu sekali, dia terlihat tak percaya dengan ucapanku. Dia masih mematung, apa aku harus mengulanginya lagi? Haha~
"I'll be yours, Zayn." Aku berbisik padanya, membuatnya sadar dengan keadaan lalu ia berdiri. Kalian tahu apa yang dia lakukan? Di berteriak, berteriak mengumumkan kalau ia baru saja tidak ditolak oleh perempuan, hahaha how cute. A bit embarrassing but he's so cute not gonna lie.
"I DID! SHE IS MY GIRL NOW!"
"BRO SHE IS MINE!"
"WORLD! SHE IS THE ONLY ONE FOR ME!"
--
Apasih yang nggak buat Zayn? Being Zayn's girl?? Why notttttttt!!! Its my dream mass!! Dont forget to vote if you like this chapter🩷
Bonus picture of DJ MALIKKK