"Im home."
Aku memasuki apartementku dengan tubuh yang sangat lelah, benar benar staminaku habis karena Harry membuatku lembur. Pukul 10 malam dan ini sedang hujan. Aku sangat kedinginan.
"Yow, Lau... "
Stefanie terdiam, melihatku-mungkin melihat belakangku. Seperti shock mungkin.
Ya siapa yang tidak shock melihat Lauya Mcrae membawa pacar atau tunangannya ke apartement. Zayn Malik berada dibelakangku, membuntutiku dari parkiran hingga ke pintu apartementku di lantai 4.
Untung saja sudah malam jadi tidak ada orang berlalu lalang di koridor, kalau tidak apa yang akan dipikirkan tetangga tetanggaku tentang membawa laki laki ke apartement. Cukup gila untukku sejauh ini, ini karena terdesak. Ingat, terdesak.
"Ban mobil nya bocor, dan sekarang badai hujan. Biarkan dia tinggal disini malam ini." Kataku pada Stefanie, yang masih diam namun beralih ekspresi malu malu. Ah dia pasti sedang mengejekku.
Aku segera mempersilahkan Zayn masuk, dan aku langsung lari ke kamar. Untuk mandi tentunya, aku sangat membutuhkan air panas untuk tubuhku. Meninggalkan Zayn dengan Stefanie berdua, semoga saja Stefanie tidak berulah.
Zayn
Ini pertama kalinya aku masuk ke apartement Lauya, aku sangat senang bisa berteduh disini. Terimakasih untuk ban mobil ku yang mengerti timing hahaha.
Tapi aku juga tidak menyangka, ini pertama kalinya aku diintimidasi oleh remaja beberapa tahun dibawahku yang mana dia adalah adik Lauya sendiri. Aku hanya duduk di sofa dihadapannya, aku ragu untuk membuka obrolan terlebih dahulu, bahkan aku tidak membawakan buah tangan karena ini mendadak.
Apa aku tanyakan nama terlebih dahulu?
"Bagaimana kencan kalian kemarin hari."
Aku terkesiap, lalu tersenyum ragu. Saat hendak menjawab, dia terlebih dahulu menyelaku-sangat sopan.
"Ah ya pasti lancar, karena saat pulang Lauya berteriak teriak dikamar seperti orang gila, dan memajang fotomu dalam kamar." Ucapnya, yang membuatku terkejut.
Apa aku tidak salah dengar?
"Apa yang kau katakan?"
"Kau bertunangan dengan kakakku kan? Bukan lagi memacarinya? Aku Stefanie by the way." Dia menjulurkan tangannya padaku, astaga hawanya seperti aku sedang berbisnis dengan salah satu klien.
Aku menjabatnya balik. "Zayn, and yeah i purpose your sister. Maaf sebelumnya aku belum berkenalan dengan keluarga-"
"Emm no, no. I think you better meet my brother first, Zayn. Aku tidak mau menakut nakutimu, Lauya was say yes, but i dont know about him."
"You know, Lauya was just a person that thinks she can do anything alone. Dia tidak pernah mau merepotkan siapapun, dan aku tau dia tidak sembarangan dengan orang orang. Apalagi untuk bertunangan, and choose you."
"Aku tidak pernah melihat dia berurusan dengan lelaki manapun dalam tanda kutip berpacaran atau apalah itu, dan aku kemarin sangat terkejut melihat Lauya yang sangat gembira itu, seperti badut."
Dia tertawa ketika menjelaskan, lalu menyambungnya lagi.
"Kau tahu kami sudah tidak memiliki orangtua kan? Yang kami pikirkan hanyalah hidup dengan baik dan nyaman, Lauya adalah salah satu yang menghidupi kami." Ucapnya, sedikit lirih di akhir kalimat.
"She is just ordinary girl, and you.. are different, but if you still want to purpose her, dont ever hurt her. Please."
Aku memahami dan merenungkan kalimat demi kalimat yang dia ucapkan. Jauh di diri Lauya yang belum aku ketahui, yang aku tau dia adalah wanita ketus yang bekerja untuk Harry.