10 Oktober 2012.
Aku tengah bersiap-siap menghadiri acara pernikahan Ibu yang tampaknya membuat semua orang antusias sekali. Makanan khas pernikahan yang tersimpan dimana-mana, riasan bunga yang tercium wanginya hingga memenuhi seisi ruangan, dan hiruk pikuk orang-orang disana yang memuji betapa cantiknya Ibuku menjadi pengantin untuk kedua kalinya.
Kulihat Ibu sedikit gugup, dia terus saja membenarkan riasan wajahnya untuk memastikan apakah dia sudah siap atau belum. "Jantung Ibu berdetak kencang banget nih, apa Ibu sudah terlihat cantik?" Dia memandangku, hingga aku tersenyum. "Ibu sangat cantik."
Kala itu hatiku sangat terenyuk. Aku yang genap dua belas tahun, pintar sekali dalam menyembunyikan perasaan yang ku rasakan. Aku sangat ingin menangis. Siapa yang senang jika melihat orang tuanya kembali lagi merasakan pubertas untuk kedua kalinya? Atau bahkan kesekian kalinya?
Nyatanya benar, ku rasa hidupku akan perlahan hancur mulai dari sekarang. Walaupun aku yakin, calon Ayahku itu akan sangat menyayangiku. Dan mungkin akan membantu memperbaiki masalah perekonomian keluarga. Benar, Ibuku menikah juga karena ingin ada seseorang yang membantunya untuk menutupi segala urusan yang menyangkut-pautkan ekonomi.
Namun, ada juga hal yang mengganggu pikiranku, bahwa Ibu dan calon Ayahku itu hanya menjalin hubungan 41 hari kemudian menikah. Aku yakin Ibu belum tahu dengan betul karakter calon suaminya itu.
"Ibu, kau janji 'kan tidak akan lagi punya anak setelah ini? Aku tidak ingin kasih sayang Ibu terbagi lagi.." ucapku, lirih.
Ibu tersenyum mengusap kepalaku, "tidak kok, Nak. Ibu tidak ingin menambah beban. Pengeluaran untuk mempunyai anak itu tinggi lho! Ibu juga memang tidak ingin saja untuk mempunyai anak lagi, biar saja adikmu itu adalah anak bungsu Ibu."
Aku tersenyum mendengar kalimatnya. Kemudian tak lama, acara pernikahan dimulai hingga semuanya berjalan lancar sampai akhir.
***
Menjalankan kehidupan seperti biasa, bersekolah, bermain dengan adik, menghabiskan waktu dengan keluarga besar. Aku mengikuti berbagai perlombaan di sekolah dasar hingga aku selalu membawa nama baik untuk sekolah sampai beberapa piala yang berhasil ku tunjukkan pada Ibu di rumah.
Rasanya seru memang menjadi anak kecil.
Perekonomian keluarga lancar, aku selalu menghabiskan waktu dengan mengunjungi tempat bermain bersama keluarga kecilku. Candaan Ayah yang selalu membuat kami tertawa, Ibu yang selalu kena korban kejahilan Ayah, hingga Adikku yang selalu mengikuti kemanapun Ayah pergi. Yah, setidaknya aku bisa merasakan momen seperti ini lagi, walaupun dengan orang yang berbeda.
"Ibu, Ayah, kalo nanti aku sudah besar, aku ingin tinggal bersama kalian saja ya! Aku tidak ingin jauh-jauh dari Ibu dan Ayah!" ucapku begitu.
"Hahaha tentu! Kok tiba-tiba sekali kau membicarakan hal itu?" Ayahku menyahut.
"Aku tiba2 kepikiran saja Ayah, katanya jika nanti aku sudah besar, pasti aku harus berpisah rumah dengan Ayah dan Ibu. Aku tidak mau, bahkan jika aku mulai perguruan tinggi sekalipun, aku hanya ingin tinggal di rumah saja. Aku takut dunia luar!"
"Pintar sekali kamu sudah tahu hal seperti itu!" ucap Ibuku riang.
Yah.. Ku harap aku benar-benar akan menepati ucapanku yang itu.
"Oh iya Ibu, aku boleh bicara sesuatu tidak?"
Ibuku mengangkat alisnya seraya tersenyum tipis, sedangkan Ayah dan Adikku pergi ke salah satu stand makanan. "Aku gak mau punya adik lagi, Ibu.. Aku pengen keluarga kita seperti ini saja ya?"
"Tentu dong! Ibu juga gak mau kalau punya anak lagi.. Pusing, Nak. Banyak sekali yang harus Ibu urus," ucapnya, tersenyum sambil mengelus kepalaku. Meyakinkan.
Harus ku akui saat aku melihat Ibu dan Ayah berada dalam kamar yang sama, aku selalu tidak suka untuk melihat mereka berdua. Walaupun tetap saja mereka telah menjadi pasangan yang sah, tapi aku hanya masih tidak bisa menerima akan keberadaan anggota keluarga baru. Bukan aku saja sebetulnya, tapi Nenekku juga.
Nenek saat itu tidak terlalu menginginkan Ibu untuk menikah lagi, sudah terlalu banyak rumor yang beredar di kampung halamanku. Ibuku yang terlalu cantik, hingga sering kali mendapat fitnah oleh pria-pria mesum disana. Aku sungguh membenci itu. Yang ku tahu, Nenek hanya ingin semua utang keluarga bisa terselesaikan dengan bantuan Ayah karena itu terlalu banyak jika hanya Ibuku yang menanggung semuanya.
____________________________________
Is there something you guys want to talk about?
Well, enjoy!!
KAMU SEDANG MEMBACA
etoile (bintang)
RomanceKalimat-kalimat tak terucap dariku, yang ku harap orang-orang terdekatku mengetahuinya.