19 Oktober 2015
"Pulpenmu bagus juga! Dari mana kau beli ini?" Aku menyadari bolpoin sahabatku yang terlihat begitu unik dan lucu, mengambilnya dengan mata berbinar. Kini, aku baru saja menginjak kelas tiga SMP di salah satu sekolah favorit. Dipertemukan dengan orang-orang baik dan menyenangkan, aku dapat belajar dengan senang disini. Beberapa kali mendapatkan peringkat kelas, aku selalu diberi hadiah oleh Ayah dan Ibuku yakni barang-barang bagus yang jarang dimiliki oleh teman sebaya.
Kehidupanku tentu berkecukupan. Syukurnya, orang tuaku dapat memberi segalanya yang ku butuhkan maupun ku inginkan. Tak sedikit dari teman-temanku yang ingin berada di posisi seperti ini. Memiliki keluarga yang harmonis, teman-teman yang selalu mendukungku, ekonomi keluarga stabil, hingga kisah cinta monyet pun tentu indah dan tanpa masalah apapun. Aku benar-benar hidup di kehidupan yang aku inginkan.
Walaupun satu hal yang sulit untuk ku dapatkan adalah aku ingin sekali meminta uang pada Ayah. Aku ingin meniru orang-orang sekitarku yang selalu mengatakan "Ayah aku belum transfer nih!" Sulit sekali.
Bukan Ayahku pelit, dia memang tidak mempunyai pekerjaan saja. Dan pada dasarnya dia memang tidak ingin berusaha untuk mencari atau mendapatkan pekerjaan, padahal usianya terbilang masih muda. Ayahku memang pemalas. Selama inilah Ibuku yang selalu membiayai dan mencukupi fasilitas yang ku dapatkan, bahkan dari kebutuhan pokok sekalipun. Kadang aku selalu berpikir, siapa kepala keluarga sebenarnya?
Huft, semakin kesini, Ayahku mulai mengeluarkan sifat aslinya.
"Aku punya dua kok! Kau mau ambil punyaku?" Oh sahabatku yang manis, tentu saja aku tidak akan menolak.
Dia Amatheia Alaia Laluna, nama yang cantik untuk sahabatku yang cantik. Dipertemukan dengan cara konyol yang tak disangka dia akan menjadi teman terbaik ku selama ini. Pastinya tidak hanya dia! Aku mempunyai 2 teman lain yang juga selalu peduli padaku. Akan ku beri tahu kalian jika aku bertemu dengannya. Hari ini mereka memiliki jadwal kumpul anggota kelompok setiap kelasnya. Sekolah kami memang mengadakan acara bazzar yang menyediakan berbagai jenis makanan dan dibuka untuk umum. Tapi menurutku, hal itu tidak terlalu penting.
"Hey!!" Aku mengalihkan pandangan pada sumber suara. Gadis itu berteriak cukup kencang dan heboh. "Katanya mulai lusa kita libur loh 2 minggu!" ucap Bianca, dengan tangan yang penuh makanan. Termasuk makananku juga sih, hehe.
"Iya!! Katanya virus yang sekarang lagi ramai dibicarakan itu sudah menyebar tahu! Aku juga lihat beritanya di tv!" Veronika menyahut. Iya, mereka berdua adalah temanku yang sempat ku sebut tadi.
Ngomong-ngomong, aku juga sudah mendengar tentang virus yang katanya bisa mematikan ribuan jiwa. Gejala awal seperti sakit demam pada umumnya, namun dominan pada flu dan batuk. Aku kurang mengerti betul bagaimana virus itu menyerang, tapi yang pasti sudah banyak korban jiwa di berbagai kota disini.
"Kita bisa dong main bareng nanti?! Main di rumahku yuk!" Alaia kegirangan.
"Boleh! Boleh!" Aku menyahuti.
"Tapi kalau kita diharuskan untuk diam di rumah bagaimana? Aku dengar ada beberapa kota bahkan negara yang melarang rakyatnya untuk keluar rumah gitu.."
Aku belum tahu tentang informasi yang baru saja Veronika katakan.
"Oh ya? Kita lihat dulu saja, nanti bagaimana." final Bianca.
***
Aku akhirnya berdiam di rumah karena virus Corona ini, sampai-sampai pembelajaran diubah menjadi dalam jaringan. Kami menyebutnya dengan singkatan "daring". Aku tidak jadi main atau bahkan keluar rumah sekalipun, jujur memang aku sedikit takut. Yang lebih parahnya, pihak sekolahku mengumumkan jadwal masuk sekolah adalah bulan depan. Dan pembelajaran akan terus dilakukan dalam jaringan.
Karena aku begitu menyukai tidur, aku bisa bangun lebih siang dibandingkan saat aku harus pergi ke sekolah. Aku hanya tinggal bangun dan mengisi tabel absenan lalu menunggu tugas atau penjelasan materi yang diberikan oleh guruku. Bahkan kadang seharian penuh aku sama sekali tidak mempunyai tugas apapun. Yah, cukup menyenangkan namun juga membosankan.
Dan seiringnya waktu, karena waktuku yang terlalu banyak dan tidak digunakan untuk hal yang dapat menyibukan, aku jadinya mulai mencari tahu tentang dunia Kpop atau apalah itu. Menonton video mereka, mendengarkan lagu mereka, dan mulai menyimpan foto-foto mereka dalam galeri ponselku. Sungguh menyenangkan, aku hidup dalam keluarga yang cemara, pertemanan yang pastinya saling mendukung, financial yang stabil, hingga kisah cinta monyetku yang selalu berjalan lancar ini membuatku terus-terusan bersyukur atas zona nyaman yang sedang ku jalani.
Tok Tok Tok!!
Aku menoleh ke sumber suara, ketukan pintu.
"Lili? Buka pintunya! Nenek punya makanan untuk kamu!"
Mataku tertuju pada makanan yang dibawa oleh Nenek. Semuanya adalah makanan manis! "Wow! Mauuuu!!"
Nenekku yang baik hati, dia yang mengurusku dari bayi hingga sekarang. "Ini dari siapa? Beli sendiri kah?" tanyaku, mengambil salah satu kue basah.
Oh iya ngomong-ngomong, Nenekku memiliki keterbatasan dalam pendengaran, jadinya aku sedikit membedakan caraku berbicara padanya. "Iya. Di depan ada yang jualan."
Aku duduk di kursi setelah itu, menikmati makanan bersama Nenek. Hingga tak lama ponselku berbunyi nada dering khusus dari Ibu.
Ibu
|Lili?
|Sedang apa?
11.09 AMLili
Nenek kasih makanan manis, aku lagi makan ini| Ibu
11.09 AMIbu
|Sent a picture*
|Ibu hamil nak...
|Maafin Ibu ya..
11.10 AMSumpah demi apapun, jantungku berdetak lebih cepat dibanding biasanya.
Ku lihat foto tespek kehamilan pada roomchat yang baru saja Ibu kirimkan. Mood-ku benar-benar turun saat itu juga. Ku simpan makanan yang sedang ku kunyah di atas meja kemudian pergi memasuki kamar tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Nenekku. Yang mungkin Nenek juga merasakan perubahanku.
Bukannya apa, aku hanya berpikir panjang tentang hal ini. Aku tidak ingin Ibu menanggung beban lebih banyak lagi. Aku tidak yakin Ayah sambungku akan membantu Ibu, ralat, membantu biaya hidup calon anak kandungnya. Aku juga tidak ingin pusing untuk mendengar suara tangisan bayi di malam hari. Menjengkelkan.
Aku selalu berpikir jika ingin mempunyai keturunan, setidaknya pikirkanlah dulu seberapa banyak uang yang kau punya.
Lili
Iya|
11.27 AM____________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
etoile (bintang)
RomanceKalimat-kalimat tak terucap dariku, yang ku harap orang-orang terdekatku mengetahuinya.