Sembilan

543 93 6
                                    

"jadi kita mau ke mana ini?" tanya Nadim.

Karina seketika tertawa lepas.

"lah malah ketawa dia".

"maaf maaf, kita abis ngomong serius, sekarang aku baru sadar kita masih di parkiran, aku hanya menertawakan keadaan" jelas Karina sambil cengengesan.

Lelaki di sampingnya itu ikut terkekeh, "iya sih aneh-aneh aja kita, tapi serius ini, aku gak mau semalaman di parkiran, cari makan yuk, aku laper".

"sama aku juga laper" ucapnya sambil mengelus perutnya. "kan kamu kerja di kuningan, kamu tau tempat makan enak nggak?" lanjutnya.

Nadim mengelus dagunya sambil berpikir, "hmm.. kamu bebas makan di mana aja? Nggak harus di restoran yang proper kan?".

"yang proper gimana maksudnya?".

"maksud aku, restoran yang bagus gitu".

Karina menggeleng "aku bebas makan di mana aja".

"di perkampungan warga nggak papa?".

"kamu tuh kayanya punya persepsi yang aneh ya terhadap aku" tuduh Karina.

Nadim mengernyitkan dahinya dan menatap Karina dengan bingung, "persepsi aneh gimana?".

Karina mendengus sebal, "kamu tuh ngira aku putri kerajaan yang nggak mau berbaur dengan rakyat jelatan kan?".

"siapa yang mikir gitu coba? Aku cuman nanya, karena aku nggak mau bawa kamu ke tempat yang bikin kamu nggak nyaman" bela Nadim.

Karina langsung merasa tidak enak kepada Nadim karena sudah berperasangka tidak baik dengan lelaki itu, ia menghelakan napas lalu berkata, "maaf ya, aku nggak tau kenapa, sensi banget hari ini".

Nadim tertawa kecil, "is this our first argument? Belum jadi apa-apa udah berantem aja kita".

Karina ikut tertawa, "be ready, it won't be our last. Anyways, balik ke pertanyaan mu yang awal, aku nggak masalah makan di mana aja".

Lelaki itu menganggukkaan kepalanya pelan, "noted. Kamu suka rawon nggak?".

"suka suka aja sih".

"di deket sini ada yang jual rawon enak banget, aku udah lama nggak kesana, kita makan di sana yuk" ajak Nadim.

Karina mengangguk, "boleh, bisa masuk mobil kan tempatnya?".

"bisa, tenang aja".

"kamu nggak bawa mobil?" tanya Karina.

Nadim menggelengkan kepalanya, "nggak aku naik trasportasi umum kalau kerja, males aku macet-macetan pagi-pagi".

Karina ber-oh-ria.

Perlahan mobil mereka berjalan meninggalkan parkiran dan keluar dari area gedung Graha Bakti. Karina tiba-tiba mendengar Nadim terkekeh pelan.

"kenapa ketawa kamu?" tanyanya.

Nadim menggelengkan kepalanya, "lucu aja, pertama kali kita ketemu, aku nyupirin kamu, sekarang kamu nyupirin aku, how the table have turned, kapan lagi kan aku disupirin sama pemenang piala citra".

Karina langsung mencubit paha Nadim.

"ouch, kenapa coba dicubit?".

"aku gak pernah ya menang piala citra, ngeledek ya kamu" ucap Karina sambil mendelikkan mata ke arah Nadim.

"lah gak pernah? Waktu itu yang aku liat di TV siapa dong? Aku inget kok kamu dapet penghargaan" bela Nadim.

"itu Indonesian Movie Actors Award ya Nadim Jauzan!" omel Karina.

Morning Coffee With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang