High Fever

1.4K 100 12
                                    

Seokjin cepat-cepat menjauhkan tubuhnya dari Jungkook lalu berdiri. Ia benar-benar merasa canggung berada di situasi saat ini. Rasanya ia ingin segera menghilang dari sini.

"M-mian. A-aku tidak sengaja." Ucap Seokjin dengan sangat gugup. Jungkook yang ada di atas sofa pun tak kalah gugupnya dengan pemuda itu.

"L-lebih baik aku pulang. Aku..."

"Ini sudah dini hari, Seokjin-ssi. Lebih baik kau tidur di sini untuk malam ini." Ucap Jungkook sambil memegangi tangan Seokjin.

"Jangan bersikap canggung! Aku tahu apa yang baru saja terjadi hanyalah sebuah kecelakaan. Ye? Jebal..." pinta Jungkook dengan wajahnya yang terlihat memelas. Seokjin bedehem demi mengurangi rasa gugupnya. Kemudian ia menatap Jungkook dan menghela napas. Ia mengangguk.

"Kau bisa tidur di salah satu kamar yang ada di sini. Kau bisa memilih kamar mana yang kau suka." ucap Jungkook yang langsung mendapat gelengan kepala dari pemuda di hadapannya.

"Anibnida, Jungkook-ssi. Aku tidak ingin merepotkanmu lagi. Kau sudah mengijinkan aku untuk tinggal di sini, jadi aku harus tahu diri. Aku cukup tidur di sofa sa-"

"Ssshh! Aku tidak ingin mendengar alasan apapun." Tegur Jungkook sambil memegangi tangan Seokjin yang sejak tadi berusaha menolak. "Kau sedang demam, Seokjin-ssi."

Pandangan pemuda berbahu lebar itu seketika menjadi buram dan tenaganya tiba-tiba hilang. Jungkook langsung menangkap tubuh Seokjin yang hampir terjatuh.

"K-kenapa tubuhku...?"

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Seokjin tiba-tiba tak sadarkan diri. Jungkook segera mengangkat tubuh pemuda itu dan membawanya ke kamar tidurnya. Tubuh Seokjin benar-benar panas.

Jungkook segera mengambil baskom berisi air hangat dan handuk bersih. Ia harus membersihkan tubuh Seokjin agar pemuda itu bisa tidur lelap. Ia melepas jaket yang melekat di tubuh Seokjin, lalu melepas kemejanya. Awalnya ia merasa ragu-ragu, tapi melihat raut wajah Seokjin yang tidak nyaman, akhirnya ia memberanikan diri.

Saat kemeja itu terbuka, Jungkook benar-benar syok. Tubuh Seokjin penuh memar. Bahkan ada beberapa memar yang sudah berbeda warna.

"Sesange... Kenapa tubuhnya penuh memar seperti ini? Dan memar-memar ini! Apakah ini bukan pertama kali Seokjin-ssi mendapatkannya?" gumam Jungkook dengan alis yang berkerut.

Ditatapnya wajah Seokjin yang terlihat mengeluarkan keringat. Ia meraih handuk yang ada dalam baskom berisi air dan memerasnya terlebih dulu agar menjadi sedikit lebih kering. Kemudian ia mengusap wajah pemuda tampan itu menggunakan handuk yang dipegangnya.

"Sepertinya kau memiliki begitu banyak kesulitan, Seokjin-ssi. Mian... Seharusnya aku bertemu denganmu lebih cepat, jadi aku bisa berada di sisimu saat kau merasa sakit. Kuharap kedatanganku di hidupmu tidak terlalu terlambat..." gumam Jungkook lirih tanpa melepaskan pandangannya dari Seokjin yang terus terpejam. Kemudian ia segera mengganti kemeja pemuda itu dengan kemeja miliknya.

Setelah memastikan Seokjin bisa tidur dengan nyaman, Jungkook segera meninggalkan kamarnya dan mencari ponsel Seokjin yang ada di atas meja. Saat ia hendak menyentuhnya, ponsel itu bergetar. Ada sebuah panggilan masuk dengan nama Uri Tae di layar yang menyala. Jungkook memutuskan untuk menerima panggilan itu.

"Yeoboseyo..."

"Akhirnya Hyung menjawab panggilan dariku. Hyung dimana? Mengapa Hyung belum pulang? Cepat pulang, Hyung! Kami semua sampai tidak bisa tidur karena Appa terus mengomel tiada henti. Appa benar-benar marah sama Hyung.Jebal, Hyung! Jangan sampai Hyung semakin babak belur karena Appa!" tanya suara yang terdengar di telinga Jungkook.

Our Destiny (KookJin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang