Seokjin's Decision

1.9K 121 19
                                    

Pukul dua dini hari, Jungkook yang masih terjaga menatap lembut sosok Seokjin yang tidur di sampingnya. Pemuda rapuh yang sangat dicintainya itu akhirnya bisa tertidur  setelah ia memutuskan untuk tidur disampingnya. Tangan Seokjin yang masih terasa sangat panas pun terus menggenggam tangannya agar ia tidak pergi.

Tadi setelah perasaannya tenang, Seokjin akhirnya menyadari tangan Jungkook yang terluka. Ia bahkan mengganti kain kasa yang digunakan untuk membalut luka menggunakan band aid. Saat melihat luka itu, Seokjin terkejut dan panik. Ia meminta Jungkook untuk pergi ke rumah sakit. Tapi setelah Jungkook mengatakan bahwa besok temannya yang berprofesi sebagai dokter akan datang, Seokjin akhirnya bisa tenang.

Jungkook bangun dari posisinya dan turun dari tempat tidur. Tapi saat hendak melangkah, ia baru menyadari jika tangan Seokjin masih memeganginya. Jadi ia harus melepaskan tangan Seokjin darinya lebih dulu. Ia ingin mengambil pad penurun panas karena tubuh Seokjin masih demam.

"Seokjin-ssi... Aku hanya ingin mengambil pad penurun demam. Aku tidak akan lama." Ucap Jungkook lembut. Genggam tangan Seokjin benar-benar kuat.

Perlahan netra pemuda berbahu lebar itu terbuka menampilkan irisnya yang kecoklatan dan cantik. Jungkook tersenyum. Tapi Seokjin tidak mau melepaskan tangannya. Ia justru menarik Jungkook padanya hingga pemuda itu jatuh bertumpu pada kedua tangannya karena tidak ingin menindih tubuh Seokjin.

"Seokjin-ssi..."

Seokjin tak menjawab. Ia hanya mengalungkan kedua tangannya di leher Jungkook lalu menyembunyikan wajahnya di leher pemuda itu. Tubuh Jungkook seketika meremang karena napas Seokjin menyentuh kulitnya.

"Jangan seperti ini, Seokjin-ssi!"

"Tetap di sini! Jangan pergi kemana-mana!" Jawab Seokjin lirih.

"Aku hanya ingin mengambil pad penurun demam. Tubuhmu masih panas, Seokjin-ssi..."

"Tetap di sini, Jungkook-ssi...!"

"Arasseo. Aku akan tetap di sini, geundae Seokjin-ssi harus melepaskan aku lebih dulu."

Seokjin bergeming. Ia justru semakin mempererat pelukannya di leher Jungkook. Ia menarik tubuh pemuda itu hingga akhirnya tubuh mereka saling bersentuhan.

Situasi ini membuat Jungkook benar-benar tersiksa. Ia berada di atas tubuh Seokjin dan bibir pemuda itu menyentuh lehernya.

"Seokjin-ssi..."

"Mian... Aku hanya ingin memastikan bahwa ini bukan mimpi." ucap Seokjin lalu melepaskan tangannya dari leher Jungkook. 

Pemuda bergigi kelinci itu mengangkat tubuhnya dan memandang wajah Seokjin yang ada di bawahnya. Seokjin memejamkan kedua matanya dengan dahi berkerut karena kepalanya yang mendadak terasa pening.

Jungkook mengecup bibir Seokjin hingga pemuda itu membuka mata dan menatapnya.

"Ini bukan mimpi, Seokjin-ssi. Ini nyata. Aku ada di sini, bersamamu." Ucap Jungkook lembut.

"Apakah ucapanmu semalam benar-benar serius?" Tanya Seokjin dengan dahi berkerut

"Aku selalu serius pada kata-kata yang aku ucapkan, Seokjin-ssi." Jawab Jungkook kemudian berbaring miring menghadap Seokjin.

"Dangsineun jeongmal naleul saranghabnikka?" (Apa kau benar-benar mencintaiku?)

"Ye. Naneun jeongmallo dangsineul saranghabnida." (Ya. Aku benar-benar mencintaimu.)

"Hajiman ... nan namjaya, Jungkook-ssi. Jika kau bersamaku, kau tidak akan bisa memiliki keluarga lengkap seperti pasangan pada umumnya."

Tangan kanan Jungkook terulur dan menyentuh pipi kiri Seokjin dengan lembut.

Our Destiny (KookJin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang