Hai salam kenal🙌🏻 Panggil aku Bibu💙
Welcome to first story 👏🏻👏🏻 Semoga suka
Happy Reading
Suasana bising kendaraan saling bersahutan-sahutan. Para pengemudi pun berlomba-lomba sampai ke tempat tujuan. Padatnya jalanan kota tak menyurutkan semangat seorang gadis berkuncir kuda itu.
Ia melangkah tergesa-gesa setengah berlari. Sambil sesekali melirik arloji di tangannya seraya mengatur napasnya. Bulir keringat di keningnya pun ia abaikan. Tujuannya hanya satu. Dia sampai tempat tujuan tepat waktu.
Aruna Sakayla Hafa —nama gadis itu. Gadis dengan tubuh ramping namun tidak terlalu tinggi. Bulu mata lentik serta gingsul yang membuat nya terlihat manis.
Hafa menghentikan langkahnya sejenak. Lalu menghirup rakus udara di sekitarnya. Kedua tangannya bertumpu di kedua lutut. Kakinya seakan tak ingin digerakkan lagi karena lelah.
Atensinya tertuju lurus ke depan. Tak jauh dari tempatnya terlihat seorang satpam yang bersiap menutup gerbang sekolahnya. Hal itu sontak membuat Hafa segera bangkit dari posisinya. Ia berlari kembali bersamaan dengan sebuah motor yang hampir menyerempet tubuhnya. Untung saja dia sempat menghindar.
"Tunggu pak!" pekiknya seraya menghadang satpam itu menutup gerbang.
"Mbak Hafa, kok tumben telat?" tanya satpam yang sudah mengenal baik Hafa. Ia pun membiarkan Hafa untuk masuk.
"Hehe ... iya. Makasih ya, pak." Balasnya seraya melangkah meninggalkan tempat itu.
Saat melewati parkiran netranya menyipit. Ia mengenali salah satu motor. Yap, motor yang tadi hampir menyerempetnya sudah terparkir rapi. Namun ia tidak melihat pemiliknya.
"Awas aja nanti, kalo ketemu." Gumamnya sambil mengeratkan genggaman di ranselnya.
•••
"Brak!!"
Suara pintu yang dibuka kasar itu pun mengagetkan penghuninya. Sedangkan sang pelaku justru tersenyum manis sambil menunjukkan ekspresi polosnya.
"Gue kira guru, njir!" Fina misuh-misuh.
"Cil, biasa aja dong!" sahut Haikal yang ikut geram dengan ulah Hafa.
"Sorry." Ucapnya polos seraya menuju tempat duduknya.
Mereka pun melanjutkan aktivitas nya masing-masing. Entah mulai menyiapkan pelajaran, bermain ponsel, bahkan bergosip. Tentu saja mengisi waktu luang sebelum guru tiba.
"Dari mana aja lo, baru berangkat?" tanya Liona penasaran.
Hafa menoleh, "Dari rumah. Dari mana lagi?"
" Sejak kapan lo suka telat. Secara 'kan lo itu siswi teladan." ucapnya menuding.
"Sejak sekarang. Udahlah capek gue lari-larian." Balasnya setengah kesal. Liona pun hanya menggedikan bahunya acuh.
Hafa pun mulai membuka lembar demi lembar bukunya. Hingga tidak lama seorang pria paruh baya dan seorang pemuda memasuki ruangan. Pemuda yang dipastikan murid baru itu mengikuti di belakang.
Seluruh atensi tertuju pada pemuda itu. Parasnya cukup memanjakkan mata. Jangan lupakan penampilan yang bisa dikatakan sedikit urakan cukup menyita perhatian.
"Selamat pagi anak-anak. Hari ini kita kedatangan murid baru. Silakan perkenalkan diri, nak."
Pemuda itu maju selangkah, menatap satu-persatu orang di ruangan tersebut. Tidak lama sebuah senyuman manis membuat kaum hawa histeris. Tentu saja, wajahnya memang terkesan sangar. Namun, siapa sangka, ia memiliki senyum indah dengan lesung di kedua pipinya.
Pemuda itu menghela napas, " Hai, Gue Gevan Gaung Mahatma ."
Seorang siswi mengangkat tangannya, "Gev, 08 berapa?"
" 08 kapan-kapan ya, cantik." Balasnya ikut menggoda. Siswi itu pun mendesah pasrah.
"Sudah. Nak Gevan silakan duduk. " suruh guru itu yang langsung dilakukan.
Gevan menuju kursi kosong yang tersisa. Dia melewati seorang siswi yang nampak tak asing di matanya. Ia sedikit memutar otaknya mengingat. Dan ternyata dia gadis yang hampir terserempet motornya tadi pagi.
"Ah, kayaknya gue harus minta maaf." batinnya.
Setelah sampai ia pun mengeluarkan bukunya mengikuti pelajaran.
Di tempat lain, Hafa masih fokus dengan bukunya teringat kejadian pagi tadi. Ia pun menoleh ke arah Liona untuk bertanya.
"Li, lo kenal pemilik motor sport merah gak?"
Liona menoleh terheran-heran, "Tumben lo nanya? Lagian banyak kali Fa, motor kaya gitu mah."
"Ish! Masa sih?" Hafa ikut bingung. Sedangkan, Liona sudah mengabaikannya.
Saat sedang melamun sebuah gumpalan kertas mengenai kepalanya. Sontak hal itu membuatnya bersungut-sungut. Ia pun mengambil dan membukanya karena penasaran.
Maaf untuk yang tadi pagi. Gue nggak sengaja. :)
Begitulah kira-kira isi dari kertas tersebut. Pandangannya langsung mengedar, menelisik siapa pelempar kertas. Hingga netranya bertatap langsung dengan si murid baru. Ia menangkupkan tangannya seolah isyarat permintaan maaf.
Hafa yang tadinya ingin memaki-maki si pengendara pun mengurungkan niatnya. Jika dilihat pemuda itu benar-benar tulus meminta maaf. Ia pun hanya menganggukkan kepalanya.
Baru saja akan menoleh ke depan, sebuah kertas kembali mengenainya. Kali ini mengenai tangannya yang tengah ia gunakan menulis. Hafa pun menoleh kembali ke arah Gevan. Pemuda itu hanya menyuruhnya membaca kertas tersebut.
Sebagai permintaan maaf nanti gue traktir. Sekalian tolong ajak gue keliling.
Hafa pun menyimpan surat itu lalu fokus ke papan tulis. Ia menoleh sebentar ke arah Liona yang sepertinya tidak terganggu.
Bersamaan dengan itu ponselnya berdering tanda pesan masuk. Dengan hati-hati ia membuka pesan tersebut. Sesekali menoleh ke arah gurunya yang sedang menerangkan.
From: Alle
[ Makan siang bareng, yuk.
Gue tunggu. ]Hafa tersenyum simpul. Entah mengapa wajahnya memanas. Mungkin pipinya sudah memerah sekarang.
Sedangkan di sudut sana, diam-diam Gevan mengamati dengan senyum tipis. Sangat tipis hingga mungkin tidak ada yang menyadarinya.
•••
Tbc...
Gimana guys? Masih semangat untuk baca cerita ini?!
Yuk jangan lupa
follow+komen+share
cerita ini ke temen-temen kalian ya🙏🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret: Seraphic
Teen FictionPada dasarnya, manusia memiliki karakter masing-masing. Dengan berbagai macam ekspresi dan sifat yang kadang menjadi misteri. Katakanlah topeng yang menyembunyikan jati diri mereka. Kisah ini hanyalah kisah remaja pada umumnya. Namun jangan terlena...