PAGE 06

3 0 0
                                    


Gimana kabar kalian?

Baik>>🌻🌻
Biasa>>🪻🪻
Buruk>>🥀🥀

Vote+komen ditunggu ya🙏🏻

Happy reading 💙💙

Semilir angin sejuk mengiringi langkah seorang ber-hoodie itu. Rintik gerimis yang jatuh membuat suasana terasa dingin. Ia tak menghiraukan sepatunya yang terasa lembab terkena bekas air hujan.

Gesekan sepatu dengan lantai memecah keheningan pagi itu. Hanya nampak beberapa murid yang berkeliaran. Entah mengapa langkah kaki itu justru membuatnya melangkah ke arah rooftop.

Dengan pelan ia membuka pintu rooftop itu. Pemandangan yang ia lihat pertama kali ialah beberapa kursi rusak dan sebuah sofa usang. Entah siapa yang meletakkannya di sana.

Langkahnya mendekati pinggir rooftop yang dibatasi sebuah besi mengelilinginya. Atensinya tertuju ke bawah gedung. Sebuah kebetulan seorang gadis berkuncir kuda dengan ransel hitam itu terlihat. Senyum licik terukir di bibirnya.

Entah apa yang merasukinya, pandangannya mengedar ke sekeliling. Ia mendapati sebuah pot bekas berukuran sedang di pojok ruangan. Ia mengambilnya dan dengan tersenyum licik ia mengarahkan ke gadis berkuncir tersebut.

Setelah memperhitungkan jarak, ia dengan santai melepaskan genggaman pot itu hingga melayang jatuh. Tidak ada yang menyadari aksinya itu. Tanpa menunggu ia berbalik melangkah meninggalkan rooftop diiringi suara ricuh dari bawah.

•••

Sedangkan di area halaman seorang gadis tengah terpaku. Menatap nanar sebuah pot yang hancur berkeping-keping. Entah dari mana pot itu berasal. Namun hampir saja nyawanya terancam jika saja ia tidak ditarik oleh seseorang.

"Fa, are you oke?" tanya lembut seorang di depannya.

Gadis itu tersadar, ia hanya menjawab dengan senyum samar. Bisik-bisik mulai terdengar membicarakan perihal kejadian tersebut.

" Hafa! Lo, oke 'kan? Ada yang luka?" tanya gadis yang baru saja datang.

" Gue baik-baik aja." Hafa menoleh ke arah pemuda yang menolongnya.
" Thanks Ge."

Pemuda itu tersenyum hangat.

" Tapi kok bisa pot jatuh dari atas. Emang bisa jalan sendiri, gitu?" celetukannya keheranan.

" Nah ... aneh kan? Jangan-jangan ada yang sengaja mau nyelakain lo Fa. "

Liona menjentikkan jari sependapat. Otaknya berpikir keras siapa pelakunya.

" Udahlah. Toh, gue nggak apa-apa."

Hafa menghentikan pemikiran negatif mereka. Bukannya tidak peduli, hanya ia tidak mau berburuk sangka.

Gevan dan Liona mendelik, " Heh! Ini masalah keselamatan lo, Fa. Bisa-bisanya lo santai begitu," ujar pemuda itu kesal.

Hafa yang dinasehati malah melangkah pergi tanpa menoleh.

" Kita harus bilang Alle nih, " usul Liona.

Gevan mengangguk, " Benar, bahaya banget kalo keulang. "

Mereka pun menyusul Hafa. Tanpa menyadari ada yang menguping pembicaraan mereka. Tangannya terkepal menahan amarah.

" Padahal baru mau gue bully. Tapi malah udah sial aja, itu cewek. " Tangannya ia lipat di dada dengan tatapan lurus.

" Kasian banget si Hafa. Udah kena karma duluan. " Gadis berambut sebahu di sampingnya menanggapi.

The Secret: Seraphic Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang