[ Green -Sunshine ]

189 14 2
                                    



Fourth melihat satu mobil box keren yang meluncur bebas melewati sepasang matanya pagi ini, dia bahkan berpikir akan bolos sekolah hanya untuk membuntuti mobil keren itu kalau tidak ingat bahwa hari ini Mark berjanji mau mentraktirnya. Jadi, mengurungkan niat membuntuti mobil box keren sebagaimana otaknya mencetuskan ide Fourth coba fokus pada jalan setapak yang kini tampak kering setelah diguyur hujan semalaman suntuk. Sial, gara-gara hujan sekarang dia harus memakai kaos kaki setengah basah yang terlalu malas untuk Fourth setrika supaya kering. Tch, ya sudah sih.. lagipula Fourth juga tidak akan demam hanya karena memakai kaos kaki basah.

Fourth mendongak, menyapa langit yang kini coba membujuk sang matahari untuk menyapanya. Kenapa dengan matahari? Pikir Fourth mengada-ada. Mungkin matahari meminta putus karena langit berselingkuh dengan bulan. Buktinya langit menangis semalaman bersama bulan dalam pelukan. Kkkk

"Woy Fourth!! Berangkat bersamaku!!"

Ada suara lucu yang nyaring, suara pemuda bermarga Pakin yang sudah Fourth daulat sebagai teman sejak keduanya berseragam sama di Elementary School.

"Oi Maaarrrk!! Aku bonceng ya!!"

"Jangan bicara ngawur! Aku tidak mau luka-luka hanya karena impian sialanmu itu!!!"

Pada dasarnya Fourth tidak pernah peduli dengan kata-kata menyakitkan Mark yang benar adanya. Fourth sadar dia tidak bisa naik sepeda. Atau belum bisa, salah siapa? Entahlah. Fourth tidak mau menyalahkan siapa-siapa kok. Tapi dia masih punya niat baik membonceng Mark loh walaupun dia tidak bisa mengendarai sepeda. Kurang baik apa coba?

Diiringi tawa dan kayuhan Mark yang semakin kencang keduanya menghilang dimakan tikungan. Sedang dari balik kaca toko swalayan sepasang mata mengawasi keduanya dalam diam.

"Gemini, apa hanya itu yang kau butuhkan nak?"

Pemilik nama itu menoleh, mengangguk singkat pada wanita paruh baya yang memanggilnya lantas meletakkan semua benda yang ada dalam cengkeraman tangan pada keranjang.

][][

Fourth menatap pagar rumahnya curiga, ibunya tidak akan pernah lupa mengunci pagar karena ibunya bukan orang semacam Fourth yang meletakkan sabun saja selalu tidak pada tempatnya. Pasti ada seseorang, orang lain yang datang ke rumah dan tebakannya tidak mungkin salah.

"Oh..." Fourth bahkan belum sempat membuka pintu rumah saat Ibunya yang cantik jelita bak bidadari surga membuka pintu untuk seseorang. Wanita yang mungkin juga seumuran ibunya, cantik, tinggi, punya senyum dengan gigi kelinci menawan. Sayangnya tipe Fourth bukan tante-tante jadi dia tidak tertarik menindak lanjuti hubungan ini. "Selamat sore." Fourth membungkuk sopan, menunggu Ibu berteriak untuk menyuruhnya segera masuk dan makan seperti biasa kali ini diiringi tawa renyah wanita asing yang dia curigai sebagai tetangga baru yang pagi tadi membawa mobil box keren itu.

Dia tidak penasaran, tidak hanya penarasan tetapi lebih kepada ingin tahu. Apa tetangga barunya ini punya sesuatu yang menarik? Atau akan lebih Fourth perjelas saja agar tidak lebih absurd. Apa tetangga barunya ini punya anak perempuan yang manis sama seperti tante yang baru saja dia temui? Kkkk.

Fourth mengintip dari balik jendela, matahari telah bersinar cerah tadi siang. Begitu cerah hingga dia rasa matahari sengaja memamerkan cahayanya karena langit telah sukses memohon maaf. Ia menghela napas, melirik sekilas pada balkon kamar yang masih tertutup rapat dengan harapan akan bertemu mataharinya.

Segera.

][][

GREEN BLUE [GeminiFourth]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang