[Blue - Sunny]

84 11 0
                                    


Fourth Nattawat, ninja idiot yang dia temukan melompat dari pohon dan terdampar di balkon kamarnya. Manusia gila yang menyatakan bahwa dia adalah jodoh masa depannya. Bocah kurang kerjaan yang entah bagaimana kini tak pernah absen merusuh hari-harinya.

"Oh.. Gemini?!" ada nada bahagia yang tersemat dalam satu lantunan seorang Fourth. Lantang bahkan tanpa pengeras suara. Hebat, bahkan kini satu kelas tak perlu repot menanyakan siapa namanya.

"Fourth Nattawat, di mana kelasmu?" Guru bertanya dengan suaranya yang berat, Fourth yang masih mempertahankan senyum idiot, hanya berdiri menatap Gemini begitu manis lantas menjawab.

"Kelasku masih di sebelah kok, tapi kalau guru Jang mengizinkan aku pindah ke kelas ini aku juga tidak apa-apa. Apa guru Jang mengizinkan?"

Bocah aneh dan ucapan absurd yang tak pernah bisa Gemini definisikan.

"Kau─" seolah kehabisan kata, Guru Jang tak banyak bicara sedangkan kedua kakinya telah melangkah menuju tempat Fourth bersemayam. Satu tangan besar yang tampak kuat itu menjewer telinga Fourth hingga sang empunya menjerit kesakitan.

"Aakkhhh... kenapa guru Jang menjewer telingaku?" masih dengan wajah polos tanpa dosa, seakan tak mengerti saja jika perbuatan Fourth benar-benar mengganggu kelas guru Jang yang seharusnya tenteram, damai, serta sentosa.

"Berhenti merusuh dan kembali ke kelasmu, Fourth!"

Bentakan Guru Jang mengakhiri kerusuhan pagi ini, Fourth sudah dibuang ke luar kelas. Entah siapa yang akan memungut bocah itu─guru Jang tak peduli. Sementara biang kerusuhan telah terusir, Gemini menatap seseorang yang juga menatapnya intens.

Gemini menghela napas, memperhatikan guru Jang yang memperkenalkan dirinya sebagai murid baru di kelas sembilan selama satu tahun terakhir.

Satu tahun selanjutnya, di tempat asing bersama manusia-manusia yang pasti akan lebih merepotkan.

][][

Langit tampak begitu cerah, dengan gulungan awan putih yang berbaris serempak serta matahari yang tertawa begitu bahagia. Namun, berkebalikan dengan itu semua Gemini malah memasang wajah datar dihari yang begitu cerah ini. Penyebabnya, bisa di tebak.

"Fourth, apa sebenarnya maumu?"

Fourth mengkerjab tak percaya, dia sudah mengantisipasi jika akan diusir karena duduk disamping Gemini tanpa meminta izin namun yang dia terima malah alunan suara jernih yang menyegarkan Gemini sang pujaan hati. Ini adalah keajaiban, pikir Fourth. Bagaimana tidak. Selama beberapa hari Fourth tak pernah sedikitpun di notice oleh Gemini padahal dia sudah berusaha semaksimal mungkin dengan berbuat kebaikan pada Gemini. Mulai dari mengantar jemput, menemani saat dia tak memiliki teman dikantin, dan mengikuti Gemini setiap ada kesempatan.

"Aku mau apapun yang Gemini berikan padaku, apapun itu tidak masalah asalkan itu dari Gemini."

Selalu berakhir seperti itu, hela napas lelah Gemini menggema. Dia baru mengenal bocah aneh ini beberapa hari dan Gemini bahkan sudah hapal tabiat anehnya.

"Aku tidak bisa memberimu apa-apa, aku orang miskin." Dan Gemini pun tanpa sadar mengikuti jejak absurd ucapan Fourth yang terkadang memang tak bisa dinalar.

"Aku pasti lebih miskin karena meminta dari orang miskin sepertimu." Kekeh lembut Fourth membawa hangat, membawa satu jalian unik yang keduanya mulai dengan percakapan absurd tiada ujung.

Fourth, bocah pengganggu itu tiba-tiba saja menjadi begitu menyenangkan bagi Gemini. Menjadi teman, menjadi saudara, menjadi sesuatu yang seharusnya tidak pernah terpikirkan ada dalam hidup seorang Jeon Gemini.

"Hey, Fourth."

Tak ada yang pernah tau akan berakhir awal dari semua jalinan ini.

"Um, apa?"

Fourth itu bocah yang begitu ceria, bahkan terlalu ceria. Bocah aneh yang dia temui di balkon secara tak sengaja dan menyatakan diri sebagai jodoh masa depannya.

"Untukmu.." Fourth melihat Gemini menyodorkan plastic bekas roti yang baru saja dia kunyah.

"Plastik?"

"Memang kau pikir ini burger? Tentu saja plastic."

"Kau memintaku membuangnya untukmu?" kernyitan bingung hadir diwajah polos Fourth, sedangkan Gemini menggeleng sambil berdecak seolah otak Fourth bermasalah karena berkata seperti itu.

"Kau tega membuang hadiahku?"

"Hadiah?" Fourth masih tampak begitu kebingungan.

"Ya, hadiah... aku memberimu ini secara percuma, itu berarti aku memberimu hadiah bukan?"

Gemini kini mulai tersenyum, Fourth dan wajah polosnya yang entah bagaimana kini menjadi penghIburan tersendiri baginya.

Menggoda Fourth itu menyenangkan, dan Gemini mulai menjadikan hal itu sebagai satu pekerjaannya disetiap hari dimana Fourth ada dan mulai menyapa dirinya setiap pagi, bagaikan sinar matahari hangat yang mengangkat sedikit beban dihatinya yang bertumpuk setiap detik.

][][

Lalu, ada hari di mana tiba-tiba saja Fourth tak menyapa seperti pagi-pagi sebelumnya.

Gemini menatap pagar rumah Fourth penasaran, ia mendekat namun tak berani melangkah untuk memencet bel. Ia bertanya-tanya namun semua pertanyaan itu harus puas ia kulum kembali dalam mulut sepanjang perjalanan ke sekolah.

Hari itu begitu sepi, Fourth tak ada di manapun dan hal itu sedikit mengusik Gemini.

"Fourth berpesan agar kau jangan khawatir, dia hanya absen untuk hari ini." Seorang pemuda bermata sipit mengantarkan pesan itu secara tiba-tiba. Mark Pakin. Gemini mengenalnya sebagai seseorang yang cukup baik. Dia teman sekelas yang tak begitu berisik juga pintar. Dan Juga, Gemini tak pernah mengira jika Fourth berteman dengannya.

Gemini diam-diam penasaran, "Ada apa dengan Fourth?"

"Dia tidak apa-apa," Mark memilih melanjutkan mencatat sebelum mengagkat wajahnya untuk melihat Gemini. "Bukankah kalian tetangga? kenapa kau tidak mampir saja sepulang sekolah jika begitu khawatir padanya?"

Ya, mereka bahkan tetangga...

"Ah, ya..."

Namun,

Semua hal hangat itu masih terlalu asing bagi Gemini..

Masih begitu asing...

][][

GREEN BLUE [GeminiFourth]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang