[Green - Sunset]

94 11 0
                                    


Fourth menguap bosan, matanya bahkan sudah lelah terpejam hingga keduanya bergulir untuk menyapa jam dinding yang masih tetap diam berdetak konstan di samping kepalanya yang terbenam.

Pukul 11.07

Dan hari ini masih akan begitu panjang, akh!! Fourth bosan!!

"Maaaa, aku sekolah saja ya, ya, ya!"

Sang Ibu melirik sekilas, kedua tangannya trampil memunguti butir-butir obat serta air putih yang segera dia sodorkan untuk Fourth tanpa kunjung menggubris ucapan Fourth yang sama sekali tak masuk akal. Masuk sekolah apanya! Berguling saja dia merengek kesakitan.

"Minum obatmu dan tidur lagi," balas Ibu Fourth datar namun penuh dengan peringatan dalam setiap hurufnya.

Fourth mendengkus, dia tak terima namun toh dia tak bisa berbuat apapun selain meratapi nasib sial yang kini menimpa dirinya.

Awalnya Fourth benar-benar tak berniat mencelakai diri sendiri dengan merobek telapak kakinya yang sama sekali tak bersalah, ya. Awalanya bukan itu tujuannya. Namun entah bagaimana sepeda beroda dua yang dia naiki tiba-tiba hilang kendali. Mark yang ikut membantu berteriak agar Fourth tenang namun teriakan Mark malah memperparah kepanikannya. Sehingga dia harus berakhir tergeletak di atas ranjang sepanjang hari ini.

][][

"Aku harus bisa bersepeda, Mark," ucapan penuh tekad dari manusia bernama lengkap Fourth Nattawat membuat Mark penasaran. Bocah sipit itu mengalihkan pandangan dari aliran sungai tenang dihadapan dan kini menatap balik Fourth. "Untuk apa? Kau masih bisa menebeng padaku."

"Aku tidak akan bergantung terus padamu, aku sudah menemukan jodoh masa depanku dan sudah saatnya aku bertindak demi masa depan yang lebih cerah."

Angin berhembus semilir, membawa sejuk yang begitu menenangkan saat suara Fourth menghadirkan kernyit tak suka di wajah Mark.

"Jodoh kepalamu, berhenti berkata tak masuk akal Oi Foot!" Fourth terkekeh sambil memamerkan tawa yang selalu membuat hati Mark bahagia melihatnya. Mark memang seperti itu, seperti manusia jahat yang selalu mem-bully Fourth namun sebenarnya tidak. Tidak jauh dari mem-bully tapi tidak juga. Hm, ya. Seperti itu pokoknya.

"Aku serius Mark, pokoknya kau harus menajariku bersepeda agar aku bisa mengantar-jemput si cantik Gemini setiap hari!"

Gemini?

Jadi─

"Kenapa kau mengantar-jemputnya? Rumah kalian searah?" Mark penasaran.

Mata Fourth membola seolah tak percaya, "Apa aku belum bercerita kalau aku dan Gemini bertetangga?!"

Mark mendengkus malas mendengarnya sedangkan Fourth malah berteriak heboh, "Astaga!! Aku benar-benar melupakan info penting itu... ahahahha!!"

"Sudahlah jadi kau mau belajar bersepeda atau tidak?" memotong tawa riang Fourth yang tak ada habisnya, Mark kini berdiri, menepuk belakang celananya buru-buru lantas mengulurkan tangan pada Fourth. "Ayo!!"

Fourth hanya terlalu manis, terlalu indah, terlalu bodoh untuk menyadari bagaimana semua orang bisa terpesona karena dirinya. Lantas, saat kedua tangan itu bertaut hangat dalam riang Fourth, Mark diam-diam tersenyum singkat.

][][

Pembelajaran sore itu benar-benar berakhir buruk!

Fourth jatuh dalam parit di sekitar sungai, kakinya robek karena terkena pecahan botol bekas minum yang dibuang sembarangan. Lalu Mark, jangan ditanya lagi bagaimana kalut bocah itu, dia segera berlari pada Fourth yang sudah berlinang air mata. Menggendong Fourth dipunggungnya dengan sigap dan membawa Fourth ke klinik terdekat untuk segera ditangani.

Setelahnya, Mark kembali menggendong Fourth sampai rumah. Mengabaikan sepedanya yang telah tergeletak mengenaskan dipinggir sungai. Mark bernapas lega karena Ibu Fourth yang baik hati selalu menyikapi apapun yang terjadi dengan senyum tanpa menghakimi. Setidaknya Ibu Fourth mengerti jika apapun yang terjadi jika itu berhubungan dengan sang anak pasti akan berujung seperti ini dan ini bukan hal pertama yang beliau hadapi.

"Terima kasih ya Mark sudah mau menggendong Fourth sampai rumah, maaf telah merepotkan."

Mark mengangguk dengan senyum malu, dia masih tak bisa membayangkan bagaimana sakit yang harus Fourth rasakan setelah ini namun melihat pemilik nama itu telah berhenti merengek kesakitan dia yakin Fourth akan baik-baik saja.

"Mark, aku titip pesan untuk Gemini yang manis itu ya. Katakan kalau aku baik-baik saja... dia pasti bingung kalau tidak melihatku sehari saja. Ehehehe." Kalimat penuh percaya diri itu menjadi penutup, Mark pamit setelahnya namun sesaat setelah dia keluar dari gerbang dia melihat Gemini.

Bocah asing yang kini menyita seluruh perhatian Fourth. Apa yang dilakukan bocah itu bersama kucing di sudut jalan?

][][

Gemini kelaparan, matahari bahkan sudah mulai bersembunyi dalam lindung awan dan dirumah tak ada apapun untuk dimakan kecuali air yang telah masuk membasahi kerongkongan juga lambungnya. Dia butuh makan, jadi dengan bermodalkan beberapa lembar uang Gemini memutuskan untuk pergi meninggalkan sebuah note untuk sang Ibu jika pulang.

Perjalanan menuju minimarket terdekat memang lancar, dia sampai di sana dalam kurun waktu sepuluh menit tanpa hambatan. Namun, di sana... di depan minimarket dengan memakai piama polkadot menggemaskan, seseorang yang Gemini pikirkan selama seharian ini tengah duduk dengan tenang bersama sebuah dua cup besar ramyun yang mengepul─nikmat.

"Gemini!!" dia kembali tertawan, oleh manusia aneh dengan senyum menawan yang tak bisa Gemini katakan tidak memukau dirinya begitu saja.

Gemini baru berpikir menghindar, dia baru saja akan berbalik dan pergi meninggalkan, namun sekali lagi suara teriakan kesakitan Fourth membuatnya mendekat tanpa sadar.

Sigap, lengan Gemini meyangga tubuh Fourth yang hilang keseimbangan. Pemilik mata tajam itu menatap satu kaki Fourth yang terbebat lantas berkomentar. "Kau bodoh atau bagaimana?! Bagaimana bisa kau sampai di sini dengan kaki seperti itu hah?!"

Ada kilat perhatian samar yang teredam, mengintip malu-malu lalu terbungkam oleh tawa renyah Fourth kemudian. "Gemini akan lebih khawatir jika aku mengatakan berjalan sampai kemari bukan?"

Gemini mengernyit tak suka. "Nah.. lihat, aku sama sekali tak suka kerutan mengerikan didahimu itu saat marah. Menyebalkan sekali."

"Kau─" Gemini menyahut namun kembali di potong Fourth dengan gemas.

"Akhh─ah.. sudah sudah, mari kita duduk saja. Kakiku sakit jika lama berdiri seperti ini.. ayo, aku punya dua cup ramyun yang merengek minta dihabiskan!"

Sekali lagi Fourth membawa segala hal yang rumit itu terburai, semua kekesalan Gemini kembali menguap tak bersisa dengan cara yang begitu aneh namun nyata. Fourth, bocah ceria itu membawa satu sumpit untuk Gemini yang kini telah duduk manis disampingnya. Dengan senyum indah dan kehangatan yang Fourth tawarkan secara percuma hati sekeras batu itu melunak secara perlahan.

Bersama jingga, dan matahari yang telah nyaman singgah diperaduan.

Fourth mulai membuat sedikit ruang di sana, dalam gulita yang dingin di mana seorang bocah kecil hidup dan bertahan melalui setiap detik dalam asa yang begitu sukar untuk mekar.

][][

GREEN BLUE [GeminiFourth]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang