Sekitar ratusan tahun yang lalu, tanah di daerah Wulandira merupakan tanah paling subur dibanding tanah di daerah-daerah lain yang ada di pulau Jawa. Karena kesuburan tanahnya membuat berbagai macam tanaman— apa pun itu, dapat tumbuh dengan baik dan subur. Bahkan penduduk Wulandira tidak pernah mengenal apa itu hama ataupun gagal panen. Semua tanaman, baik itu pertanian atau perkebunan tidak pernah ada yang rusak dan selalu panen dengan hasil yang melimpah ruah. Tidak hanya itu, kualitas dari hasil panen pun jauh lebih baik dibandingkan dengan daerah lain.
Hasil pertanian dan perkebunan di tanah Wulandira terkenal tidak hanya di pulau Jawa saja, akan tetapi sampai ke pelosok Negeri. Karenanya banyak warga dari daerah lain— bahkan sampai luar Jawa, jauh-jauh datang ke Wulandira demi untuk membeli hasil panen seperti; Padi, sayur-sayuran, buah-buahan, rempah-rempah dan bahan-bahan lainnya. Hal itu membuat penduduk warga Wulandira hidup makmur dan bergelimang harta. Hampir tidak ada warga miskin di daerah Wulandira.
Sayangnya kemakmuran hidup yang membuat warga Wulandira bergelimang harta menjadikan mereka gelap mata dan takabur. Penduduk Wulandira menggunakan hartanya yang tidak habis-habis itu hanya untuk kesenangan semata atau berfoya-foya demi memuaskan hawa nafsu. Hampir setiap malam pesta besar-besaran untuk menghamburkan harta, diadakan di daerah Wulandira yang malah mendapat dukungan dari para petinggi daerah tersebut. Bahkan mereka selalu mengundang petinggi-petinggi dari daerah-daerah tetangga bahkan luar pulau Jawa untuk bergabung dan menikmati pesta yang penuh dengan kemaksiatan.
Musik gamelan, tari-tarian, perjudian mabuk-mabukan, seks bebas, pesta seks dan saling bertukar pasangan selalu memeriahkan malam pesta tersebut. Pemuda-pemuda tampan dan gadis-gadis cantik didatangkan dari berbagai Nusantara untuk dijadikan pemuas nafsu belaka. Pesta kemaksiatan itu selalu digelar hampir setiap malam dan berlangsung sampai bertahun-tahun hingga akhirnya Sang penguasa Malam dibuat murka karenanya.
Sang penguasa Malam memberi hukuman atau kutukan pada tanah Wulandira dengan tidak mau hadir lagi di daerah itu hingga sekian tahun lamanya, menjadikan tanah Wulandira hanya ada siang dengan sinar Matahari yang menyorot begitu ganas.
Akhirnya kemarau panjang sebagai hukuman pun melanda tanah Wulandira. Bahkan hujan tak pernah lagi turun yang akhirnya berujung menyebabkan kekeringan. Penduduk Wulandira mulai kalang kabut dan kebingungan dengan apa yang menimpa tanah Wulandira.
Tidak ada Malam, kemarau panjang, dan tidak pernah turun hujan menyebabkan sungai-sungai bahkan sumur di tanah Wulandira kering kerontang. Tidak ada sumber mata air yang mengalir. Tentu saja hal itu membuat warga Wulandira mengalami paceklik, tidak ada panen karena semua tanaman tidak tumbuh bahkan banyak yang mati. Kabar itu menyebar hingga ke penjuru Nusantara yang akhirnya membuat mereka tidak ada lagi yang datang untuk membeli hasil panen.
Tanah Wulandira yang mulanya subur berubah menjadi sangat gersang. Kelaparan dan hama penyakit mulai melanda penduduk setempat. Hingga sebagian besar penduduk banyak yang tewas karenanya. Separuh dari sebagian kecil warga ada yang mengungsi ke darah Umbulwulan di selatan tanah Wulandira sedangkan sebagian kecil lagi pindah ke Candiwulan yang terletak di sebelah utaranya.
Selama bertahun-tahun bahkan puluhan tahun, sang malam tidak pernah lagi datang di tanah Wulandira. Yang ada hanya siang dengan Matahari yang tetap bertahan di sana bersama sinarnya yang menyeruak semakin ganas. Sungai, kebun, sawah, dan perbukitan tidak hanya terlihat gersang, tapi juga membara dan berasap melebihi gurun pasir. Namun keadaan Wulandira membuat sang ratu di Negri kayangan— dimana penghuni kayangan itu hanya perempuan, merasa prihatin. Sang ratu akhirnya memohon kepada Malam agar menyudahi amarahnya. Karena bagaimana pun Tanah Wulandira tidaklah bersalah, yang salah hanyalah penghuninya yang tidak biasa bersyukur, menikmati harta dengan mengikuti hawa nafsu yang menyesatkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/361657671-288-k554967.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
PESONA PRAHARA {Legenda Tanah Wulandira}
FantasyBL-Mpreg, dengan latarbelakang Kerajaan. Fantasi, semua apa yang ada di dalam cerita ini adalah fiktif. Tidak ada di dunia nyata. Jika ada kesamaan tokoh, tempat, dan kejadian, itu hanya kebetulan saja. Cerita ini saya buat hanya untuk menghibur sa...