Seperti Surga

820 121 5
                                    

Masih pembukaan

Floryna terbang dari bukit satu ke bukit lain sebelum akhirnya ia menentukan pilihan pada bukit paling tinggi diantara yang lainnya. Dahulu bukit itu diberi nama bukit ‘Jaya pada’ oleh warga Wulandira sebelum kutukan itu terjadi. Ia lalu memastikan keadaan sekitar dan setelah yakin tidak ada yang melihat, masih takut-takut Floryna menanam Fetus Duripa, di dekat danau kecil dengan airnya yang sangat jernih hingga bagian dasar danau bisa tembus oleh pandangan mata. Bahkan ikan-ikan— yang entah datang dari mana, bisa terlihat sangat jelas sedang berenang kesana-kemari. Selesai menanam Fetus Duripa Floryna lalu mengambil kendi kecil yang ia letakkan di tanah. Kendi itu berisi biji-bijian atau bibit aneka bunga yang akan ia sebar di bukit itu juga. Ia lebih dulu menyebar biji-biji bunga tersebut di sekitar pohon Fetus Duripa sebelum akhirnya terbang mengelilingi danau sambil menyebar bibit bunga di tepinya. Namun ketika sampai di tempat ia memulai menyebar bibit— di dekat pohon Fetus Duripa, Floryna terkejut dan tercengang, ia melihat pohon itu begitu ajaib sudah tumbuh begitu tinggi bahkan dengan akar yang besar dan daunnya yang rindang.

Putri Floryna terdiam memandang pohon Fetus Duripa dengan bola mata yang terbelalak. Pelan-pelan telapak kakinya mendarat ke bumi lantas berjalan mendekati pohon itu tanpa mengedipkan mata. Belum hilang rasa terkejutnya setelah melihat keajaiban pada pohon Fetus Duripa, putri Floryna kembali dibuat tercengang hingga mulutnya menganga. Tiba-tiba ia melihat bibit yang ia sebar mengelilingi pohon Fetus Duripa, mulai bertunas dan pelan-pelan tubuh memanjang sampai setinggi lututnya. Tidak hanya itu, ia juga melihat kuncup bunga mulai bergerak hingga akhirnya mekar dengan sempurna dalam waktu hanya beberapa detik saja.

Melihat keajaiban yang begitu nyata, Floryna gemetaran. Ia sangat takut pohon itu akan dilihat oleh para dayang atau malah sang ratu Srinirmala, ibunya.

Benar saja, di tempat berbeda seorang dayang yang sedang menyebar bibit padi di area persawahan secara refleks menoleh ke arah bukit tertinggi dan melihat ada satu pohon di atas sana. Padahal pohon itu belum ada pada saat para dayang turun ke bumi untuk melakukan penghijauan. Dayang itu lantas langsung bergeser menghampiri ratu Srinirmala yang kebetulan berada di sana, sedang duduk di kereta kencana sambil mengawasi dayang-dayang nya.

“Maaf kanjeng ratu, kenapa ada pohon di bukit itu?”

Sang ratu refleks menoleh ke arah tunjuk dayang itu dan ia langsung terbelalak melihat satu pohon sudah tumbuh besar di sana. Tentu saja sang ratu sudah langsung tahu jika itu adalah pohon Fetus Duripa.

“Siapa yang menanam Fetus Duripa di bumi?”

Dari wajahnya terlihat jelas, sang ratu sangat murka dan ada ketakutan di sana. Ia lantas memerintahkan dua kuda putih agar membawanya terbang ke bukit Jaya pada, yang kemudian diikuti beberapa dayang terbang melayang di belakangnya.

°°°°°

“Fetus Duripa hanya boleh di tanam di negeri kita, negeri yang hanya ada kaum perempuan saja. Fetus Duripa juga bukan buah sembarang buah, buah itu sangat mempunyai perasaan dan hanya boleh dimakan oleh makhluk di negeri ini yang sudah waktunya mempunyai keturunan. Itu sebabnya, tidak ada laki-laki di negeri kita. Jika manusia bumi tahu dan kemudian memakannya, itu akan sangat berbahaya karena akan merusak takdir yang sudah digariskan sang maha penguasa. Jika wanita memakannya dia akan hamil tanpa disentuh oleh laki-laki, dan jika laki-laki yang memakannya, maka perutnya akan berubah seperti perut seorang perempuan. Laki-laki itu akan memiliki rahim dan janin.”

Di hadapan sang ratu, putri Floryna duduk bersimpuh, menunduk dan merasa sangat bersalah. Ia terisak dan mengusap air matanya yang menetes tanpa disuruh.

“Ampun kanjeng ibu, hamba menyesal.”

“Penyesalan mu tidak akan mengubah apa pun,” balas ratu Srinirmala.

PESONA PRAHARA {Legenda Tanah Wulandira}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang