MY SECRETARY : 06

1.1K 127 3
                                    

‘DAMN, LEE’

***

Rasa lapar yang menyerang ditengah malam ini membuat dirinya terpaksa menggerakkan tubuh untuk bangkit dari ranjang kasur miliknya, mengucek kedua matanya lalu menguap, sedikit meringis karena suara perut yang meminta makanan. Helaan nafasnya keluar, menyalakan ponsel untuk melihat waktu yang nyaris menyentuh pukul dua belas malam. Mengerang seraya menyembunyikan wajahnya pada permukaan bantal, merasa kesal karena lapar datang menyerang.

Ia ingat, bahwasanya tidak ada makanan didapur, melakukan pemesanan pada malam hari ini juga rasanya tak mungkin, maka dengan sangat terpaksa dirinya berdiri, mengambil sebuah hoodie kuning polosnya juga dompet. Renjun, lelaki yang terbangun karena lapar ingat bahwasanya tak jauh dari gedung apartemen ada sebuah kedai makan yang buka dua puluh empat jam. Guanlin yang memberitahunya, ternyata lelaki jakung itu masih ingat tentang kebiasaannya yang suka bangun tengah malam karena lapar.

Hm, Renjun sedikit terharu. Perutnya juga mulai terasa perih, maka dari itu sebelum rasa sakitnya semakin kuat terasa, ia langsung berjalan keluar kamar menuju kedai makan. Sebenarnya ia ingin mengajak Guanlin, akan tetapi Renjun takut menganggu, mengingat lelaki Lai itu telah menguras banyak tenaga akhir-akhir ini, jadi Renjun akan pergi seorang diri. Toh, jaraknya cukup dekat dan pasti aman, sebab posisinya yang berada dipusat kota Seoul, akan mudah meminta pertolongan jikalau kejahatan menyerang.

Berharap saja, pemikiran buruknya itu tak terjadi.

Beberapa langkah setelah keluar dari lift, Renjun sedikit terkejut akan panggilan, ketika dilirik ternyata yang memanggil ialah sang satpam. Lelaki tua yang sekiranya nyaris menginjak usia kepala enam itu bertanya akan kemana Renjun pergi, yang dijawab dengan ramah dan jujur.

Sang satpam mengangguk, “Hati-hati tuan Huang. Akhir-akhir ini, Seoul sedang tidak baik, kejahatan merajalela, kamu tau?” Katanya, memperingati. Satpam itu gemar membaca koran ataupun menonton berita melalui siaran televisi juga ponsel, dan memang benar jikalau kota dari Korea Selatan itu sedang tidak baik. Tengah marak kejahatan yang terjadi, tidak memandang usia, gender juga status. Kabar terbaru datang dua hari lalu, dimana aksi pemerkosaan terjadi pada seorang lelaki remaja yang masih dibawah umur dan yang lebih mengenaskannya lagi, remaja lelaki itu ditemukan dalam keadaan tak bernyawa setelah mendapatkan kekerasan juga pelecehan dari oknum tak bertanggung jawab. Bukan hanya perempuan yang menjadi korban pelecehan, melainkan lelaki juga bisa, apalagi yang memiliki wajah manis.

Maka dari itu si satpam memberikan peringatan waspada yang diterima baik oleh Renjun. Mendengar cerita itu, membuat keinginannya mundur, namun rasa lapar dan perih yang menyerang membuatnya nekat untuk datang ke kedai makan. Maka dengan senyuman ramahnya, Renjun berkata, “Tenang saja pak, saya bisa menjaga diri saya.”

Terdengar helaan nafas si satpam, “Baiklah. Hati-hati tuan Huang, segeralah kembali jika tuan sudah menyelesaikan makan malam mu, saya pamit berjaga kembali.” Pamitnya, yang diangguki oleh Renjun.

“Sial. Kalau bukan karena lapar, aku juga malas keluar tengah malam begini,” Gumam Renjun, yang masih teringat akan cerita kriminal tadi. Hatinya jadi ragu untuk melanjutkan keinginannya, akan tetapi jikalau ia tidak memenuhi asupannya yang ada penyakitnya akan kambuh. Renjun masih baru bekerja, tidak mungkin dirinya meminta izin hanya karena rasa sakit akibat tidak makan, terlebih mendengar bagaimana perfeksionisnya Lee Jeno. Bisa-bisa dirinya dipecat.

Menggeleng kuat, “Anak itu memang sedang sial saja, sudah waktunya dia pergi meskipun caranya mengenaskan.” Gumamnya, meyakinkan diri jikalau kejadian buruk tak akan terjadi padanya. Maka setelah menenangkan dirinya sembari memberikan keyakinan untuk dirinya sendiri, Renjun kembali membawa tubuhnya menuju pintu keluar gedung apartemen, niatnya memenuhi rasa lapar sudah bulat tak terbantahkan.

My Secretary || NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang