10. Yes! Putus

151 15 8
                                    

Happy Reading

Apabila ada typo mohon dimaafkan

⋆ ˚。⋆୨୧˚ I'm Not Protagonis ˚୨୧⋆。˚ ⋆


Alice memakan snacknya dengan tenang, matanya fokus menatap handphone yang sedang menayangkan drama asal negeri ginseng.

Sudah sejam Ia melakukan aktivasi ini, berbagai bungkus makanan ringan terkumpul dalam satu plastik yang berada disebelahnya.

"Aaa tidak! Jinman kuu!" Teriak Alice dramatis, matanya melotot melihat layar handphone.

"Bale Bale shibal (sialan)! Oalahh cok, kek asu (anjing) anak itu memang", maki Alice. Tangannya menunjuk-nunjuk layar yang memperlihatkan karakter bernama Bale disertai dengan ekspresi kesalnya.

Berbagai umpatan keluar dari bibir mungil Alice, ekspresi tak santai juga tergambar di wajahnya.

Ketukan pintu membuat kata-kata Alice terhenti.

Tok

Tok

Alice mengambil nafas dalam, "MASUK AJA," teriaknya

Pintu kamar Alice terbuka, tubuh seorang lelaki dengan setelan kaos dan celana bahan terlihat.

Tebak siapa.

Yaa benar, Ia adalah Ansel!

Saat tahu bahwa itu adalah Ansel wajah Alice langsung berubah malas. Matanya fokus kembali pada layar handphone miliknya.

"Anjir lu, sambut gue napa." Kata Ansel kesal, lelaki yang menjadi teman dekat Alice itu berjalan ke arah Alice, mengambil kursi lipat dan duduk di samping Alice.

"Malas," jawab Alice singkat yang dibalas wajah julid oleh Ansel.

Pandangan Ansel mengarah pada handphone Alice, alisnya mengkerut melihat drama yang sedang gadis itu tonton.

"Tentang apa nih?"

"Keseharian menjadi ponakan owner murtherhelp."

"Yang bener anjir," raut muka Ansel tampak tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Alice

Alice menghadap Ansel, bibirnya berdecak disertai ekspresi menyakinkan. Kemudian mulai menjelaskan lebih rinci.

"Beneran anjir, tokoh cewe namanya Jeong Jian punya paman namanya Jeon Jinman. Pamannya pemilik toko murtherhelp terus diwarisin buat Jian, si Jian di buru, siapa aja yang bisa bunuh Jian bakal dapet imbalan berupa duit."

Selama Alice menjelaskan mata Ansel terus menatap wajah gadis itu dengan serius, tatapan teduh dan juga lembut terlihat jelas diwajahnya.

"Nih si bale, bale, bale problematik anjirr. Kata gue teh otaknya ke geser anjir! Orgil mana yang main bunuh-bunuh orang tanpa rasa bersalah?!" Lagi, Alice berteriak kesal mengingat karakter tersebut.

Ansel mengusap bahu Alice, menenangkan gadis itu. "Sabar, ngegas mulu"

Alis Alice menukik tajam bagaikan tikungan teman. "SABAR?! YANG BENER AJA ANJIR?! GA ADAA! GAAA!"

Ansel terjengkit kaget, tangannya reflek memukul bahu Alice. "Ngagetin aja lu anjir"

"Yaa lagian, gimana gue mo sabar anjir, nih si bale udah dikasi tau masih ada kaga mudeng."

Tangan Ansel gantian merangkul bahu Alice, kepala perempuan itu Ia bawa ke dalam pelukannya dan setelahnya Ia peluk dengan rasa gemas. Lebih ke... Di kekep sih kepala Alice.

I'm Not ProtagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang