KANAYA - Part 2 End

15 1 0
                                    

Langsung ajaa,,
.
Happy reading!!

****

Bersama Azela, Naya turun dari mobil yang kini sudah terparkir di dekat rumah Caca. Dia melihat seseorang yang sangat di kenalnya sudah lama sekali keduanya tidak bertemu dan Naya jujur merindukannya. Tak mau berlama-lama Naya berjalan mendekat dia ingin menemui Caca berharap acara ini segera selesai, dalam lubuk hatinya berharap laki-laki itu tidak melihatnya.

Akan tetapi, hal itu sangat tidak mungkin karena di samping laki-laki itu ada temannya Bian. Bian itu sangat menyebalkan menurutnya, entah mengapa dia menjadi seperti itu menceritakan hal-hal yang membuat keduanya menjadi flashback. Karena memang sudah sangat jelas bersama Pasha 2 tahun itu bukan waktu yang sebentar.

"Gue langsung ke Caca aja ya Zel, lo pasti mau ketemu Bian dulu kan?"

"Kenapa buru-buru banget sih, ini juga baru jam tujuh si Caca juga pasti belum kelar make up Nay. Kita ke sana bentaran aja kok," tanpa babibu Azela menarik lengan Naya untuk mengikuti langkahnya mendekati Bian. Sekedar menyapa atau mengobrol kan udah lama gak ketemu karena kita semua memang sibuk kerja.

Ini memang baru jam tujuh pagi karena Caca juga bawel banget padahal sendirinya juga belum rampung make up. Naya sama Azela juga belum sempat sarapan karena mereka itu buru-buru banget.

"Eh ada dua bidadari cantik udah dateng," emang bener-bener ya Bian itu mulutnya. Bukannya malu Naya malah menggelengkan kepalanya, gak heran lagi dengan sikapnya Bian.

"Pasha lo apa kabar, pulang kapan biasanya juga rame banget di grup kalau lo pulang." Azela menyapa laki-laki itu membuat Naya yang ada di sampingnya gugup.

Bukan gimana, Azela itu dulu pas jaman SMA sekelas bareng Pasha dan juga Bian mereka ambil jurusan IPS sedangkan Naya itu di jurusan IPA. Jadi, sudah jelas Azela itu terlihat akrab. Toh mereka juga berteman.

Pasha tersenyum kecil, dia melirik Azela lalu menatap seseorang yang sedari tadi menarik perhatiannya. Perempuan itu tidak berubah, di lubuk hatinya laki-laki itu bersyukur melihat Naya yang kini terlihat baik-baik saja di matanya.

Dan lagi, Pasha memang merindukannya.

"Lah kan entaran Pasha mau traktir kita di resto biasa lo gak baca grup ya Zel," jawab Bian.

"Gak sempat buka Hp gue," ucap Azela.

"Lo kalau mau ikut gak papa Nay, kalian udah sarapan apa belum?" Bian memperhatikan Naya yang sedari tadi hanya diam.

"Ya kita mana sempat sarapan, si Caca bawel banget nyuruh kita ke sini mulu," kata Zela sambil merapikan poninya supaya tetap rapi. Kalau semuanya rapi kan jadi enak di lihat?

"Lo ikut aja Nay, jangan di biarin lama-lama entar kambuh lagi asam lambungnya."

Perkataan Pasha membuat kedua temannya itu menatapnya heran, ini sih memang sengaja banget biar Naya ikut sarapan bersama mereka.

Tiba-tiba Azela berbisik di telinganya, "Udah Nay ikut aja entar kalau aslam lo kumat bikin repot, Caca pasti ngomel-ngomel."

Kalau di pikir-pikir sih emang iya, daripada entar bikin repot nantinya.

"Gue udah ngemil roti kok tadi, jadi gak papa." Emang dasarnya mulutnya ini minta di tabok, sungguh ini bukanlah jawaban yang sebenarnya. Naya emang mau pake banget malah, apalagi yang ngajak Pasha langsung.

"Udah gak usah banyak cingcong ayoklah gass aja," tanpa persetujuan sang empunya Azela menarik lengan Naya untuk segera menuju ke mobil Pasha, mereka memasuki mobil hitam itu membuat Pasha serta Bian tersenyum geli melihatnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Today's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang