7.Permintaan maaf

127 7 0
                                    

Vajendra menemui Mahendra di taman dekat rumah sakit, Mahendra langsung menangis dan memeluk vajendra.
"Maafin papi Jendra maafin papi"
"Maaf karena papi telah menyadari nya, kamu bisa pukul papi Jend silahkan pukul papi, pukul papi sepuasnya Jendra papi ikhlas, asal kamu bisa maafin papi" ucap Mahendra.

Vajendra melepaskan pelukan papi nya, dia melihat binar mata papi nya begitu tulus meminta maaf .
"Papi, sudah Jendra sudah maafin papi kok, Jendra gabisa bales papi cukup dengan rasa penyesalan papi pun Jendra sudah cukup, tolong pih jangan pernah berubah Jendra gamau kembali kemasa itu lagi" ucap vajendra.

"Akan papi pastikan nak, akan papi pastikan, hari ini terakhir papi mukul kamu" ucap Mahendra.

Vajendra dan Mahendra akhirnya saling berpelukan,namun tiba-tiba dering telepon Mahendra berbunyi, itu adalah telvon dari Jeevan.
"Hallo jeev ada apa nak?"

"Papi dimana?"Tanya Jeevan

"Papi sedang di taman dekat rumah sakit, kenapa? Apa yang terjadi?"Sahut Mahendra.

"Pap Jean sudah harus melakukan operasi pengangkatan hati, dan harus segera dapat donor hati"ucap Jeevan

"Papi segera kesana"
"Jendra ayo kita ke dalam "
Vajendra dan Mahendra masuk ke dalam rumah sakit.

Laurens terus saja menangis berharap ada seseorang yang bersedia mendonorkan hatinya untuk Jean.
Melihat itu vajendra menemui sang dokter dan berniat mendonorkan hatinya untuk Jean.

"Dok saya ingin mendonorkan hati saya untuk pasien yang bernama Jean"
Ucap vajendra.

Dokter itu melirik dan berkata " apakah kau serius dengan ucapanmu itu? Ini bukan sembarang donor banyak resiko yang harus kamu tanggung nantinya" sahut sang dokter

"It's ok dok, saya gak apa-apa dan saya siap menanggung resiko apapun itu" ucap vajendra.

Vajendra kembali ke ruangan Jean, namun Laurens menatap vajendra dengan sinis dan berkata "ngapain kamu kesini hah? Anak tidak berguna, kamu seenaknya pergi dan kembali anak tidak tau di untung!" Ucap Laurens.

"Mami stop, ini di rumah sakit jangan berisik" sahut Mahendra.

"Papi ngapain belain anak ini, emang benar kan dia tuh anak yang tidak tahu diri"ucap Laurens kembali menyudutkan vajendra.

Namun tiba-tiba dokter datang dan memberi tahu bahwa Jean sudah mendapatkan pendonor.

"Pak, Bu, kita harus segera melakukan operasi karena Jean sudah mendapatkan pendonor" Ucap sang dokter.

Semua orang kaget terkecuali vajendra "siapa orang baik hati itu dokter?" Tanya Laurens.

Dokter tersebut tersenyum dan menunjuk vajendra.
"Pemuda itu Bu, dia yang telah suka rela mendonorkan hati nya untuk pasien"

Semua orang terkejut mendengar ucapan dokter begitu juga dengan Laurens.

"Vajendra, no jangan lakuin itu nak, itu sangat beresiko"ucap Mahendra

"Iya Jend, papi benar Lo tau kan resiko jika Operasi itu gagal?" Sahut Jeevan

Mahendra tersenyum dan menjawab "sebelum itu pun aku udah mempertimbangkan nya , dan aku rela asal mami bisa bahagia kembali melihat Jean sembuh"

Laurens menangis mendengar ucapan vajendra ia tidak pernah menyangka, anak yang tidak ia pedulikan kehadirannya sangat memperdulikan dan sangat menyayangi nya.

"Vajendra, kenapa kamu lakuin ini? Tanya Laurens.

"Mam, Jendra gak apa-apa, Jendra ikhlas, Jendra bahagia asal mami bahagia, maafin Jendra ya mam, gabisa selalu menuhin ekspetasi mami, Jendra sayang banget sama mami" ucap vajendra.

"Nak, maafin mami, mami sangat malu, maafin mami Jendra maafin mami" Laurens membungkuk kepada vajendra.

Vajendra langsung membangunkan Laurens "no, mam jangan lakuin itu, Jendra udah maafin mami, Jendra yang salah, Jendra gabisa jadi anak yang mami mau, gabisa banggain mami,maafin Jendra mam" ucap vajendra.

Vajendra dan Laurens akhirnya saling berpelukan.

"Terimakasih tuhan, terimakasih"
Batin Vajendra.

Dari Jean untuk Vajendra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang