PERLAHAN

11 4 5
                                    

"Perasaan datang dengan perlahan lahan, dengan perlahan lahan pula hatiku tertarik padamu."

~Liliana
.
.
.
.
.
.

Entahlah harus aku sebut dia ini apa saat aku memikirkan nya dia langsung saja muncul di hadapanku, aneh terkadang aku takut karena dia tiba tiba muncul. Sore ini aku mampir ke perpustakaan untuk membaca buku novel kesukaan ku, ini mungkin bisa ku sebut sebagai pelarian ku.

Saat hendak mengambil buku itu seperti dugaan mu tangan ku tidak bisa menggapai nya, lalu seseorang terlintas di fikiran ku.

"Kalau dia ada mungkin dia bisa mencapai sini." Gumamku.

"Uhh kenapa di taruh di rak paling tinggi sih." Gumamku kesal.

Tanpa aku duga sebuah tangan terulur untuk mengambil kan buku itu, aku pun berbalik dan hendak berterimakasih.

"Eh terimaka.." aku terkejut saat yang kulihat adalah dia, seorang konglomerat yang dingin lagi lagi wajah datar itu yang nampak.

"Kau sedang apa di sini?" Tanya ku kaget.

Reygan memberikan buku itu padaku dan mendekatkan diri nya ke arah ku jantung ku berdebar gugup saat ia mendekat.

"Kenapa? Ini kan perpustakaan umum suka suka aku lah, lagipula aku berusaha membantu seorang anak kecil yang membaca buku orang dewasa." Ledek Reygan padaku.

Aku mengerucutkan keningku kesal dan menatap Reygan sinis.

"Hey sudah ku bilang aku bukan anak kecil, aku sudah tumbuh tinggi apa kau tau." Ujar ku, aku sudah berusaha menaikkan tinggi badanku kali ini.

Reygan memperhatikan ku melihat ku dari atas sampai bawah. Aku tanpa sadar menegakkan postur tubuhku.

"Tinggi mu memangnya naik berapa?" Seulas senyum terukir di bibir Reygan.

"1 cm." Ujar ku percaya diri.

Tawa Reygan pun pecah saat aku mengatakan itu. Aku kesal melihat tawa nya itu sekaligus terpana.

'apa dia memang setampan ini saat tertawa?.' batinku.

"Hahaha 1 cm kau bilang hahaha." Tawa Reygan.

Fikiran ku kembali fokus dan menatapnya kesal.

"Hey ini sudah kemajuan yang bagus apa kau tau dalam seminggu aku nambah tinggi badanku." Ujar ku cemberut.

Tawa masih keluar dari bibir titip Reygan itu. Akupun cemberut kesal, Reygan pun berhenti tertawa dan menatap ku dalam, entah apa yang terjadi padaku aku hanya diam terpaku saat kedua mata yang agak kebiruan itu menatap ku dalam, ia mendekati ku dan menyentuh bibirku, rasanya aku terpaku seluruh tubuh ku membeku saat tangan dingin nya menyentuh kulitku, nafasku memburu saat ia mendekat kan bibir nya padaku sampai aku terselamatkan oleh seseorang.

"Hey kalian berdua kalau mau tertawa keluar sana." Ujar petugas perpustakaan.

"Beraninya kau.." belum selesai Reygan bicara aku segera menutup mulut nya karena tau apa yang akan dia katakan.

"Ah maafkan kami, kami akan tenang ayo kita pergi." Ujar ku sambil menarik tangan Reygan.

Jantung ku berdebar kencang sekali tapi aku berusaha menepis semua perasaan ini, tidak aku tidak boleh memiliki perasaan khusus terhadap seseorang seperti dia. Sesampainya di salah satu kursi akupun meminta nya membaca di sini.

2 HEART Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang