BAB 16: my boyfriend

28 1 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"Sekarang lu tidur di sini sama gw," ucap Erlangga sembari membawa koper milik Ellia ke dalam kamar.

"Males banget harus serumah sama lu," keluh Ellia sambil memandang sekeliling.

"Jangan gitu dong, Ell. Nanti juga kan kalo lu nikah sama gw, kita bakalan tinggal seatap," jawab Erlangga sambil menaiki kasur, menunjuk ke atap dengan senyum lebar.

Ellia perlahan berjalan menghampiri Erlangga. "Ogah banget gw tinggal di atap, maunya juga gw tinggal di rumah yang nyaman."

Erlangga menyentil pelan dahi Ellia. "Gak gitu juga konsepnya, Ell. Yakali orang berduit kaya gw, ngajak lu tinggal di atap. Maksud gw, kita bakal tinggal di rumah yang sama."

"Banyak duit doang, tapi jarang kasih gw jajan. Yang bener aja. Rugi dong," ejek Ellia sambil tidur di paha Erlangga, mencoba merubah suasana.

Erlangga terkekeh mendengar itu. "Lu mau gw jajanin? Gw bisa aja beliin lu jajan sekarang juga."

"Pake nanya," jawab Ellia singkat, mencoba menyembunyikan senyumnya.

Erlangga yang gemas langsung menggigit pipi kanan Ellia. "Ahh, Angga, sakit tau," kesal Ellia yang kesakitan, mendorong Erlangga dengan lembut.

Erlangga tersenyum. "Greget banget. Untung aja lu cakep, Ell," ucapnya sambil mengusap pipi Ellia yang tadi digigit.

Tiba-tiba wajah Erlangga berubah menjadi tertekan. Entah apa yang terjadi padanya, padahal dari tadi dia baik-baik saja.

"Bangun, Ell. Gak enak nih ditidurin sama lu," ucapnya sambil membantu Ellia bangun, mencoba menyembunyikan kegelisahannya.

"Apanya yang gak enak?" tanya Ellia polos, bingung dengan perubahan tiba-tiba Erlangga.

"Ini anak kesayangan gw, kasian," jawab Erlangga, mengalihkan pandangan.

Ellia mencoba untuk mengerti apa yang dibicarakan Erlangga, tapi karena otak Ellia di bawah rata-rata, dia tetap tidak mengerti. "Apasih, gw gak ngerti," ucapnya yang terus memikirkan apa yang dimaksud Erlangga tadi.

Erlangga mencium bibir Ellia singkat. "Udah lupain aja"

Erlangga terdiam sejenak, dia mengecap bibirnya sendiri. "Ko manis ell?" Tanya Erlangga heran

Ellia mengusap bibir Erlangga. "Mana yang manis?"

Erlangga menggelengkan kepalanya. "Bukan bibir gw, tapi punya lu, rasanya kaya stroberi"

Ellia mengerutkan keningnya. "Kayanya lipbam yang di kasih bianca beneran seberpengaruh itu"

"Bianca?" tanya Erlangga heran, merujuk pada nama yang disebut Ellia sebelumnya.

ELLIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang