Prolog

17 2 2
                                    

Pagi ini Almadiyah Alkeena atau yang biasa dipanggil Keena memiliki agenda untuk pergi ke kampus. Bukan untuk kuliah karena perkuliahan Keena sudah selesai sejak tiga bulan yang lalu. Hari ini dia datang ke kampus untuk mengurus persyaratan wisuda. Ya.. Keena merupakan salah satu mahasiswi semester akhir di perguruan tinggi. Dia berhasil menyelesaikan sidang skripsinya tiga bulan yang lalu namun dia masih harus menunggu lagi untuk bisa diwisuda dan benar-benar dinyatakan lulus. 

Selama tiga bulan ini kegiatan Keena hanyalah bersantai-santai di rumah sambil sibuk melamar kerja, namun hingga saat ini belum ada satu pun dari lamarannya yang membuahkan hasil memuaskan. Huh.... Memanglah susah mencari pekerjaan yang halal di zaman seperti ini.

"Ayah, nanti Keena ikut Ayah buat ke kampus ya?" Tanya Keena pada ayahnya.

Mereka sedang sarapan bersama di meja makan. Ada ayah, ibu, Keena dan kakak laki-lakinya yang bernama Affan.

"Bareng Mas aja lah kalau sama Ayah kan kasihan Ayah kejauhan muternya." Ucap mas Affan.

"Siapa aja boleh sih yang penting Keena ada tumpangan ke kampus."

"Bawa motor sendiri aja Dek, biar Ibu yang berangkat kerja bareng Ayah." Ucap ibu.

"Malahan bawa motor sendiri itu yang ribet Bu, Keena mah kalau nggak ada yang bisa nganterin masih ada abang ojek online yang mau anterin Keena."

"Ya kalau gitu carilah pacar, udah lulus kuliah ini udah boleh pacaran. Nikah pun udah boleh." Ucap ayah.

"Mas Affan dulu sana yang cari pacar. Keena masih mau cari kerja dulu." Jawab Keena.

"Mas sih udah punya wleee... Kamu tuh masih jomblo."

"Biarin wleee..."

"Udah jangan berantem. Cepetan dihabisin sarapannya udah siang ini."

***

Keena akhirnya berangkat ke kampus diantar oleh kakaknya. Sesampainya di kampus langsung saja ia pergi untuk mengurus persyaratan wisuda. Keena sendirian sekarang, bukan karena dia tidak punya teman tapi memang beginilah fase kehidupan mahasiswa semester akhir, mau tidak mau dia harus mandiri dan berani kesana kemari sendiri karena teman-temannya sudah sibuk dengan kehidupannya masing-masing.

Setelah menunggu sedikit lebih lama dan sibuk kesana kemari mengurus ini dan itu akhirnya urusan wisuda ini selesai juga. Keena mendapat jadwal wisuda periode selanjutnya yaitu bulan depan. Semoga dia satu periode dengan teman-temannya saat wisuda nanti.

Drrtt... Drrttt... 

Panggilan telepon dari ibu.

"Halo Keena?"

"Halo Bu, Kenapa?"

"Kamu masih di kampus kan? Kalau masih tolong kamu ke kantor Ibu sekarang ya."

"Iya masih. Ya udah Keena kesana sekarang."

Usai menutup telepon langsung saja Keena bergegas memesan ojek online dan menuju kantor ibu. Dia tidak tahu ada permasalahan apa hingga ibunya menyuruh dia segera datang ke kantornya. Semoga saja bukan permasalahan yang serius.

Begitu sampai di kantor terlihat ibu yang sudah menunggunya di lobby. Ia begitu deg-degan, pikirannya semakin kemana-mana. Ck.. Keena benci keadaan seperti ini, dia takut kalau terjadi sesuatu yang besar.

"Kenapa Bu?" Tanya Keena begitu bertatap muka dengan ibu.

"Nggak apa-apa kok Dek, Ibu cuma mau nitip ini, nanti tolong kamu kasih ke Tante Ani ya." Ucap ibu seraya mengangsurkan sebuah paper bag besar yang entah apa isinya.

"Astaga... Ibu bener-bener bikin Keena panik tadi, kirain Ibu kenapa-napa taunya disuruh kemarin cuma buat dititipin ginian."

Ia benar-benar kesal rasanya. Tahu begini dia tidak akan meminta abang ojek online buat kebut-kebutan di jalan tadi. Lagian ini paper bag kan bisa dibawa pulang ibunya nanti, mengapa juga harus dititipkan pada Keena.

"Ini penting tau, ini obat yang kemarin dititip Tante Ani buat Rajendra."

Tante Ani adalah tetangga depan rumahnya dan Rajendra adalah anak tante Ani yang kira-kira umurnya baru sepuluh tahun. Rajendra memang sedang sakit, setahunya baru kemarin malam Rajendra pulang dari rumah sakit. Tapi entah dia sakit apa, Keena kemarin tidak ikut menjenguk.

"Ya udah, ini Keena bawa ya Bu, sekalian Keena mau pulang."

"Iya, nanti tolong langsung dikasihkan ke Tante Ina ya Dek."

"Iya Bu. Sini salim dulu."

Baru saja Keena mengangsurkan tangannya untuk salim dengan ibu, dari kejauhan terdengar suara orang ribut-ribut.

"Siapa sih Bu?"

Terlihat ada seorang laki-laki yang berjalan dengan tergesa yang dikawal oleh beberapa orang dan diikuti oleh wartawan. Memangnya siapa sih dia, artiskah?

"Itu artis ya Bu?" 

"Bukan, itu salah satu manager di sini. Tapi beliau merupakan anak pemilik perusahaan ini."

"Oalah... Kenapa diikutin wartawan sih Bu? Kantor Ibu kena skandal apa emangnya sampai ada wartawan gitu?"

"Bukan skandal aneh-aneh sih, cuma yang Ibu dengar si Bapak yang tadi itu lagi pacaran sama salah satu artis terkenal. Siapa ya namanya? Ibu lupa."

"Oh gitu.. Ya sudah deh, aku pulang ya Bu. Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam." 

Baru juga berbalik badan hendak menuju pintu keluar, Keena dikejutkan saat tatapan matanya bertatapan dengan mata laki-laki yang tadi ia bicarakan dengan ibunya. Laki-laki itu adalah kakak tingkatnya saat kuliah. Dia dua tahun di atas Keena. Namanya Rayyan. Laki-laki yang dulu pernah dekat dengannya namun hubungan mereka tidak pernah memiliki nama hingga hubungan itu berakhir begitu saja.

Laut Tak Selalu TenangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang