3

5 2 0
                                    

Setelah memberikan nomor ponselnya kemarin, tidak ada pesan lebih lanjut dari Rayyan. Bukan... Bukannya Keena mengharapkan Rayyan akan menghubunginya, dia hanya penasaran apakah benar Rayyan akan memberikan informasi lowongan pekerjaan padanya. Kalau memang iya, dia amat sangat bersyukur siapa tahu saja dia bisa mendapatkan pekerjaan dengan mudah.

Tadi malam Keena berharap bisa bangun pagi karena pagi ini ia ingin memulai hari dengan olahraga ringan seperti berjalan kaki di sekitar komplek perumahannya. Namun, harapan tinggalah harapan karena saat Keena bangun matahari telah bersinar cerah dan rumahnya sudah sepi yang artinya hari sudah siang dan tinggal Keena seorang di rumah. Biasanya Ibu akan membangunkannya saat ada adzan subuh, namun karena dari kemarin dia sedang datang bulan dan mungkin saja ibunya tahu maka pagi ini dia dibiarkan tidur hingga siang begini.

Sebetulnya Keena bukanlah orang yang hobi bangun siang. Ia termasuk manusia rajin yang bangun tepat saat ada adzan subuh, kemudian dia akan sibuk beraktivitas membantu ibunya mengerjakan pekerjaan rumah. Namun dibeberapa momen Keena juga akan menjadi orang yang bangun siang seperti ini.

Memeriksa handphonenya terlihat ada satu pesan dari nomor asing.

"Pagi Keena.. Kamu ada acara siang ini? -Rayyan." 

Baru saja tadi malam Keena bernapas lega karena tidak ada satu pesan pun dari Rayyan. Ternyata pagi ini pesan itu datang. Dan demi kesopanan mau tidak mau ia balas pesan tersebut.

"Ada apa?"

"Mau makan siang bareng nggak nanti? Aku ada info loker ni."

Membaca pesan dari Rayyan membuat Keena yang tadinya masih bermalas-malasan seketika berubah menjadi lebih bersemangat. Ayolah.. Siapa juga pengangguran yang tidak semangat jika diberikan informasi lowongan pekerjaan.

"Info lokernya ada jaminan sekalian diterima nggak ni?"

Keena tahu dia sangat tidak tahu diri sekarang, tapi tidak ada salahnya bertanya siapa tahu rezeki.

"Tergantung. Kamu memenuhi kualifikasi nggak?"

Sejujurnya ia saja tidak yakin dengan kemampuan dirinya sendiri, namun ia tetap harus percaya diri.

"Sepertinya... Jadi mau makan siang di mana?"

"Di warung Buk Mo yang dulu sering kita datangin waktu masih kuliah, mau nggak?"

"Mau.. Tapi apa nggak kejahuan?"

"Enggak. Mau dijemput?"

"Nggak usah, langsung ketemu disana aja nanti."

"Oke."

Jangan kira Keena mau diajak makan di warung langganan mereka saat kuliah dulu karena mau nostalgia ya! Tidak.. Disana memang makanannya enak dan harganya ramah kantong. Jadi Keena mau-mau saja kalau diajak makan disana. Lagi pula sekalian dia berjalan-jalan dari pada berdiam diri di rumah seharian.

Melirik pada jam dinding yang terpasang di tembok tepat searah dengan ranjangnya sehingga memudahkan Keena untuk melihat jam, terlihat sekarang baru pukul delapan pagi. Masih cukup pagi untuk bersiap-siap pergi, jadi Keena putuskan untuk mulai membuka laptop dan kembali menyebar lamaran-lamaran diberbagai platform yang menyediakan lowongan kerja. Urusan mandi digabung saja dengan nanti sekalian dia bersiap-siap pergi. Dan untuk urusan sarapan juga nanti saja, saat ini ia belum lapar.

***

Tadi Rayyan mengkonfirmasi bahwa dia akan berangkat pukul satu siang, dan sekarang sudah pukul dua belas siang. Keena sudah siap pergi setelah tadi selesai bersiap-siap, sekarang ia sedang menunggu ojek online pesanannya datang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Laut Tak Selalu TenangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang