Segera memutus tatapan mata mereka, sekilas terlihat senyum kecil laki-laki itu, namun tidak Keena balas. Ia bergegas berjalan menuju pintu keluar. Tatapan mata mereka mungkin hanya beberapa detik namun berhasil mengembalikan kenangan-kenangan yang sudah susah payah ia buang.
Laki-laki itu terlihat semakin tampan dan juga semakin dewasa. Ia tidak tahu bahwa Rayyan merupakan anak konglomerat. Dahulu ia hanya tahu bahwa Rayyan merupakan anak yang berkecukupan karena dari gaya dan juga teman-teman pergaulannya saat kuliah merupakan dari kalangan orang berpunya, namun ia tidak pernah berpikir Rayyan ternyata sekaya ini. Pantaslah dahulu hubungan mereka tidak pernah serius karena mungkin bagi Rayyan, Keena hanya mainan saja. Laki-laki dari kelurga konglomerat seperti itu kan biasannya sudah dijodohkan sejak kecil.
Namun, tadi ibu bilang sekarang Rayyan sedang berpacaran dengan seorang artis. Ck... Semakin yakinlah Keena bahwa dirinya sejak dulu tidak pernah masuk kriteria calon pasangan Rayyan. Sudah tentu kedekatan mereka dulu hanyalah permainan Rayyan atau mungkin saat itu Rayyan sedang taruhan bersama teman-temannya. Ah.. Entahlah Keena tidak perduli, toh hubungan itu sudah berakhir dan sekarang mereka sudah memiliki kehidupan masing-masing.
Sambil menunggu abang ojek online pesanannya datang dan demi mengurangi bosan Keena memilih bermain ponselnya. Kebetulan game yang dia mainkan tinggal satu level lagi sebelum dia menang jadi dia putuskan untuk bermain game dulu.
"Mbak Keena?"
Begitu terdengar suara orang memanggilnya langsung saja fokus Keena beralih mencari si pemanggil.
"Mas manggil saya?" Tanya Keena pada laki-laki berjas yang berdiri di depannya. Siapakah orang ini? Ia tidak merasa pernah berurusan dengan laki-laki ini.
"Iya."
Mengakhiri sesi bermain gamenya dan mematikan ponsel, Keena kembali memandang laki-laki di depannya. Kembali ia ingat-ingat apakah benar mereka saling kenal.
"Kenapa ya Mas?"
Karena masih saja tidak merasa pernah berurusan maka langsung saja ia tanyakan apa maksud dan tujuan memanggilnya.
"Ada titipan buat Mbak Keena." Ucap laki-laki tersebut seraya mengangsurkan paper bag coklat yang terdapat logo coffe shop terkenal.
"Eh.. Saya nggak pernah ngerasa pesen ini Mas."
Bukan apa ia sedikit takut jika ini ternyata hanya penipuan. Ia takut disuruh membayar banyak sedangkan saat ini ia benar-benar tidak ada uang, selain uang untuk membayar ojek online.
"Memang Mbak Keena nggak pesen kok. Ini titipan dari bos saya buat Mbak."
"Hah?? Siapa memang nama bosnya?" Keena terheran-heran. Ia tidak pernah merasa pernah punya teman atau pergaulan yang melibatkan bos-bos perusahaan.
Dia hanya perempuan biasa, dari keluarga yang biasa-biasa saja. Memang ayah, ibu dan kakaknya berkerja di perusahaan besar namun mereka hanya staf biasa. Lalu bos siapakah yang dimaksud oleh orang di depannya ini? Karena amat sangat tidak mungkin jika yang dimaksud adalah bos dari ayah, ibu ataupun kakaknya.
"Di dalam ada surat yang tertera nama bos saya. Nanti silahkan Mbak Keena baca sendiri."
"Ih, nggak mau Mas. Saya nggak mau ngambil ini. Saya takut diracun."
Terlihat laki-laki di depannya sedang menahan tawa. Memangnya ada yang lucu? Keena hanya mengungkapkan isi pikirannya bahwa memang ia takut menerima barang-barang dengan sumber tidak jelas begini. Ia takut dicelakai.
"Ini aman kok Mbak, tidak ada racun atau zat-zat berbahaya lain."
"Memangnya siapa sih nama bosnya Mas yang kurang kerjaan sampai ngasih-ngasih saya makanan begini? Apa saya emang kelihatan miskin banget ya sampai bosnya Mas kasihan ngelihat saya terus ngasih saya makanan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Laut Tak Selalu Tenang
RomanceAlmadiyah Alkeena adalah perempuan yang tidak neko-neko. Hidupnya cenderung berjalan dengan lurus dan datar. Orang bilang hidup Keena kurang berwarna karena terlalu lurus. Padahal ini memang kehidupan yang Keena mau dan dia bahagia dengan hidupnya...