Chap 4

125 15 1
                                    

Selesai mandi Perth keluar dari kamar mandi, tubuh setengah basah nya hanya terbalut handuk yang melilit di pinggang nya.

Ia berjalan menghampiri Saint yang sedang berdiri di depan jendela kamar, sepertinya gadis itu sedang melamun dan memikirkan sesuatu.

" Sedang memikirkan apa hmm...?" bisik Perth, sembari memeluk Saint dari belakang.

Saint berjengkit kaget, saat tubuh dingin Perth menyentuh punggung nya.

" Tidak memikirkan apa-apa." sahut Saint.

Perth membalikan tubuh ramping itu, lalu menatap lembut wajah cantik Saint." Aku khawatir dengan keadaan mu, sayang...ingat pesan dokter, kau tidak boleh terlalu memaksakan diri mu untuk mengingat sesuatu."


" Tapi_keadaan ini jujur saja membuat ku tak nyaman Perth...aku ingin mengingat semua nya, aku pun ingin mengingat tentang kita."


" Itu tidak penting sayang, yang terpenting saat ini kita bersama dan saling mencintai." ucap Perth.


Kening Saint mengernyit." Maksud mu...apa dulu kita tidak saling mencintai?" tanya Saint penuh selidik.


" Kau bicara apa sih, bukan itu maksud ku sayang...tentu saja kita saling mencintai, buktinya kita menikah."


Perth meraih tangan Saint, lalu mengecup jemari tangan gadis itu." Lihatlah...cincin pernikahan dari ku ada di jari tangan mu."


Saint menatap cincin yang melingkar di jari manis nya, cincin yang Frame berikan pada nya saat di rumah sakit beberapa hari yang lalu.


" Jangan melepasnya lagi...biarkan cincin ini terus melingkar di jari manis mu." ucap Perth lembut.


Saint mengangguk sambil tersenyum, di balas Perth dengan senyum tampan nya.


" Aku merindukan mu..." ucap Perth lembut.

Saint menaruh tangan nya ke leher Perth, sambil berjinjit ia mencium bibir suami nya. Perth tentu saja merasa senang, karena ciuman itu inisiatif dari Saint tanpa harus dirinya yang mencium gadis itu lebih dulu.


Tak ingin membuang kesempatan, Perth membalas ciuman Saint tak kalah panas. Detik kemudian kamar itu telah terisi suara desahan nikmat yang membuat hasrat kedua nya semakin menyentak.



Tanpa memutuskan tautan bibir kedua nya, Perth membawa Saint untuk duduk di sofa dengan posisi Saint berada di atas pangkuan nya.



Lidah kedua nya sudah mulai aktif menjelajahi rongga hangat masing-masing, lidah kedua nya begitu liar menarik, membelit hingga saling berbagi saliva. Satu tangan Perth meremas bulatan kenyal favorit nya, membuat Saint melenguh nikmat merasakan remasan tangan itu.



Nafas kedua nya tersengal saat lumatan kedua nya terputus, terpaksa mengakhiri ciuman panjang itu saat kedua nya merasa hampir kehabisan oksigen.


" Sayang..." panggil Perth, terdengar lirih dan serak. Tangan nya masih berada di payudara gadis itu, yang masih tertutup gaun tidur yang Saint kenakan.



Perth kembali melumat bibir Saint, kini bibir itu sudah menelusuri leher jenjang Saint.


" Aahhh Perth..." suara desahan gadis itu membuat hasrat Perth semakin menyentak.

" Perth...Sshhh..." desahan nya semakin intens, ketika Perth semakin kuat meremas payudara gadis itu.


Satu tangan Perth mulai menurunkan tali gaun tidur gadis itu, hingga bahu putih mulus Saint terpampang jelas di depan mata nya.


WHO I'MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang