Pertemuan Ketiga

7 2 0
                                    

"Lho, Mbak, ngapain di sini? Wah, ketahuan nih, Mbak ngikutin saya, ya. Kayaknya Mbak emang benar-benar pesasaran sama saya," kata Abyan panjang lebar kepada Amelia.

"Huuweeekkk!" balas Amelia dengan gaya mau muntah yang dibuat-buat.

"Aku ngikutin kamu? Ngapain juga, kurang kerjaan banget. Lagian pede banget sih jadi cowok!" Amelia berjalan cepat meninggalkan Abyan menuju rumahnya yang sudah banyak pelanggan.

"Mbak Amel, tadi uang logistiknya udah aku transfer ke rekening Mbak seperti biasanya. Aku kirim pesan whatsapp dari tadi nggak dibaca-baca," ucap Serda Hasan.

"Eh, iya, Mas Hasan, terima kasih banyak. Ini baru aku cek, tadi lagi ada urusan dikit. Lha ini kenapa ban mobilnya, Mas?"

"Bocor, Mbak."

"Walah, mobil bagus gini kok ya bisa bocor segala toh, hehe. Terus gimana baliknya?"

"Mbak Amel nih bisa aja, namanya juga apes, Mbak. Ini udah dijemput sama temenku."

Abyan mendekati Hasan dan Amelia yang sedang mengobrol. Sepertk biasa, ia selalu memamerkan senyum manisnya. Seketika hati Amelia berdesir. Bahkan sejak di acara pengajian malam itu pun, Amelia tidak memungkiri telah terpesona oleh ketampanan Abyan. Rupanya takdir selalu membawanya untuk bertemu lagi dan lagi.

Namun, hati kecil Amelia berontak, berusaha untuk tidak membiarkan rasa itu semakin tumbuh, yang nantinya akan membuat ia terjebak dan sulit keluar.

"Jadi dia temen kamu, Mas?"

"Iya, Mbak."

"Ternyata takdir mempertemukan kita lagi, ya, Mbak," seru Abyan.

"Walah, kalian udah saling kenal rupanya."

"Aku tinggal dulu, ya, Mas Hasan. Enek soalnya ketemu dia mulu." Amelia melangkah cepat menuju dapur kedainya.

"Hati-hati, Mbak Amel, sekarang eneg besok-besok jadi enak. Hahaha."

Amelia tak menghiraukan ucapan Hasan-pelanggannya. Ia terus saja melangkah menghampiri Milla yang sibuk melayani pelanggan.

"Mbak, aku titip mobilku di sini dulu, ya. Nanti tak ambil lagi," teriak Hasan.

Amelia tidak menjawab, hanya mengangkat dua jempol tangannya sebagai tanda persetujuan. Sekilas ia melirik Abyan dan ternyata pandangan mereka bertemu tanpa sengaja. Abyan masih dengan senyum menawannya, lalu ia menganggukkan kepala sebagai tanda berpamitan kepada Amelia.

"Mel, kita masih ada pesanan kateringan lagi 100 kotak nasi nanti sore lho, buruan dikerjain, yuk!"

Kalimat Milla menghentikan paksa lamunan Amelia tentang kejadian yang sempat membuatnya syok. Tentang ustaz cakep yang ditemuinya semalam, lalu ternyata ia dikejutkan bahwa ustaz tersebut adalah Mas Loreng di pagi harinya. Kemudian siang hari ia masih dipertemukan lagi dengannya, bahkan sampai ke rumahnya.

"Astaga! Pesanan Bu Romlah, ya, Mil? Yuk, buruan kita mulai kerjain."

💞💞💞💞

"Sejak kapan kamu kenal Amelia, Bro?"

"Hei, seharusnya aku yang tanya seperti itu, Bro. Sejak kapan kamu bertemu dia? Karena kalau aku emang udah lama kenal sama dia. Kantor Kodam selalu langganan logostik sama dia sejak dulu."

Serda Hasan adalah leting Abyan, mereka sama-sama dinas di kantor Kodam setempat. Bedanya, Serda Abyan di bagian logistik kodam, sedangkan Serda Abyan di bagian administrasi.

Jadi takheran, setiap kali ada acara di kantor kodam, Serda Hasan lah yang mengurusi semua konsumsi. Ia berlangganan di Amel's Food sejak Amelia membuka usaha kateringnya, karena dulu Amelia sempat mempromosikan usahanya tersebut ke kantor-kantor pemerintahan termasuk kantor kodam tempat Serda Hasan dan Serda Abyan berdinas.

"Kadang juga Mbak Amel sendiri yang mengantar kateringan ke kodam, jika aku tidak bisa mengambil ke tempatnya," lanjut Serda Hasan.

"Oh, ya. Kok aku nggak pernah lihat dia sebelumnya?"

"Hahaha, kayaknya kamu penasaran banget sama Mbak Amel, Bro! Gimana kamu bisa ketemu dia, secara kamu kan di bagian administrasi, bukan di bagian logostik. Selain itu kamu juga baru enam bulan pindah ke kodam sini, Bro."

"Iya juga sih. Aku baru semalam ketemu dia, waktu mendampingi Pak Kiai di acara pengajian."

"Jangan bilang kalau Mas Ustaz sedang jatuh cinta pada pandangab pertama dengan Mbak Amelia."

"Hahaha, entahlah, Bro. Ku kira hanya semalam saja bertemu dia, hanya sekali saja, tapi rupanya takdir berkata lain, secara tidak sengaja pagi ini kami bertemu lagi di tempat yang berbeda," ungkap Abyan dengan senyum di wajah manisnya.

💞💞💞💞

Dua orang tentara muda dengan masih berseragam lengkap itu sedang sibuk mengganti ban mobil yang bocor pagi tadi.

"Tolong angkut ke sini dongkraknya, Bro!" ujar Hasan.

Dengan cekatan keduanya mengganti ban mobil dan selang beberapa saat telah selesai.

"Mas, monggo minumnya!" Milla menyodorkan nampan berisi dua botol air mineral dingin kepada mereka berdua.

"Alhamdulillah, wah, jadi ngrepotin Mbak Milla nih. Makasih, ya, Mbak."

"Iya, Mas, sama-sama."

"Mbak Amel ke mana, Mbak? Kok tidak kelihatan sejak tadi," tanya Abyan.

"Ehemm. Ada yang sedang penasaran dengan seseorang nih," goda Hasan.

"Hahaha, bisa aja kamu, Bro."

"Mbak Amel lagi anterin pesanan katering, Mas. Mungkin sebentar lagi juga balik."

"Hm, gitu, ya. Padahal saya mau pesan kateringan untuk acara minggu depan, Mbak."

"Wah, bisa banget, Mas. Mari, saya tunjukkan katalog menunya, Mas bisa pilih dulu, jika sudah deal akan saya buatkan nota. Untuk pembayaran dan lain-lain langsung sama Mbak Amel saja," jelas Milla.

Abyan mulai membuka katalog menu yang disodorkan Milla lalu memilih menunya.

"Saya mau yang seperti ini sekalian sama snack-nya, Mbak. Untuk hari Sabtu sore sejumlah 200 paket. Bisa diantar, kan?"

"Bisa, Mas." Milla menyodorkan secarik kartu nama berisi no kontak Amelia. Dan Abyan segera menyimpan ke salam saku baju lorengnya.

"Nanti Mas langsung saja bilang ke Mbak Amel kalau pesanannya mau diantar sekalian pembayarannya. Sebentar saya buatkan nota dulu."

"Saya bayar lunas sekarang saja, Mbak. Dan tolong diantar ke alamat ini." Abyan menuliskan sebuah alamat kepada Milla. "Takutnya nanti saya lupa menghubungi Mbak Amel."

"Baiklah, nanti saya sampaikan kepada Mbak Amel. Terima kasih banyak, Mas."

"Iya, sama-sama. Ya sudah, kalau begitu kami mau pamit dulu."

💞💞💞💞

"Kamu pesan makanan segitu banyak mau dipakai acara apa, Bro?" tanya Hasan saat mobil mereka telah keluar dari pelataran rumah Amel.

"Untuk anak-anak di panti, kebetulan minggu depan ada acara peringatan isra' mi'raj dan aku mengisi pengajian di sana," jawab Abyan.

"Oalah, kirain Mas Ustaz mau ada acara lamaran," goda Hasan.

Sekilas Abyan yang berada di balik kemudi menoleh ke arah sumber suara. "Melamar Mbak Amel baru aku mau."

"Gendeng kamu, Bro! Hahaha, bisa aja."

"Aku serius!" ucap Abyan meyakinkan lawan bicaranya.

Hasan hanya bisa melongo lalu manggut-manggut mencerna kalimat yang telah dilontarkan oleh teman se-letingnya.




Dakwah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang