"Baiklah, anak-anak saleh dan salehah. Jadi, isra' mi'raj itu adalah perjalanan nabi menuju sidratul muntaha atau langit ke tujuh untuk menerima panggilan dari ... dari siapa, anak-anak?"
"Dari Allah ...!" jawab anak-anak panti serempak.
Sementara di luar, mobil pick up yang dikendarai Amelia telah terparkir rapi. Ia lalu mulai menurunkan beberapa kardus besar berisi makanan dengan dibantu oleh satpam panti tersebut.
"Terima kasih, Pak!" ujar Amelia.
"Sama-sama, Mbak," balas Pak satpam.
"Apakah saya boleh ikut mendengarkan pengajian dari Pak Ustaz di sini?"
"Tentu saja boleh, Mbak. Mari, silakan masuk."
Sebelumnya, Amelia memang telah berpesan kepada Milla-pegawainya untuk menutup kedainya saja, baik layanan online maupun offline karena Amelia berniat mengikuti acara di panti asuhan itu sampai selesai. Khawatir Milla akan kewalahan jika membuka layanan kedai sendirian.
Amelia selalu bersemangat saat ada acara yang berhubungan dengan anak-anak yatim piatu karena dirinya memiliki latar belakang yang sama dengan mereka. Yatim piatu sejak kecil, hanya saja nasibnya lebih beruntung karena masih mempunyai kakek dan nenek yang merawatnya hingga tumbuh dewasa, sehingga tidak sampai tinggal di panti asuhan, meski saat ini mereka pun telah meninggalkan Amelia hingga menjadi sebatang kara.
Ia baru pertama kali berkunjung ke panti asuhan ini, panti asuhannya cukup besar, kelihatannya anak-anak yatim di sini jumlahnya banyak, terlihat dari pesanan konsumsi oleh pelanggannya.
"Baiklah, anak-anak saleh dan salehah. Jadi, isra' mi'raj itu adalah perjalanan nabi menuju sidratul muntaha atau langit ke tujuh untuk memenuhi panggilan dari ... dari siapa, anak-anak?"
"Dari Allah ...!" jawab anak-anak panti serempak.
Amelia sedikit memicingkan matanya untuk memastikan siapa yang dilihatnya, sebagai penceramah acara sore hari itu di panti.
Cowok manis bertubuh atletis dengan senyum yang menawan itu kini ditemuinya lagi.
"Astaga! Kenapa aku harus bertemu dia lagi sih. Duh, udah telanjur duduk lagi aku, enggak nih mau keluar meninggalkan panti," batin Amelia.
Sesaat netra mereka saling bertemu. Abyan memberikan senyumnya kepada Amelia, tetapi sayang, Amelia tidak sedikit pun membalasnya.
"Mbak ini apakah temannya Ustaz Abyan?" tanya seorang ibu di sebelah Amelia, yang ternyata adalah pemilik panti.
"Hanya kenal saja sebagai pelanggan di katering saya, Bu," jawab Amelia.
"Oh, begitu. Ustaz Abyan ini orangnya baik banget lho, Mbak. Dia sering mengadakan acara untuk anak-anak panti, dan semua diatur sendiri olehnya, mulai dari memberikan ceramah hingga urusan konsumsi, semua dari dia," jelas pemilik panti panjang lebar.
Amelia manggut-manggut tanda mengerti. "Hebat juga nih cowok," batinnya.
Ia bahkan baru mengetahui bahwa nama cowok itu adalah Abyan. Milla sempat memberitahukan nama pelanggannya kemarin, tetapi Amelia tidak fokus mendengarkannya.
"Anak-anak panti itu seneng banget kalau yang ngaji Ustaz Abyan. Orangnya ramah, murah senyum, ngajinya yo enak, bisa bikin anak-anak nyaman, Mbak. Sudah ganteng, masih muda, tentara, gagah, pinter ngaji pula. Dia itu juga hafal quran lho, Mbak." Pemilik panti melanjutkan kalimat pujiannya untuk sang ustaz.
Amelia hanya tersenyum menanggapi ucapan beliau. Dalam hati, Amelia semakin mengagumi sosok yang sudah keempat kali bertemu dengannya tanpa sengaja.
💞💞💞💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Dakwah Cinta
RomanceKita tidak pernah tahu pada siapa hati kita akan berlabuh. Katanya orang baik-baik akan mendapat jodoh orang baik-baik pula. Namun, kadang kita menemukan hal yang janggal dalam dunia nyata. Orang yang tidal baik, malah berjodoh dengan orang baik, ra...