Kenangan Masa Lalu

3 2 0
                                    

"Tidak ...!"

Amelia berteriak dan terbangun dari tidurnya dengan keringat dingin mengucur di seluruh tubuhnya. Nafasnya ngos-ngosan seolah sedang dikejar seseorang.

"Astagfirullahalazim, kenapa mimpi itu muncul lagi, bahkan terasa begitu nyata," ujarnya bergetar dengan berlinang air mata.

Ia meraih botol minuman berwarna biru yang terletak di atas nakas, lalu menghabiskan isi botol penuh itu dengan sekali tenggak.

Diliriknya jam yang tergantung di atas dinding, menunjukkan pukul tiga dini hari. Ia memutuskan untuk tidak melanjutkan tidur karena sebentar lagi Milla akan datang dan mereka berkutat di dapur mengerjakan pesanan para pelanggan katering.

Amelia tersentak dengan bunyi ponsel yang tergeletak di kasurnya. Ia lupa mengecilkan volume suaranya. Ternyata sebuah pesan yang masuk dari Abyan. Mengingatkannya untuk bangun dan melaksanakan salat tahajud.

Air matanya kembali menitik. Entah sudah berapa lama ia tidak melaksanakan ibadah itu.

Amelia segera bangkit dari tempat tidurnya dan mengambil air wudu, kemudian melaksanakan salat tahajud sesuai pesan yang dikirim oleh Abyan.

💞💞💞💞

"Byur ...!"

Abyan dan perenang lainnya mulai menyeburkan diri di dalam kolam. Mereka melakukan pemanasan dan peregangan otot untuk menghindari kram selama berenang.

Sebuah pengumuman yang disampaikan panitia melalui pengeras suara, membuat Abyan dan perenang lainnya bersiap diri.

"Bro, semangat, Bro! Ingat, jangan mempermalukan kodam kita, Bro!" teriak Hasan menyemangati sahabatnya yang akan bertanding.

Abyan menanggapi dengan mengangkat dua jempol tangannya ke arah Hasan.

Dengan gesit Abyan menyelam ke dalam air lalu muncul lagi ke permukaan dengan gerakan yang super cepat. Kolam renang berukuran panjang 25 meter itu telah dilaluinya sebanyak enam kali.

"Cepat, Bro, dua putaran lagi, ayo gass ...!" teriak Hasan dengan semangat.

Abyan adalah perenang yang cukup andal. Beberapa kali dia mengharumkan nama kodamnya dalam kejuaraan renang hingga tingkat nasional.

Air adalah kawannya sejak kecil. Orang tuanya mendaftarkan dirinya di klub renang sejak berusia enam tahun. Keakrabannya dengan air menjadikan ia atlet renang yang berprestasi.
Puluhan medali dan penghargaan yang diperoleh membuat jalannya lebih mudah saat mendaftar sebagai tentara. Ditambah, ia memiliki kelebihan lainnya, yaitu hafal quran.

💞💞💞💞

"Tumben kamu kelihatan murung, Mel. Lagi sakit?"

Amelia menoleh ke arah Milla dengan lesu. Ia tampak menitikkan air mata. "Aku semalam mimpi buruk, Mil."

"Kok jadi nangis, emang mimpi apaan?"

Ia lalu menceritakan perihal mimpi buruk yang sempat membuat ingatannya terpental jauh ke masa lalu. Kejadian buruk beberapa tahun silam yang membuat hidupnya benar-benar terpuruk.

Milla mengetahui semua tentang masa lalu Amelia. Ia cukup dekat dengan almarhum keluarganya, makanya ia menjadi salah satu orang yang dipercaya.

"Kok tiba-tiba kamu mimpi, apakah sebelumnya kamu memikirkannya?" Milla memeluk Amelia yang mulai berlinang air mata.

"Aku enggak tahu, Mil. Aku udah lama berusaha melupakannya. Tapi semalam tiba-tba bermimpi seperti itu."

"Ya udah, anggap saja itu sebagai bunga tidur. Jangan terlalu dipikirkan, ya."

Amelia mengangguk dan menghapus air matanya. Ia menuang segelas air dari dispenser lalu segera menenggaknya agar lebih tenang.

"Hari ini ada berapa tempat yang minta diantar pesanan kateringnya, Mil?"

"Ada dua tempat, Mel. Satu di kolam renang Dirgantara, atas nama Mas Hasan. Satu lagi di kantor Pemda atas nama Bu Nia."

"Oke, sudah siap semua kan kateringnya? Aku mau nyiapin kendaraan dulu," kata Amelia kemudian.

Sementara Amelia mengantarkan pesanan kateringnya, Milla mulai melayani pelanggan di kedai mereka.

💞💞💞💞

"Bro! Logistik mana logistik?" tanya para perenang yang sudah mulai kelaparan.

"Sabar, masih on the way," jawab Hasan.

Hasan mengeluarkan benda pipih dari dalam saku celana olahraganya dan mencoba menghubungi Amelia.

"Biasanya Mbak Amel selalu tepat waktu, lo. Tumben ini telat lima belas menit dari waktu yang disepakati," kata Hasan pelan.

"Duh, mana enggak diangkat lagi panggilankua, apa mungkin masih di jalan, ya?" gumamnya lagi.

Amelia setengah berlari dengan menenteng dua kantong besar di tangan kanan dan kirinya yang berisi makanan pesanan Serda Hasan. "Aduh, maaf banget, Mas Hasan. Tadi ada sedikit kendala di jalan."

"Alhamdulillah, akhirnya datang juga, Mbak Amelia. Di pick up masih ada kah, Mbak?

"Masih, Mas. Empat kantong lagi."

"Oke, aku bantu, Mbak."

Dengan cekatan Amelia dan Hasan mengusung kantong besar berisi makanan untuk para atlet renang.

Seketika ia sulit menelan salivanya, saat netranya bersitatap dengan pria tampan nan gagah yang kini berjalan ke arahnya.

Tubuh atletis itu tampak nyata karena telanjang dada. Hanya celana pendek khas atlet renang yang kini membalut tubuhnya. Butiran air yang berjatuhan dari rambut basahnya



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dakwah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang