45. Harapan terpenuhi

78 5 0
                                    

Squel from IMAM PILIHAN APPA

Wellcome to story LANGIT SENJA

Bismillah

Happy reading

Vote and comment!

Jangan jadi siders sayang, tinggalin jejak buat aku ya, we love you♡♡♡

✿✿✿

Tak perlu sempurna, cukup sederhana namun membuat bahagia

-Langit Aiden Narendra
.
.
.

45. Harapan terpenuhi

Leo masuk ke dalam rumah dengan tergesa-gesa, perasaannya berkecamuk, dia malu kepada Langit, tetapi dia juga harus memperbaiki semua nya sebelum terlambat.

"Langit dimana?" tanya Leo, dengan nafas terengah.

Meri was was terhadap suami nya, jangan sampai Langit babak belur lagi, dan masuk rumah sakit lagi, karena Leo. Langit baru saja keluar. Meri khawatir akan ada peperangan yang terjadi lagi di rumah itu.

"Di kamar, kenapa?" balas Meri.

Leo berlari menaiki anak tangga, di ikuti Meri dan juga Lala. Mereka berdiri di ujung tangga sedangkan Leo berdiri di depan pintu kamar Langit. Leo ragu mengetuk nya, takut jikalau Langit tak akan memaafkan nya, karena Leo tau sebesar apa kebencian Langit kepada nya.

Saat Leo tengah termenung di tempat, pintu terbuka, menampakkan Langit yang keluar dari kamar dengan tatapan bingung. Leo menatap Langit dengan mata berkaca, kemudian ia merengkuh tubuh bongsor itu. Hal itu membuat Langit semakin bingung, dia menatap ke arah Meri dan Lala, mereka hanya mengindikan bahu nya, tanda tak tahu.

"Pah? Papa kenapa?" tanya Langit. Dia merasakan bahu nya basah, dan saat dia melihat tubuh Leo yang bergetar, membuat Langit yakin, bahwa Leo menangis.

"Maafkan papa, Langit, papa menyesal," sesal Leo.

Pikiran Langit semakin berkabut, rasa penasaran mengapa Leo seperti itu, semakin menggebu-gebu, apalagi saat Leo melontarkan kata maaf kepada nya. Ini terlalu plot twist bagi Langit.

Leo melepas pelukan nya, dia menatap Langit dan mengusap surai hitam legam milik Langit, hal itu pula yang membuat Langit semakin bertanya. Ada apa ini sebenarnya, mengapa Leo berubah drastis.

"Maafkan papa, papa telat menyadari nya. Papa salah, papa minta maaf. Tolong jangan benci papa Langit," Leo berucap demikian, seraya hendak berlutut di depan Langit. Dengan cepat Langit mencegah Leo agar tetap berdiri.

"Langit ga pernah benci papa, tapi Langit hanya benci sifat papa," tutur Langit.

"Maafkan papa, nak. Seharusnya papa tidak menuntut kamu menjadi seperti papa, membiarkan kamu hidup bebas tanpa kekangan dari papa, dan seharusnya papa mengerti, bahwa setiap anak mempunyai mimpi masing masing. Maaf, putraku, maaf," sesal Leo.

Langit tak kuasa manahan air mata nya, jujur saja air mata nya keluar tanpa di minta. Tatkala mendengar kata 'putraku' yang keluar dari mulut Leo. Ini pertama kali nya Leo memanggilnya seperti itu, setelah beranjak dewasa. Langit merengkuh Leo, Leo membalasnya dengan tangis haru juga.

Langit Senja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang