"Apa yang bisa saya bantu, Tuan Forth. " Tanya Dekan Universitas Jaturapoom yang duduk di depan Forth di kantornya.
"Hubungi Fakultas Kedokteran, dan buatlah semacam pengaturan agar Mantan bulan kampus Phana Baramee Kongthanin dan temannya Kit Inttochar tetap sibuk. Perpanjang latihan kompetisi Bulan dan Bintang selama 2 minggu. Aku juga ingin perpanjangan Sotus dan kegiatan lainnya selama tiga bulan. Bisakah kau melakukan itu, Tuan?" Dia bertanya dengan tenang.
Dekan Universitas mengerutkan alisnya dan berpikir sejenak. Dia tahu betapa seriusnya perintah yang dia terima dari otoritas yang lebih tinggi dari Daniel Jaturapom sendiri.
"Saya akan mengatur hal yang sama, Tuan." Jawab Dekan dengan gugup.
"Hmm." Forth mengangguk dan berdiri.
Dia pergi ke pintu dan berbalik untuk berkata.
"Aku mahasiswa disini. Bukan Tuana Forth," ucap Forth lalu pergi tanpa menunggu balasan dari Dean.
.
.
Hari-hari mulai berjalan seperti ini dengan Phana dan Kit terlibat dalam bimbingan belajar tahun pertama sebagai siswa yang berjasa. Ming harus mengikuti latihan kompetisi Bulan dan Bintang karena dia berjanji pada Beam untuk memenangkan gelar Fakultas Teknik itu. Dan Beam.... Dia semakin diam saja akhir-akhir ini.
Dia akan mengambil kelasnya pada waktu biasa, makan siang dengan tenang di taman, bukan di foodcourt. Dia masih merasa tidak nyaman di food court ketika tidak ada Ming atau saudaranya. Kemudian menghadiri Sotus tepat waktu, mematuhi setiap perintah tanpa protes, mengumpulkan tanda tangan di sela-sela Forth membuat batas waktu satu minggu diperpanjang hingga upacara pemberian gear.
Hari ini tidak seperti biasanya, Ming harus pergi bersama rekannya, bintang Teknik untuk membantunya berlatih. Kit dan Phana mendapatkan nilai lebih dengan memberikan bimbingan sesuai perintah kepala Fakultas Kedokteran.
Beam tidak sempat sarapan karena entah kenapa dia bangun terlambat.
"Aku akan makan siang setelah kelas." kata Beam dalam hati dan menghadiri kelasnya dengan konsentrasi.
Pada jam makan siang, ketika dia siap untuk membeli makan siangnya, dia menemukan bahwa dia lupa dompetnya di asramanya.
Dia menghela nafas dan membuka ponselnya.
"Swadee khaa Bibi. Boleh minta nasi dan telur dadar . Dengan satu Pink Milk na." Dia memesan dan tersenyum tulus padanya.
Wanita itu mengangguk sambil membalas senyumannya.
"Iya Nong, tolong tunggu." Jawabnya.Beam membayarnya melalui teleponnya dan mendapat pemberitahuan bahwa baterai teleponnya habis.
"Apa ini hari sialku?" Dia bertanya pada dirinya sendiri.
Hari ini kurang ramai jadi dia memutuskan untuk duduk dan makan di food court di sudut yang sangat jauh.
"Jadi, kau sedang makan siangnya?" Tanya Seseorang yang duduk di samping Beam dengan penuh kewibawaan.
Beam menjadi kaku mendengar suara itu. Dia tidak berani mengangkat matanya hanya untuk melihat orang yang duduk di sampingnya.
"Biarkan aku melihat apa yang kau makan siang hari ini." Ucap Forth mengamati sepiring campuran nasi dan telur dadar serta segelas susu merah muda.
Beam yang belum menyentuh makanannya, menundukkan kepalanya dan tidak mengucapkan sepatah kata pun.
Semua kenangan di masa lalu yang saling tarik menarik, dua ciuman itu, kata-kata kasar dan memalukan itu mulai terbang di kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLAIMED - A FORTHBEAM STORY
RomanceArogansi yang berubah menjadi ke-posesif-an. Cerita tentang FORTHBEAM. A story by Varshu29