Sebelum Forth sempat mengambil kuntum mawar yang ditawarkan Beam, seseorang menariknya dari belakang.
Forth menatap Ming dengan marah.
"Berhenti di sana." Dia berteriak, membuat Beam dan yang lainnya terkejut tapi tidak dengan Ming.
Dia juga marah.
Forth mendekati Beam. Dia mengambil bunga mawar itu dari tangan Beam dan sengaja menyentuhkan jarinya dengan tangan Beam.
Ming melihat ini dan menarik Beam pergi.
"Kita sudah terlambat untuk stous. Ikutlah denganku." desis Ming.
Forth terpesona dengan perasaan itu hanya dengan menyentuh tangan Beam.
Tapi dia menoleh ke arah Ming dengan dingin. Sebelum dia bisa mengatakan apapun, Lam menepuk bahunya dan memintanya untuk ikut bersamanya.
Suasana hati Forth berada di roller coaster selama aktivitas Sotus.
Suatu saat, dia hanya tersenyum pada Beam dan di saat lain dia berteriak pada Beam setiap kali Ming menyentuhnya.
Forth tidak bisa memahami perasaannya sendiri terhadap Beam.
Setiap kali dia memberikan tugas yang lebih sulit, semua mengikutinya tanpa mengangkat kepala.
Beam terengah-engah tapi Ming menahannya tepat waktu. Forth memerintahkan untuk menghentikan tugas mereka dan menghentikannya.
Ketika dia keluar dia menemukan Ming sedang memberikan botol air kepada Beam. Beam mencuci wajahnya dan meminumnya.
Ming juga melakukan hal yang sama dan dia mengeluarkan handuk olahraga dari tasnya dan menyeka wajah Beam.
"Apa yang akan kau lakukan tanpa aku, bocah bodoh?" Tanya Ming mengusap wajahnya hingga kering.
Forth yang terus-menerus melihat gerakan mereka melemparkan botol airnya ke tanah.
Dia meremukkan kuncup mawar yang diberikan Beam kepadanya sebelumnya, tapi saat berikutnya dia berlutut dan memungut mawar yang remasnya itu dan melihatnya dengan mata sedih.
Dia memelototi Ming dan Beam lalu pergi ke koridor sambil menunjuk seorang gadis untuk ikut bersamanya. Gadis itu memekik dengan gembura ketika Forth memintanya untuk mengikuti.
"Tidak ada sentuhan di wajahku dan tidak ada ciuman di mana pun." Dia memerintahkan dengan tegas dan gadis itu mengangguk dengan senyum malu-malu.
Forth melemparkan sebungkus kondom dan pelumas padanya.
"Kau ingin aku memakai ini juga?" Dia bertanya dengan manis.
Forth memandangnya.
"Apa menurutmu aku akan membiarkan penisku masuk ke dalam tubuhmu mentah-mentah? Apa kau benar-benar berpikir aku akan membiarkan diriku dicelupkan ke dalam cairan menjijikkanmu?" Tanya Forth dengan suara dingin.
"Jika kau begitu jijik, lalu kenapa kau mau membawaku P'Forth?" Gadis itu bertanya dengan berani.
"Diam, jalang. Akulah hukum di sini. Aku otoritas di sini. Aku Yang Tertinggi dan kau hanyalah pelacur sialan yang akan melebarkan kakimu untukku. Tidak ada yang lain. Bersyukurlah aku akan memasukkan penisku ke dalam dirimu. Banyak orang di sana yang menginginkan ku. Jika bukan kau, maka orang akan dengan senang jati melakukannya." Ujar Forth, membuatnya menggigil dengan nada dinginnya.
Gadis itu meletakkan kembali peralatan kebersihan di atas meja.
"Aku hanya menanyakan pertanyaan sederhana padamu P'Forth. Kau tidak perlu menghinaku seperti itu. Aku mengikutimu ke sini karena aku menyukaimu. Itu tidak membuktikan aku pelacur, P'Forth. Kau bisa saja menjadi hukum disini, kau bisa menjadi yang tertinggi. Tapi P'Forth, kau tidak memiliki satu hal yang diperlukan untuk menjalani hidup dan itu adalah "Hati". Aku kasihan padamu karena orang sepertimu tidak akan pernah merasakan perasaan cinta, karena itu membutuhkan hati dan latar belakangmu yang kaya membuatmu buta sehingga kau berhenti melihat orang sebagai manusia melainkan sebuah lubang berjalan. Terima kasih telah mengundangku." Dia menampar Forth dengan kata-katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLAIMED - A FORTHBEAM STORY
RomansaArogansi yang berubah menjadi ke-posesif-an. Cerita tentang FORTHBEAM. A story by Varshu29