Prolog

12.8K 351 12
                                    

Lima belas menit berlalu Laras habiskan dengan menatap seseorang dari kejauhan. Seorang pria tua yang sedang duduk di depan warung kelontongnya, menanti calon pembeli datang sembari menyapa orang-orang yang lewat dengan ramah.

Sebuah pemandangan yang seharusnya tidak Laras tangisi saat ini. Mengingat sebelumnya pria tua yang merupakan ayahnya itu cukup lama terbaring lemah di atas tempat tidur karena sakit.

"Masih bersikeras ingin bercerai?"

Pertanyaan itu terlontar dari Dirga di antara isakan tangis yang tak bisa Laras cegah. Tidak ia sangka, dalam kurun waktu dua bulan menikah, ia bisa dengan mudah mengucap kata cerai. Babak baru kehidupan bersama Dirga yang ia harapkan dilaluinya dengan indah, nyatanya hanya membawanya ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya.

"Saya harap kamu mengerti kalau bercerai bukan hanya tentang kita berdua. Ada ayahmu, juga ibu saya."

Laras menyandarkan kepalanya pada jendela taksi yang mereka tumpangi kini. Di ujung jalan beberapa puluh meter dari lokasi rumah yang menyatu dengan warung kelontong sang ayah; taksi itu berhenti. Sementara sang sopir setia menunggu di luar, membiarkan kedua penumpangnya saling berbicara.

"Saya salah. Saya mengakuinya. Dan, saya tidak menyalahkan keinginan kamu untuk menyudahi pernikahan kita. Tapi ... bisakah kamu lebih bersabar lagi. Demi satu-satunya keluarga yang kita miliki."

Laras menangis lagi, memikirkan apa yang suaminya ucapkan ada benarnya. Dalam hati menghitung berapa lama ia harus bersabar seperti apa yang lelaki itu bilang. Menghitung berapa kali lagi mimpi buruk tentang masa lalunya akan mengganggu setiap malam-malamnya.

"Maaf. Maafkan saya yang sudah membohongi kamu. Saya akan menuruti keinginan kamu untuk bercerai. Tetapi, saya mohon, tidak untuk sekarang." Dirga terus memohon.

Laras akhirnya menoleh pada pria berparas tampan yang berbeda usia lima tahun di atasnya itu. Sepasang mata sembab Laras itu menatap Dirga dalam diam. Mereka sama-sama hanya memiliki satu orang tua yang sangat mereka sayangi. Bahkan pernikahan mereka dua bulan lalu juga semata-mata untuk menyenangkan orang tua mereka.

"Saya berjanji, sampai waktu itu datang, saya akan menjadi suami yang baik untuk kamu. Menjaga kamu sesuai amanat yang diberikan ayahmu pada saya."

"Berapa lama, aku harus bersabar menanti waktu itu datang? Sampai kapan kamu akan mengorbankan hidupku dalam masalah kalian?" balas Laras yang kini tak punya pilihan selain bertahan.

"Sampai kamu memiliki waktu yang tepat, untuk pulang kembali ke rumah ayahmu tanpa membuatnya bersedih dan kecewa. Saya berjanji, akan menuruti keinginan kamu untuk berpisah, Larasita."

-----

1 Mei 2024

InsyaAllah, ini cerita baruku di tahun 2024. Doakan semoga lancar apdetnya.

Udah kenal dong, sama Laras? Ada yang lupa? Mweheheh. Iya, ini Laras yang asgdj@^$*$*#**$$; itu 😅

Semoga suka dengan permulaan ini. Dan, tolong tinggalkan jejaknya, ya 😘

Waktu Yang Dinanti ✅️ | LENGKAP DI KK DAN EBOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang