💥💥💥💥

44 5 1
                                    

vier 04: kejutan ~

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.



Gasadalur

Nama desa tersebut seolah tertanam dalam benak Peter bahkan hingga mereka telah menginjakkan kaki di Islandia, untuk melanjutkan perjalanan Peter tidak tenang sama sekali entah kenapa. Seharusnya ia merasa senang meskipun sedikit, tetapi nyatanya dia malah merasa ingin berbalik dan kembali ke Seoul.

Rombongan itu harus menempuh jarak  430 kilometer untuk sampai di kepulauan vulkanis Faroe. Ditempuh dengan berbagai jalur, darat dan udara.

Setelah menempuh jarak yang sangat jauh, sore hari rombongan itu sampai di kepulauan Faroe. Seseorang yang Tria kenal sudah menunggu mereka di tempat yang dijanjikan. Sebuah ladang rumput untuk turunnya tiga helikopter besar yang mengangkut mereka semua, beserta barang-barang. Mereka berencana berlibur 2 Minggu di desa yang penuh ketenangan itu.

Orang itu tersenyum saat melihat satu persatu orang dalam helikopter, kakinya melangkah mendekat saat baling-baling kapal berhenti. Sekilas melihat pada ketiga pilot dan tersenyum tipis.

"Selamat datang di Gasadalur."

.
.
.
.
.
-
.
.
.
.
.

Warga desa langsung ramai melihat para pendatang yang baru saja tiba, mereka menyambut ramah para rombongan turis tersebut. Senyum ramah dan sikap yang hangat menjadi nilai tambah dimata mereka, namun tidak bagi Peter. Apalagi saat ia melihat fakta bahwa Gasadalur tidak membuka desa wisata seperti yang dikatakan Tria.

Namun Tria tetap mengatakan bahwa pembukaan desa wisata itu di mulai tahun ini. Dan mereka adalah kuota pertama turis yang diperbolehkan datang lebih dulu sebelum pembukaan resmi. Tria mengenal seorang dari desa Gasadalur sejak masa sekolah sma, dan akhirnya bisa mendapatkan kesempatan seperti saat ini.

Penjelasan itu yang membuat Peter akhirnya mau dan menganggap itu masuk akal, dan didukung pula keputusan Tria oleh keluarga Brown.

Alicia berlari-lari kecil menghampiri sebuah toko souvernir yang hendak buka.

"Tuan mana barang paling mahal disini?"

Kedua pasang suami istri itu menatap heran pada Alicia, remaja yang saat ini memakai pakaian yang sejujurnya kurang sopan saat berkunjung ke tempat asing.

"Kami belum buka, nak. Nanti-"

"Tch, bilang saja tidak ada barang bagus yang kalian jual. Jangan banyak alasan. Sudahlah, toko kalian membosankan!"

Habis mengatakan kalimat tersebut Alicia langsung melenggang pergi begitu saja.

"Apa-apaan!"

Grab!

"Jangan, biarkan saja. Hanya anak muda." Ucap sang istri menenangkan suaminya.

"Kurang ajar sekali, seperti tidak berpendidikan!"

Perempuan tua itu menatap kepergian Alicia dengan raut wajah setenang lautan tak berriak. Salah satu sifat manusia yang selalu membawa mereka pada petaka tanpa ujung, sombong.

.
.
.
.
.
-
.
.
.
.
.

Malam berlalu dengan cepat rombongan itu diberikan kesempatan bebas untuk menjelajah desa Gasadalur sebelum pembukaan resminya.

Tuan Robert dan keluarga kecilnya berkeliling disekitar desa, sedangkan yang lain entah kemana. Termasuk Tria dan juga Peter.

Lain lagi dengan paman Lena, Andrew. Lelaki berambut blonde itu berjalan-jalan santai hingga bertemu dengan rumah kecil namun terlihat paling bercahaya dan nyaman dibandingkan yang lain. Andrew melangkah mendekati rumah tersebut, namun langkahnya membawa lelaki itu memutar dan bertemu dengan area belakang rumah yang penuh dengan tanaman.

RED: The Bride | Lee KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang