sechs (zeks) :
buta arah dan sebuah pintu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Jaehee bertemu seorang laki-laki muda dengan wajah menggemaskan di malam hujan saat itu. Sosok itulah yang melarangnya untuk mengakhiri hidup, dan Jaehee menceritakan semua kesengsaraan hatinya tanpa ia sadari bahaya mengintai dibalik sebuah senyuman manis.
Lelaki itu pergi setelah memberikan selembar kertas tua dengan kalimat-kalimat aneh didalamnya. Sosok itu mengatakan, jika Jaehee membacanya dengan sungguh-sungguh dan niat yang kuat, maka semua yang perempuan itu inginkan akan tercapai.
Hanya berbekal dua syarat itu Jaehee memulai ritual, tanpa persembahan apapun, tanpa altar. Dan Jaehee tahu dia telah meninggalkan Tuhan nya ketika ia berlutut ditengah-tengah ruangan tersebut. Meminta dan memohon pada hal lain yang bukan sang pencipta. Jaehee telah melepaskan dirinya dari cahaya dan memeluk erat gelap tanpa batas.
Manusia diberikan akal dan pikiran untuk memilih mau menjadi apa untuk kedepannya, mau memilih jalan mana yang hendak di lalui, dan berbagai macam situasi dan kondisi yang dirasakan manusia. Tuhan memberikan pilihan dan ujian disaat bersamaan. Dan kebanyakan umatnya melepaskan hal yang tak seharusnya mereka lepaskan, keyakin, pertolongan dan kepercayaan pada mukjizat sang pencipta. Bahkan beberapa terkadang memilih mengakhiri apa yang seharusnya belum berakhir yang Tuhan berikan, menjemput akhir tanpa persetujuan pemilik nafas dan denyut kehidupan.
Jaehee telah meninggalkan Tuhan nya dan terkikis habis rasa keyakinan dan kepercayaan pada sang pemilik hidup. Sebuah tindakan fatal yang tanpa sadar menuntun Jaehee berlabuh pada kegelapan tanpa akhir.
Jaehee meminta pada sosok yang tidak seharusnya ia pinta pertolongannya.
Pelan dan dengan keyakinan yang kuat Jaehee memulai pemanggilan, dan tepat pukul 3 pagi sosok itu muncul. Lelaki yang memberikan nya kertas itu mengatakan jika sosok yang saat ini Jaehee lihat adalah pemilik dunia bawah, sosok yang dapat mengabulkan semua permintaan Jaehee.
Sosok itu selalu datang pada gembala yang tersesat dan ketakutan, menuntun mereka kembali pulang.
Malam itu semua rasa sakit hati Jaehee di hilangkan, tergantikan rasa bahagia luar biasa.
.
.
.
.
.
-
.
.
.
.Tak lama kemudian Jaehee mengalami kegilaan, perempuan itu tidak bisa membedakan mana kenyataan mana khayalan. Bahkan ia hampir membunuh Lena yang sedang terlelap dalam buaian.
Karena kegaduhan yang dibuat tangis mengenaskan Lena kecil para tetangga berbondong-bondong menghampiri unit apartemen Jaehee. Dan ketika mereka tiba, semuanya terkesiap.
Jaehee tergeletak tak bernyawa dengan menenggak racun serangga, sedangkan bayi Lena sedang menangis dengan mulut penuh busa.
Bayi Lena langsung diamankan salah satu tetangganya, bahkan berniat untuk menjaga Lena namun salah satu pihak berwajib dengan tampang seram menghentikan niat perempuan paruh baya itu.
"Jika anda ingin, silahkan lakukan proses adopsi setelah kasusnya selesai."
Polisi dengan tubuh tinggi besar itu meraih bayi Lena dengan hati-hati, lalu menyerahkannya pada laki-laki berseragam tim medis.
"Tuan, tolong jaga Lena baik-baik. Um, siapa nama anda kalau saya boleh tahu?"
Polisi itu berbalik sekali lagi, "Nama saya Chris."
.
.
.
.
.
-
.
.
.
.
.Kembali ke masa sekarang, Lena masih ingat kisah di balik hilang kewarasan sang ibu. Semua itu adalah proses awal sebagai persembahan, sejak awal Jaehee itu di jebak. Semuanya sudah tersusun rapih layaknya naskah sebuah mini seri.
KAMU SEDANG MEMBACA
RED: The Bride | Lee Know
Fanfictionsebuah kisah ringan, ingin tahu? sini aku bisikkan sesuatu... Ini soal sebuah perjanjian dan karma. Warning ⚠️ • not for minors • lil bit bloody, gore, harsh words • adult content • 18++++ • alur acak-acakan • tanda baca tydack beraturan • and, upda...