Tiba-tiba terdengar suara keributan dan begitu Jiyoon sampai di kolam renang, netra nya melihat Yoonseo yang sedang berada dalam dekapan Junhee dengan keadaan basah kuyup dan sepertinya... pingsan?"Junhee-ya, cepat bawa dia ke uks!" kata Jiyoon.
Junhee segera menggendong Yoonseo yang sedang pingsan itu ke uks dan membaringkannya di ranjang.
Tidak berselang lama, Yoonseo tersadar dan membuka matanya. "Yoonseo-ya, kamu baik baik saja?" sela Junhee dengan cepat.
"Tidak apa-apa, aku baik baik saja," kata Yoonseo dengan sedikit nafasnya yang masih terengah-engah.
Beberapa detik setelah nya, terdengar derit pintu yang dibuka, diiringi Jungwon yang masuk lalu juga Somi dan beberapa temannya.
"Minta maaf pada Yoonseo. Jitakan ulang tahun? Ya, bukankah kamu berlebihan?" Sergap Jiyoon pada Somi yang menatap mereka dengan tatapan sok melas nya, membuat Jiyoon menahan diri untuk tidak memutar bola matanya malas.
"Maaf. Kami hanya – ingin merayakan ulang tahun mu," Somi terisak kecil.
"Tidak apa-apa, jangan menangis," sahut Yoonseo dengan cepat.
"Sungguh? kamu akan memaafkan ku?"
Yoonseo mengangguk dan tersenyum kecil. Jiyoon menatap Somi dengan jengkel namun menyembunyikan perasaan dongkolnya saat ini.
⋆___________________________⋆
"Teman-teman, tidurlah di kamar kalian. Berhentilah membuang waktu kalian di sini." ujar Junhee di lorong yang banyak anak berkumpul di sana.
"Benar, tidurlah sekarang. Aku dan Junhee akan memeriksa di luar besok." sela Somi dengan senyum lebarnya.
Tatapan Jiyoon dan Somi bersinggungan sesaat, dan Jiyoon memutar bola matanya malas kali ini, lalu berjalan menuju kamar bersama Yoonseo dan Jungwon.
"Ya, Kim Somi berpura-pura lagi," Jiyoon menyumpah-nyumpah dan menggerutu.
"Biarkan saja, dia sudah meminta maaf." Jawaban Yoonseo bukan menenangkan Jiyoon, tapi malah membuat wajah Korea yang putih itu menjadi merah. Itu artinya: darahnya naik ke ubun-ubun.
"Dia terus melakukan itu karena kamu terus membuat nya lolos," kata Jungwon dengan nada serius, yang disetujui oleh Jiyoon.
"Apa yang bisa kulakukan?" tanya Yoonseo pasrah.
"Aish, aku benci gadis itu." sahut Jiyoon dan Jungwon bersamaan.
Tiba-tiba terdengar bunyi bel yang cukup keras hingga mengalihkan atensi semua orang,
"Satu menit lagi untuk memilih."
"Kamu sudah memilih?" tanya Yoonseo pada Jungwon.
"Ah, ya."
"Siapa yang kamu pilih?"
"Heo-Yul?"
"Pemungutan suara telah berakhir."
"Heo-Yul dengan suara terbanyak, 24 suara akan dieksekusi."
Tiba-tiba Heo-Yul memegangi kepalanya seakan kesakitan, anak-anak lain mengira ia bercanda, sedangkan Jiyoon memandang dengan khawatir dan gelisah.
"Kamu berakting lagi?"
"Dia mulai lagi."
"Yul, sudah cukup."
Heo-Yul mendongakkan kepalanya dan semuanya mundur karena terkejut melihat matanya yang memutih, ia berlutut dan membenturkan kepalanya pada lantai dan lukisan yang dilapisi oleh kaca.
Jiyoon berteriak ketakutan ketika melihat darah yang keluar dari Heo-Yul, matanya mengabur, sebelum seseorang menariknya dan mendekapnya erat.
"Shh, tidak apa-apa. Tidak apa-apa, Jiyoon-ah," Suara yang terdengar cukup berat itu menenangkan nya, Jiyoon tahu suara milik siapa itu, dan ia menangis di dalam dekapan orang itu.
Kyungjun membelai kepalanya dengan lembut, lalu tidak berlangsung lama, terdengar pecahan kaca yang membuat Jiyoon menoleh ke arah Heo-Yul yang melompat keluar dengan keadaan nya yang sudah parah.
"Heo-Yul adalah warga."
Dan setelah itu, terdengar bel yang membuat semuanya tertidur, begitu juga Jiyoon yang secara tidak sadar tertidur dalam dekapan hangat Kyungjun.
To Be Continued
_____________________13 - 02 - 2024
©tnd_princess
__________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
ɴɪɢʜᴛ ʜᴀꜱ ᴄᴏᴍᴇ × ᴏᴄ
Fiksi Penggemar_____________ 𝗗𝘂𝗮 𝗶𝗻𝘀𝗮𝗻 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘁𝗮𝗻𝗽𝗮 𝘀𝗮𝗱𝗮𝗿 𝘀𝗮𝗹𝗶𝗻𝗴 𝗺𝗲𝗻𝗰𝗶𝗻𝘁𝗮𝗶 𝘀𝗲𝗶𝗿𝗶𝗻𝗴 𝗯𝗲𝗿𝗷𝗮𝗹𝗮𝗻𝗻𝘆𝗮 𝘄𝗮𝗸𝘁𝘂, 𝗺𝗲𝗿𝗲𝗸𝗮 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘀𝗮𝗹𝗶𝗻𝗴 𝗺𝗲𝗹𝗲𝗻𝗴𝗸𝗮𝗽𝗶, 𝘀𝗮𝗹𝗶𝗻𝗴 𝗺𝗲𝗺𝗯𝘂𝘁𝘂𝗵𝗸𝗮𝗻, 𝗱𝗮𝗻 𝘀�...