Bab 6

30 3 0
                                    

Tembus 880 Kata

°•°•°

Sumpit stainless itu mengapit telur gulung yang sudah dimasak seenak mungkin, dari harumnya saja sudah sangat meyakinkan soal rasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sumpit stainless itu mengapit telur gulung yang sudah dimasak seenak mungkin, dari harumnya saja sudah sangat meyakinkan soal rasa. Karena ini masakan Ayah, yang sudah pasti tidak akan mengecewakan.

Hari ini presensi itu ada dirumah, sebab libur katanya, jadi dipagi buta Ayah sudah bangun dan berkutat dengan bahan masakan dan alat dapur. Memenuhi meja makan yang biasanya hanya diisi seteko air putih dan beberapa gelas kosong, dengan hasil karyanya memasak sejak pagi sekali. 

San KalandionbSander, di Tuan multitalent. Negitu julukan yang banyak orang berikan untuk Ayah. Seorang selebritis yang serba bisa. Mulai dari acting, bermusik, berbisnis dan satu lagi, jadi chef dapur rumah, kalau sempat.

Masalahnya Senka yang sudah terbiasa dengan selembar roti dan segelas susu dari lemari pendingin di pagi hari, merasa begitu asing mendapati meja makan yang penuh dengan masakan rumahan. Terlebih setelah Bibi Kallysa tidak pernah lagi datang karena Senka larang, mendapati masakan rumahan di ruang makan menjadi sangat langka.

Kalau diperhatikan oleh Senka, Ayah tampak begitu senang, kelihatan dari raut wajahnya yang secerah fajar pagi ini.

Agaknya Senka tahu alasannya, sebab semalam ia tidak sengaja mendengar percakapan Ayah ditelepon, tentang pekerjaan. Dari yang Senka dengar, Ayahnya sedang terlibat project karya yang lumayan besar dalam dunia seni peran.

Kedengaran bagus, sebab itu adalah sebuah pencapaian besar yang tidak mudah didapatkan dan harus Senka hargai. Setidaknya Ayah mendapatkan sesuatu setelah banyak mengorbankan sesuatu pula. Contohnya saja, perannya sebagai seorang Ayah.

Tapi tidak apa, Senka sudah lama melepas hal itu. Ia tidak lagi sibuk mengeluhkan sikap Ayahnya. Selagi Ayahnya tidak tampak frustasi dengan hidupnya, Senka pikir ia akan baik-baik saja.

Dari yang pernah Senka baca, menuntut terlalu banyak juga tidak baik jatuhnya. Ayah pernah kehilangan duniannya, dan setelah susah payah berusaha, apa yang sempat lepas dari genggaman tangannya kini kembali dengan lebih besar. Senka harus bersyukur bukan. Ayahnya bisa mendapatkan kembali apa yang membuatnya merasa hidup untuk kedua kalinya.

"Berangkat sekolah hari ini, Ayah yang antar." Menaruh beberapa lauk pauk kedalam mangkuk nasi milik Senka, "Setelah sarapan, cepat siap-siap supaya tidak terlambat. Nanti Ayah buatkan bekal makan siang juga."

Senka meneguk segelas air disamping piringnya. Habis setengah gelas untuk mendorong kunyahan didalam mulutnya agar tertelan dengan mudah. Jujur saja, nafsu makannya sedang buruk, "Aku tidak sekolah hari ini, Yah. Hidungku tersumbat dan kakiku seperti menginjak tanah berguncang. Aku sudah menghubungi Guru Shin untuk izin hari ini tadi."

24/7 = HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang