Episode 2

263 44 3
                                    

SELAMAT MEMBACA

Gentari menyusuri hampir semua lorong di lantai tiga Rumah Sakit Harapan, tapi sepertinya tidak ada harapan untuk dia menemukan kamar rawat inap Shabina, sosok yang 36 jam lalu berkenalan dengannya di taman rumah sakit.

Sosok yang Gentari yakin seusia dengannya, yah paling berbeda bulan. Sosok yang pertama kali Gentari sadari sudah jatuh cinta dengan rambut hitam kecoklatan halus miliknya. Lucukan, tapi hal itu menjadi salah satu alasan Gentari tertarik menyapa gadis tukang ngelamun itu ditaman. Rambutnya yang berkilau diterpa matahari saat itu.

Gentari duduk bersila dilantai, menyandarkan punggung disamping pintu kayu dengan sedikit garis kaca buram. Lelah juga menyusuri lantai tiga, bukannya tidak mau bertanya pada bagian informasi, tapi Gentari malas ditanyai untuk apa data ruangan pasien.

Tiba-tiba seorang ibu-ibu keluar dari pintu diikuti laki-laki dan perempuan, Gentari langsung berdiri dan menunduk. Gentari pikir ibu itu berumur 40an atau nyaris 50an, sedangkan dua orang setelahnya seusia 24 tahunan karena terlihat dewasa tapi masih muda. Tak lama Gentari kembali duduk bersila sambil menatap nomor-nomor kamar vip di lorong Himawari ini.

"Gentari?" Gentari mengalihkan pandangannya dan langsung berdiri, menunduk sebentar sebagai tanda hormat pada yang lebih tua.

"Gentari ngapain ke lantai tiga, capek gitu keliatannya?" suster Indah menatap Gentari yang terlihat lelah.

"Suster, cuma main suster, bosen di kamar, suster lagi chek pasien ya?" Tanya Gentari.

"Iya, ini yang terakhir, mau ikut masuk? dia seumuran kamu deh kayaknya," seketika Gentari mengangguk dengan mata berbinar.

"Shabina ya, suster?" tanya Gentari mengikuti langkah suster Indah masuk.

Tanya itu hanya dibalas senyum dan anggukan. Semakin bersemangat Gentari mengikuti langkah suster Indah. Ruangan bernomor 315 vip Himawari ini sebenarnya sudah Gentari lewati lebih tiga kali.

"Halo, Shabina." Sapa suster Indah. Gentari menyembul dari balik punggung suster Indah.

Bertepatan dengan itu Shabina berbalik badan, melihat dua perempuan di belakangnya. Shabina sontak melebarkan matanya melihat perempuan yang menyapanya di taman.

"Apa dia sebenarnya hantu rumah sakit ya?" batin Shabina.

"Kenapa kaget Shabina?" suster indah mendekat ke arah Shabina, memeriksa keadaan pasien yang terhitung sudah empat hari menjadi penghuni kamar 315 Vip Himawari ini.

"Halo Shabina," kali ini gentari maju berdiri sejajar dengan suster Indah. Shabina masih diam menatap aneh Gentari yang sedang memperhatikan suster indah yang memeriksa.

"Sudah, suster keluar dulu ya, Shabina." Shabina mengangguk dan suster Indah mengalihkan pandangannya pada Gentari yang malah asyik melihat Shabina, "Ayo Gentari, balik ke kamar." lanjut suster Indah.

Gentari menggeleng menatap suster Indah yang sudah membereskan kertas dan alatnya.

"Gentari diam disini aja ya sus, mau ngobrol sebentar sama Shabina, janji ga banyak tingkah, Gentari bosen di kamar sendirian, plis suster." tawar Gentari, bukannya langsung menjawab suster melihat ke arah Shabiana. Refleks Shabina malah mengangguk.

"Ya sudah, jangan keluyuran, balik ke kamar lagi, nanti kamu malah gaada pas dokter visit," suster indah berbalik keluar dari pintu. Gentari menjauh dari ranjang guna melihat apakah suster Indah sudah hilang atau belum dibalik pintu.

***

"Shabina," panggil Gentari.

"Lo mau apa lagi?"

Februari dan KisahnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang