'The Messiah Competition'
Dua orang pria mengamati gedung teater dan seni yang sangat ramai dengan lautan manusia. Mobil mewah datang silih berganti untuk membawa tuan muda mereka. Terlihat jelas mereka semua adalah kalangan elit.
"Seperti biasa, aku akan menangani cctv sepanjang rute yang kau ambil." Pria dengan tudung di kepalanya memantau sepanjang tempat melalui laptopnya. Dia telah berhasil meretas sistem keamanan gedung. Matanya fokus melihat setiap pergerakan tempat yang akan mereka jadikan tempat operasi kali ini.
Mereka bukanlah orang amatiran, persiapan ini tidak dilakukan sehari dua hari. Untuk mendapatkan hasil sempurna mereka perlu menyusun dan menyiapkannya dengan matang. Mencari dan menunggu waktu yang tepat. Mereka tidak mengenal kegagalan. Untuk operasi ini, dalam satu bulan mereka harus menyamar menjadi pekerja paruh waktu di 7 tempat berbeda untuk mengenali medan perang.
"Melihat pergerakan yang ada, rencana pertama masih bisa digunakan." Pria bertudung memberitahu perkembangan situasi sekitar dan memperkirakan rencana mana yang memungkinkan mereka gunakan.
"Oke!" Pria yang duduk di kursi belakang menyetujui dengan asal-asalan.
Pria itu mengemas barang bawaannya. Tidak lupa dia juga merapikan rambutnya yang sudah tertata rapi. "Apakah dasi kupu-kupu ku tidak bengkok?" Tanyanya masih sibuk dengan penampilannya.
Pria yang duduk di kursi kemudi melirik pihak lain melalui kaca mobil. Dia memutar bola matanya, jengah dengan tingkah flamboyan orang ini.
Tidak bisa dipungkiri, pria dibelakangnya ini memang tampan. Gaya yang diambil kali ini menonjolkan sisi positifnya. Jenis ketampanan tuan muda kecil yang dimanjakan dan dilindungi, lembut dan halus. Tapi jangan salah, itu hanyalah penampilan luarnya, mata bulat dan wajah innocent itu hanyalah tipuan.
Bisa dikatakan wajahnya menjadi keuntungan sendiri untuknya, untuk menyembunyikan sisi gelap dirinya. Pria ini tidak selembut kelihatannya, dia bisa menjadi iblis yang kejam dan bengis. Membunuh dengan satu gerakan tanpa berkedip.
"Sempurna. Sangat tampan" Gumamnya memuji diri sendiri. Dia tersenyum lebar, membuat matanya menyipit membentuk lekungan indah dengan lesung pipi yang semakin mempermanis tampilannya.
Orang lain yang tidak tahu, akan berfikir tuan muda ini benar-benar akan mengikuti kompetisi biola bertaraf internasional yang diadakan di gedung seni tempat mereka berada. Kompetisi bergengsi yang diadakan 5 tahun sekali di Perancis.
"Bukankah aku harus terlihat tampan untuk menarik penonton?! " Pria bertuxedo itu mengedipkan matanya dengan senyum manis.
"Aku pergi!" Pamitnya bersiap keluar mobil.
Pria berjas itu keluar dengan menjinjing tas biolanya. Berjalan dengan percaya diri dan tersenyum secerah matahari. Kedatangannya tidak bisa diabaikan, tidak sedikit orang memperhatikannya. Ketampanan yang dimilikinya adalah jenis langka, tampan tapi tidak sepenuhnya tampan. Ada unsur kecantikan di dalamnya, tidak berarti seperti pria yang mencoba berdandan atau bertingkah seperti wanita. Kecantikan itu murni dimiliki seorang pria dalam arti tanda kutip. Dia adalah gambaran seorang pria cantik yang sesungguhnya. Sulit untuk menggambarkannya dengan sebuah kata, yang pasti sulit untuk mengabaikan kehadiran pria ini.
Terlalu tampan. Terlalu imut. Terlalu manis. Itulah yang ada di benak wanita yang sebelumnya melayani registrasi pria itu.
"Terimakasih." Ucapnya dengan senyum khasnya. Membuat wanita itu menjerit keras dalam hatinya. Dia dibuat meleleh dengan senyum itu. Terlalu manis, membuatnya ingin mencubit pipi merahnya itu.
Pria itu mengikuti prosedur keikutsertaan peserta dengan sangat tertib. Tidak, dia bukan ingin mengikuti kompetisi ini, dia disini untuk menjalankan misinya. Misinya sebagai pembunuh bayaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Mafia and His Sniper
Storie d'amoreSniper pembunuh bayaran paling legendaris dan ditakuti jatuh cinta pada targetnya. Dia yang berpikir semua berada dalam kendalinya ternyata salah besar, targetnya lebih dulu memegang kendali atas dirinya. Membiarkan Sniper bermain-main di sekitarnya...