Part 2 Caught My Eye

123 29 3
                                    

"Brengsek!" War dengan marah melempar amplop berisi semua berkas tentang target selanjutnya. Lalu melepas kasar penyamarannya, kumis pasangan dan softlensnya.

Sikap angkuh, sombong dan percaya diri yang dia tunjukkan sebelumnya hilang diterpa angin. Yang ada hanya kemarahan, kekesalan dan kejengkelan yang menumpuk. Sebelumnya dia tidak bisa menunjukkan emosi ini pada lawan bicaranya. Dia tidak bisa membiarkan dirinya menjadi lelucon. Karena akan menodai citranya sebagai Sniper, pembunuh bayaran paling ditakuti, tidak pernah gagal menjalankan misi dalam menghabisi targetnya.

Tapi... kliennya kali ini gila! Lebih gila dari dia!

War terus mengoceh dari A sampai Z untuk melampiaskan kekesalannya pada Philip, si pria gila. War tetaplah War, meski mulutnya sibuk memaki kesal dengan misi yang akan dia terima, tapi dia dengan tekun dan serius menyelidiki targetnya.

Layar laptopnya menunjukkan berbagai pencarian dan profil targetnya. Beberapa kertas berserakan di mejanya.

Black tidak heran dengan kelakuan partnernya. Ini sudah menjadi pemandangan biasa untuknya. Justru War datang tanpa mengomel lah yang aneh. Setiap menerima misi baru dia harus menyiapkan telinganya untuk mendengarkan ocehan War. Kali ini sepertinya lebih serius dari yang sudah sudah.

Lupakan tentang gambaran Sniper yang hebat, bengis, kejam, tak berperasaan, dingin dan hal-hal lainnya yang setara dengan penggambaran seorang pembunuh bayaran paling ditakuti di dunia bawah.

Kenyataannya tidak ada hal seperti itu. Memang benar War adalah pembunuh bayaran paling ditakuti dan diwaspadai, tapi kepribadiannya sama sekali tidak mencerminkan seorang pembunuh bayaran pada umumnya. Semuanya bertolak belakang.

Contoh kecilnya seperti sekarang, mengomel tanpa henti. Karakter War lebih seperti taman bunga yang berwarna warni dan sangat flamboyan. Dia memunculkan aura pemangsa hanya ketika memegang snipernya. Di luar itu dia menjadi seperti tuan muda yang suka mengejar kesenangan duniawi sambil menghambur-hamburkan uang.

Wajahnya menjadi keuntungan tersendiri untuk War, bebas dari kecurigaan seseorang. Didukung dengan wajah halus dan lembutnya yang terlihat tidak berbahaya. Orang lain tidak akan mendeteksi wajah ini bisa membunuh tanpa berkedip. Mata bulat polos dan senyum cerahnya mudah mengecoh penilaian orang lain terhadapnya.

"Selidiki Hades. Apakah dia ada hubungannya dengan target-target kita sebelumnya." Meski sibuk mengomel, tapi War mampu memerintah dengan rasional, penilaiannya cukup akurat.

Penyelidikan ini langkah wajib yang harus mereka lakukan sebelum menerima pekerjaan ini. War tidak akan menerima misi, jika targetnya memiliki persimpangan dengan mantan klien sebelumnya. Baik keluarga dekat atau jauh, teman, bahkan rekan bisnis sekalipun. Cara ini mencegah kerumitan masalah dan pengungkapan jati dirinya.

Sniper tidak akan berhubungan dengan siapapun yang memiliki persimpangan dengan mantan klien dan targetnya. Garis ini dibuat sangat jelas oleh War. Alasan inilah yang membuat War tidak mudah menerima sebuah misi.

"Pria ini benar-benar gila! Otaknya sakit! Dimakan anjing!" War terus mengumpat tanpa henti, semua kata makian sudah keluar dari bibir merahnya dan semua itu dia tunjukkan untuk Philip. Sangat bagus lidahnya tidak tergigit karena kemarahannya sendiri.

Bagaimana War tidak seperti petasan berjalan jika data diri targetnya hanya seperti ini. Hanya nama samaran di dunia bawah, tanpa tahu nama resmi pihak terkait. Belum lagi foto yang mereka dapatkan, hanya sisi wajahnya saja. Foto itu tidak mengungkapkan apapun. Tidak bisa mendeteksi bagaimana rupa pihak lain. Lebih mirisnya lagi, foto ini bukanlah wajah aslinya. Tidak ada yang pernah tahu wajah asli dari Hades. Dia tidak pernah muncul di publik.

Hingga kini DesTaros adalah kelompok mafia paling kuat di Benua Asia, salah satu kelompok paling ditakuti di dunia. Metode yang mereka lakukan kejam dan tegas. Tidak ada yang bisa menembus pertahanan mereka.

The Mafia and His SniperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang