Chapter 13

113 27 0
                                    

Disclaimer by: Mashashi Kishimoto

Story by: kikikristina

Warning: typo, gaje, ooc, slow burn, dll

~

"Itachi Sensei!" Pemandangan Naruto yang berlari sambil berteriak memanggil namanya, bagaikan tsunami dalam pandangannya.

"Oh ada apa Naruto-kun?" Meskipun merasa agak terganggu Itachi harus tetap profesional untuk meladeni bocah ini.

Sifat Naruto yang bersahabat dan naif disaat yang bersamaan bisa menjadi bumerang, apalagi jika menyangkut lawan jenis yang lebih dominan menggunakan perasaan daripada logika. Memang baik jika Hinata dan Naruto berteman, mengingat adiknya yang kaku saja bisa sangat ekspresif karena bersahabat dengan si kuning ini.

Saat menimbang nimbang bagaimana Itachi harus menempatkan Naruto dalam kehidupan sosial Hinata tanpa mengundang masalah. Itachi tidak akan menyangka masalah dimasa depan bukan pemuda itu yang menjadi sumbernya melainkan adiknya sendiri.

"Habis darimana Itachi Sensei? Kami baru dari tempat Dei-nii tapi baru masuk langsung diusir. Katanya dia sudah menerima Sasuke. Sasuke ada didalam kan Itachi Sensei? Oi! Teme tega sekali kau_"

Tanpa menunggu tanggapan darinya bocah itu meracau dan mengusik Uchiha bersaudara.

"Diamlah Dobe siapa yang cepat dia yang dapat dan pergilah sebelum ku tendang bokong mu." Sasuke yang dalam mode sensi menyembulkan kepalanya mengusir sahabatnya.

"Maafkan dia Itachi Sensei." Shikamaru yang melihat perdebatan yang dimulai teman kuningnya didepan guru mereka menunduk meminta maaf.

"Hah sudahlah. Jadi mau kemana kalian?" Itachi menghela nafas merasa mulai lelah meladeni para bocah. Padahal ia hanya ingin makan siang bersama Hinata dan adiknya.

"Sebenarnya kami sedang mencari tempat part time. Dan Naruto menemaniku ketempat Nii-san nya." Shikamaru menjawab pertanyaan Itachi.

"Jadi kalian belum mendapatkan tempat kerja? Lalu dimana partner kalian?"

"Sebenarnya aku sudah dapat kerja Sensei di Ichiraku Ramen, hanya Shikamaru yang belum dapat kerja. Oh! Sakura-chan membawa Ino dan Shion bersamanya katanya berpencar lebih baik."

"Kalau kau bekerja di Ichiraku sepertinya ramen untuk pelanggan malah kau makan Dobe. Dan bodoh sekali kalian berpencar dengan partner kalian."

"Diam kau Teme! Mana mungkin aku begitu! Dan apa boleh buat Sakura-chan tidak mau bekerja di gym khusus lansia bersama alis tebal. Padahal tempat itu banyak orang baik, Oba-chan disana sering memberiku ramen. Dan seragamnya nyaman."

Mereka yang mendengarkan perkataan terakhir Naruto mengerutkan kening. Termasuk Hinata yang masih duduk didalam mobil juga ikut mendengarkan percakapan mereka jadi ikut membayangkan seragam yang dimaksud Naruto.

Di Kepalanya terbayang Rock Lee murid kedua yang paling hiperaktif dan Sakura yang cantik mengenakan pakaian olahraga ketat berwarna hijau tua yang mencolok, sedang memperagakan gerakan senam bersama Guy Sensei dengan senyum lebar.

Mendadak ia mual.

Dan suara yang ia hasilkan menarik perhatian para lelaki, terutama Itachi.

"Ada apa Hinata perutmu sakit? atau kau masuk angin?" Dengan cepat Itachi menghampiri Hinata dan melebarkan pintu mobil yang tak tertutup rapat, untuk mengecek keadaan gadis itu. Terlukis kekhawatiran diwajahnya.

"Tidak apa apa Sensei aku baik baik saja. Hanya membayangkan sesuatu yang aneh saja tadi." Dengan bibir berkedut saat menjawab Itachi. Hinata menahan tawa dan rasa mual, saat pikirannya merealisasikan penampilan Guy, Lee, dan Sakura di gym dekat sekolah mereka.

TraumaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang