Restart or Reset

93 8 2
                                    

Disclaimer by: Masashi Kishimoto

Story by: kikikristina

Warning: typo, gaje, ooc, slow burn, dll

~

Dunia tempat ia berpijak terlihat gelap gulita, terasa begitu pengap dan sesak. Seolah masih segar, ia di ingatkan kembali sesuatu yang mulai ia lupakan baru baru ini. Ingatan yang terus berulang menghantui siang dan malamnya.

Hinata kecil yang muda dan lemah, polos dan murni.

Otaknya kembali memproyeksikan masa kecilnya, masa yang harusnya bahagia untuk anak diusia belia. Tetapi tidak untuknya.

Tubuh kecil itu hanya pasrah saat kakak lelaki yang harusnya menjaga dan memimpinnya, dengan tangannya sendiri menjamah tubuh kecilnya. Melecehkannya. Dan suara lembut saudara kandungnya yang seharusnya mengasihinya, berteriak kepadanya agar ia menjual diri dan mati. Bersamaan dengan gambaran ia yang kembali dilecehkan oleh pria lansia.

Seperti tiada akhir, gambaran yang selalu menyiksanya membuatnya jatuh berlutut. Ditempat yang gelap dan dingin ini ia sendirian. Air mata mengalir di pipinya dengan senyum putusasa yang tersungging dibibir.

Ia ingin berteriak agar semua ini berhenti, ia ingin berlari pergi meninggalkan semua pemandangan yang membuatnya gila. Tetapi seberapa kuat pun ia mencoba suara dan tubuhnya tidak mau menurutinya.

Kedua tangannya mulai bergerak untuk memukuli tubuhnya. Menyakiti dirinya sendiri agar ia segera sadar dari mimpi atau masa lalunya.

"....ta!"

Samar samar dapat ia dengar suara yang dengan panik menyerukan namanya.

"..nata! Bangunlah!"

"Kumohon sadarlah!"

Dua tangan yang hangat dan kuat menggenggam erat telapak tangannya.

Seketika Hinata terbangun, dan dengan gerakan reflek ia lekas menyentak tangannya hingga genggaman tangan itu terlepas.

Mengejutkannya dan sosok Itachi uchiha.

Telinga dan kepalanya terasa berdengung, di ikuti penglihatan yang menyilaukan matanya. Hinata menyesal sadar dengan tergesa, dan ia juga sangat menyesal setelah melihat wajah terkejut Itachi atas tindakannya. Tetapi mau bagaimana lagi, insting dan alam bawah sadarnya menyadarkannya agar ia waspada.

"A-ah kamu sudah sadar. Maaf Nii-san mengejutkan mu. Ini minumlah." Itachi yang terkejut segera mengendalikan dirinya dan menyerahkan segelas air putih untuk Hinata, dan diterima dengan kedua tangannya yang gemetar.

"Kita saat ini sedang dirumah sakit Konoha. Apa kamu lapar atau ingin makan sesuatu? Katakan saja hm, akan Nii-san carikan."

Itachi menjelaskan dimana saat ini mereka berada, ketika ia melihat Hinata memperhatikan sekelilingnya. Itachi mencoba membuka pembicaraan tanpa sedikitpun menyinggung tentang kejadian yang baru saja menimpa gadis yang sangat ia sayangi ini. Dengan senyum yang merekah dibibirnya. Tetapi ia tidak mampu menyembunyikan pupil matanya yang bergetar.

Tidak, ketika dengan kedua matanya sendiri ia menyaksikan Hinata yang dalam ketidak sadaranya menyakiti tubuhnya sendiri dan berteriak berkali kali meminta tolong. Hingga dokter harus menyuntikkan obat penenang.

Dari pagi hari, hingga menjelang malam Hinata belum juga sadar. Meskipun tidak lagi berteriak dan memberontak. Hinata masih merintih dan terisak dalam tidurnya hingga ia yang menemani gadis itu dari tadi ikut merasa sedih dan putusasa.

Itachi menyesal, andaikan ia dapat memutar kembali waktu. Ia harap sebelum kejadian itu menimpa Hinata, ia ada bersama Hinata. Menjaga dan menemani gadis itu. Agar kemalangan tidak menimpanya.

TraumaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang