Luka

611 66 26
                                    


Discalimer
Masashi Kishimoto

Warning: typo, gaje, ooc, flashback sudut pandang Hinata

Rate: T+

~_~

"Ba-baiklah u-um... I-itachi-sensei akan aku jelaskan t-tapi setelah itu aku mohon Itachi-sensei jangan menyebarkan kata kataku dengan yang lainnya, ka-kalau sampai tersebar aku tak tau lagi bagaimana nasibku nanti." Berkat tatapan mata keriput Itachi yang menekan mau tak mau Hinata harus menjelaskan kenapa ia bisa menyimpang.

Dilain pihak urat kening Itachi sedikit berkedut kesal saat mendengar Hinata masih memanggilnya dengan embel embel sensei, yah tak apalah pun itu terserah Hinata selama masih panggilan yang wajar.

"Heh... Kau kira aku ini siswi berkepala burung yang hobi menyampaikan pesan kesana kemari.
Dengar aku tak akan menyebarkan apapun, aku hanya mau kau jelaskan semuanya dengan jujur dan jangan tutupi apapun baru setelah itu aku akan memberikan nasehat atau solusi.

Kau tentu ingat kan disekolah ini aku adalah gurumu yang artinya juga orang tuamu ah...  Tidak karena aku masih muda dan tampan aku adalah kakakmu, jadi katakan saja semuanya, aku juga akan memberi tau kelasmu kalau kau sakit dan sedang di UKS."

Tersenyum dengan ramah Itachi mencoba membuat yakin sang murid agar mau menceritakan masalahnya. Hinata sendiri merasakan kehangatan yang Itachi berikan karena tatapan dan sikap Itachi yang tak sembarang menyentuhnya padahal hanya mereka berdua disini.

Ambil nafas dan hembuskan, baiklah Hinata siap menjelaskan.

"Um... J-jadi se-sebenarnya a-aku ta-takut de-dengan la-la-laki laki sensei!"

"Woah santai saja Hinata tak perlu malu atau merasa tak nyaman, tentang kau yang takut dengan pria aku sudah tau."

"Da-dari mana sensei tau!? "

"Haha... Tak usah perdulikan itu jelaskan saja kenapa kau bisa takut kepada pria, pasti ada alasannya kan? "

"Ba-baiklah akan aku je-jelaskan tapi ini adalah masa laluku Itachi-sensei dan menurutku itu menjijikan dan aku me-merasa malu sekali untuk mengatakannya."

Hiks... Hiks...

Tersentak Itachi cukup iba melihat muridnya yang tiba-tiba menangis, pasti itu masa lalu yang menyakitkan. Tapi sebuah keropeng tua tak akan sebuh jika tidak dibersihkan dan di obati.

"Ini tisu dan teh lavender buat dirimu tenang Hinata, aku juga seorang pria aku tak mau ditakuti muridku sendiri, semua punya masa lalu dan kenangan menyakitkan jadi jangan di simpan sendiri, kau mengerti."

"Hiks.. Te-terima kasih teh dan tisunya. Hai aku mengerti Itachi-sensei. Baiklah ini masa laluku. "

Flashback

Anak bungsu dari pasangan Hyuga Hiashi/Hyuga Hikari dan adik dari Hyuga Neji. Tinggal di lingkungan flat sederhana bisa di bilang tidak cukup bagus untuk anak kecil sepertiku yang pemalu dan dan pendiam.

Banyak pemabuk dan penjudi ada disana tapi bukan itu yang membuatku takut, tapi keluargaku sendiri. Rumah kami hanya mempunyai ruang tamu, dapur, dan dua kamar yang bersebelahan dan hanya di batasi dinding triplek.

Saat itu umur baru lima tahun Neji-nii yang empat tahun lebih tua dariku melakukan hal padaku yang tak aku mengerti, ia membuka pakaianku dan pakaianya lalu ia menyentuh tubuh bawahku, aku tak tau apa yang aku rasakan karena aku tak tau apa yang coba ia lakukan padaku. Setelah menyentuhku ia memasang bajuku dan bajunya, lalu ia berkata padaku "jangan beritahu pada ayah dan ibu apa yang aku lakukan padamu tadi."

Setelah aku mengganguk paham Neji-nii memberiku permen lalu pergi. Ayah dan ibu memang tak ada dirumah mereka sibuk berkerja, kadang merekapun berkerja lembur meninggalkanku dan Neji-nii ditengah malam dan dan kembali saat dini hari atau tengah malam.

Kami memang tidur dikamar yang sama berempat dengan fuutonku yang menghadap dinding disamping ibu, ayah ditengah dan disamping Neji-nii.

Dan malam itu aku yang sadar ayah ibu ku baru kembali dari dari pekerjaannya dan bersiap untuk tidur.
Melihat itu aku berpura pura tidur
Berharap agar kepalaku dielus oleh ibu seperti biasanya.

Tapi harapanku tak terkabul setelah lampu di matikan aku membuka mata melirik pada mereka dan membuatku semakin tak mengerti. Ayah dan ibu melakukan seperti yang pernah Neji-nii dan aku lakukan mereka tak memakai apapun dan ayah menimpa ibu, ibu sepertinya kesakitan.

Tapi yang membuatku hanya diam,  menutup mata dan telinga adalah perasaan risih, tak menyenangkan, marah, dan jijik dengan apa yang mereka lakukan. Sebelum aku berpaling tadipun kulihat Neji-nii menutup telinganya dengan batal.

Saat aku memasuki sekolah dasar aku juga mendapatkan pengalaman yang membuatku takut dengan sosok pria. Waktu itu aku aku berniat membeli gelang bersama tetanggaku Tenten namanya ia seumuran Neji-nii. Tenten-nee bilang gelang itu bagus, jadi kami berdua pergi untuk membelinya.

Saat sampai ditoko hanya ada aku, Tenten-nee dan paman yang sepertinya pemilik toko ini. Dia sangat ramah setelah aku memilih dan membayar gelangku paman itu bahkan memasangkannya padaku. Lalu setelah itu dia menyamakan tingginya denganku lalu mengecup pipiku dan tangannya bergerak di tubuhku.

Aku terdiam dan tak tau harus bagaimana tapi aku juga takut, aku berpikir bagaimana caranya aku melepaskan diri. Yang aku ingat saat itu hanya Tenten-nee berteriak marah dan mendorong paman itu dan membawaku lari.

Dan kejadian terakhir inilah yang membuat aku takut bukan hanya pada pria tapi juga orang dewasa. Saat kelas 3 SMP mereka memaksaku melihat film p*r*o. Setelah melihat film itu aku merasa jijik dengan adegan dan perbuatan mereka yang memaksaku. Aku jadi semakin mengerti adegan apa difilm itu apalagi saat ini aku sudah mempelajari biologi.

Aku jadi teringat apa yang terjadi padaku dulu, para orang dewasa mengotoriku baik fisik dan mentalku. Takut terjadi hal yang tak aku inginkan lagi, aku mengubah pribadiku menjadi dingin, pendiam, dan hanya mau berinteraksi dengan sesama jenis kelamin atau anak anak.

Bahkan dengan ayah dan Neji-nii pun aku terkesan dingin dan menjaga jarak. Meskipun sekarang tidak terlalu sejak aku lulus SMP dan tinggal sendiri di Tokyo. Karena rasa takut itu aku hanya mau berkumpul dan berteman dengan perempuan, gayaku yang tomboy dan lembutlah membuat para gadis dekat denganku. Dan mungkin karena pertemanan seperti itu yang membuat aku untuk menjadi pencinta sesama jenis.

Flashback end

"U-un ja-jadi seperti itulah masa laluku Itachi-sensei."

"ekhm... Te-terima kasih sudah mau menceritakan masalahmu Hinata, nah... Karena kau sudah menunjukkan lukamu jadi sekarang saatnya aku yang menggobatimu.

Jadi siapkan dirimu dan terima obat dariku Hinata."

¤_¤

Tbc

Hai maaf kalo ceritanya gaje, kaku, typo, dan sejenisnya. Jadi mohon saran dan kritikannya ya jangan sungkan.
Wait... No flame ya, boleh ngeflame asalkan kenal.

Ano makasih ya yang udah baca dan kasi vote fic ini 😄😄

See ya 👋

TraumaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang