04-

60 12 13
                                    

"Nah, begitu ceritanya"

Seperti janjinya, Yasmin kini sudah menceritakan seluruh kronologi bagaimana Gaishan dan dia saling mengenal. Eh, lebih tepatnya sok kenal.

"Tapi, kok bisa Kyai Adnan datang ke rumah kamu?" tanya Dina.

"Kan ayah aku sahabatan sama beliau, Din. Padahal udah aku jelasin loh tadi, astaghfirullah"

"Tapi, pas tadi di masjid, kamu bilang hampir naksir gus Gaishan. Maksudnya?" tanya Amina.

Yasmin menyengir dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Hehe, siapa yang nolak aura gus Gaishan sih?"

"Jadi bukan hampir lagi, kamu udah naksir beneran sekarang?" tanya Amina cepat.

Yasmin melotot, "Eh? Nggak kok. Aku nggak naksir, beneran deh. Gus nya juga keliatan cuek banget, dingin kek kutub. Udah, buat kamu aja, Na. Aku nggak berminat sama gus"

"Alhamdulillah" sahut Amina.

"Eits, hati-hati loh. Mulutmu harimaumu, siapa tau nanti Allah kasih kamu jodoh yang spek gus gimana?" tanya Sarah.

"Ya Alhamdulillah juga, namanya jodoh" jawab Yasmin. Dina hanya tertawa mendengar mereka.

"Eh, tapi kalo nikah sama gus, berarti jadi ning dong?" tanya Yasmin.

"Iya, jadi ning. Ning Nang Ning oyy" jawab Dina sambil bernyanyi dan tertawa lagi.

Yasmin memukul pundak Dina agar temannya yang satu ini berhenti tertawa. Suara tertawanya seperti tikus kejepit lemari.

"Aku serius, Din"

"Iya, Min. Kalo nikahnya sama gus bakalan jadi ning. Aku juga kalo nikah sama gus Gaishan bakalan jadi ning. Ning Amina" Amina kemudian teriak histeris. Baper sendiri, salting sendiri.

"Iya, Min. Kamu juga kalo nikah sama gus bakalan jadi ning. Kalo Amina kan jadi ning Amina, kalo kamu jadi ning Yasmin" Dina pun teriak bersama Amina.

"Lah, kenapa jadi aku? nikah sama gus mana terus aku harus jadi ning?"

"Siapa tau berminat sama gus Faqih. Iya nggak, Sar?"

"Iya, benar Min. Lebih ganteng gus Faqih sih, mana lebih muda" jawab Sarah.

"Gus Gaishan juga ganteng kok, dia juga masih muda. Wlekk" ucap Amina tak terima dan menjulurkan lidahnya kepada Sarah.

"Nggak dulu. Kenapa nggak kamu aja Sar yang naksir gus Faqih itu?"

Sarah hanya terkekeh, "Sadar diri itu lebih penting"

"Oh iya, nanti malam kita ada pengajian gus Faqih kan?" tanya Dina.

"Iya, ba'da maghrib. Khusus MA aja, kalo untuk yang pengabdian besok malam" jelas Sarah.

"Disini emang ada berapa lembaga pendidikan?" tanya Yasmin.

"Berapa yaa, dari MI, Mts, MA, dan Univ. Berarti cuma empat, Min" jawab Amina.

"Ganteng banget nggak sih gus Faqih? Huwaaa, apalagi kalo dalam mode mengajar makin suami-able deh" celetuk Dina sambil memandangi langit-langit kamar, berkhayal tentang bagaimana tampannya seorang gus Faqih.

Yasmin mengusap wajah Dina, "Astaghfirullah, pikirannya jangan aneh-aneh Din. Nanti dosa loh"

"Eh, iya. Astaghfirullah, maafin Dina ya Allah"

"Kamu sendiri nggak penasaran, Min? Kan siapa tau ucapan Nyai Salwa di cerita kamu tadi benar. Ya kan?" tanya Dina menyangkut bahwa gus Faqih adalah musuh Yasmin saat SD dulu.

FAMEEN✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang